Kompas TV internasional kompas dunia

Inilah Pandangan Putin soal Mewujudnya Dunia yang Multipolar, Akhir Supremasi Unilateral AS di Dunia

Kompas.tv - 2 Juli 2022, 21:25 WIB
inilah-pandangan-putin-soal-mewujudnya-dunia-yang-multipolar-akhir-supremasi-unilateral-as-di-dunia
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, mewujudnya dunia yang multipolar tidak dapat diubah, dan dominasi satu atau sekelompok negara berbahaya. (Sumber: Daily Sabah)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, mewujudnya dunia yang multipolar "tidak dapat diubah", dengan mengatakan dominasi satu negara atau sekelompok negara di panggung global "berbahaya."

Di hadapan para peserta Forum Hukum Internasional St. Petersburg, Kamis (30/6/2022), seperti laporan Daily Sabah, Putin mengatakan, "Rusia mendukung proses ini, dan posisinya adalah bahwa tatanan dunia yang lebih demokratis dan adil harus didasarkan pada saling menghormati, kepercayaan, dan prinsip-prinsip hukum internasional yang diterima secara umum, dan Piagam PBB.”

“Sistem multipolar hubungan internasional sekarang sedang dibentuk. Ini adalah proses yang tidak dapat diubah; terjadi di depan mata kita dan bersifat objektif,” kata Putin pada sesi pleno tahun ini, bertema “Hukum di Dunia Multipolar.”

Putin tidak setuju dengan gagasan ketidakmampuan hukum internasional untuk menjawab secara memadai masalah dan tantangan saat ini, bahkan menentang pandangan bahwa hukum internasional saat ini sudah tidak dihormati.

“Krisis terjadi bukan karena hukumnya salah, tetapi karena ada upaya mengganti hukum dengan dikte, dan standar internasional dengan yurisdiksi nasional negara atau kelompok negara tertentu dalam penolakan yang disengaja untuk mengikuti prinsip-prinsip hukum yang esensial seperti keadilan, kesadaran, kesetaraan dan kemanusiaan. Ini bukan hanya cita-cita hukum, tetapi nilai-nilai yang mencerminkan keragaman peradaban kita," kata Putin.

Menurut Putin, beberapa negara tidak siap untuk menerima kenyataan bahwa mereka sudah kehilangan supremasi di panggung internasional dan berusaha untuk mempertahankan model unipolar yang tidak adil.

"Di bawah kedok apa yang mereka sebut ketertiban berdasarkan aturan, dan konsep-konsep lain yang dipertanyakan, mereka mencoba untuk mengontrol dan mengarahkan proses global atas kebijaksanaan mereka sendiri, dan berpegang pada jalur untuk menciptakan blok tertutup dan koalisi yang membuat keputusan untuk kepentingan satu negara, yaitu Amerika Serikat (AS)," kata Putin.

Baca Juga: Zelenskyy Desak Rusia Didepak dari Dewan Keamanan PBB, Utusan Moskow: PBB Harus Bubar Dulu

Vladimir Putin saat bertemu Presiden Joko Widodo. Jokowi usai bertemu Putin mengajak pemimpin dunia menghormati multipolarisme. (Sumber: kremlin.ru)

Multipolaritas adalah distribusi kekuasaan di mana lebih dari dua negara-bangsa memiliki jumlah kekuasaan yang hampir sama.

Secara keilmuan, Multipolaritas tidak selalu menghasilkan Multilateralisme.

Multilateralisme, dalam bentuk keanggotaan dalam lembaga-lembaga internasional, berfungsi untuk mengikat negara-negara kuat, mencegah unilateralisme, dan memberikan suara serta pengaruh kepada kekuatan-kekuatan kecil yang tidak dapat mereka jalankan dengan cara lain.

Demikian pula, multilateralisme memungkinkan satu kekuatan besar mempengaruhi kekuatan besar lainnya. Pasalnya, upaya kekuatan besar mencari kontrol atas kekuatan besar lain yang setara melalui hubungan bilateral bisa mahal ongkosnya; mungkin memerlukan tawar-menawar dan kompromi dengan kekuatan besar lainnya.

Definisi multilateralisme lain adalah "praktik mengoordinasikan kebijakan nasional dalam kelompok yang terdiri dari tiga negara atau lebih."

Putin menambahkan "hak alami orang lain" dalam hubungan internasional diabaikan, prinsip dasar keamanan yang tidak dapat dibagi (indivisible) digunakan secara selektif, dan sanksi sepihak dan tidak sah mencapai skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Mengaku Senang Ketemu Jokowi di istana Kremlin

Bendera NATO.  Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, mewujudnya dunia yang multipolar "tidak dapat diubah", dan dominasi satu atau sekelompok negara berbahaya. (Sumber: Straits Times)

Rusia tetap terbuka untuk dialog konstruktif, termasuk memastikan stabilitas strategis, menjaga kesepakatan tentang non-proliferasi senjata pemusnah massal dan meningkatkan situasi dalam pengendalian senjata, tegasnya.

Isu-isu penting seperti agenda iklim, memerangi kelaparan, menyediakan stabilitas di pasar pangan dan energi, dan aturan yang adil dalam perdagangan dan persaingan internasional membutuhkan upaya bersama, katanya.

“Semua area ini membutuhkan regulasi hukum yang tepat dan fleksibel serta kerja sama yang cermat. Dengan pendekatan ini, kita dapat menghindari krisis seperti yang terjadi di Donbass saat ini untuk melindungi penduduknya dari genosida – dan tidak ada definisi lain untuk tindakan rezim Kiev daripada kejahatan terhadap kemanusiaan," katanya.

Putin berjanji Rusia akan terus menciptakan "dunia yang lebih demokratis dan adil di mana hak-hak semua orang dijamin dan keragaman budaya dan peradaban umat manusia dilestarikan."

"Saya yakin dengan secara konsisten mengikuti hukum internasional dan bergabung dengan upaya kami, adalah mungkin untuk menyelesaikan masalah paling sulit yang dihadapi dunia dan untuk menyediakan pembangunan yang stabil, berkelanjutan, dan progresif dari semua negara," katanya.

 



Sumber : Kompas TV/Daily Sabah/Kremlin.ru


BERITA LAINNYA



Close Ads x