Kompas TV internasional kompas dunia

Teheran Tak Dapat Keringanan Sanksi, Perundingan Nuklir Iran dan AS di Qatar Berakhir tanpa Kemajuan

Kompas.tv - 30 Juni 2022, 19:30 WIB
teheran-tak-dapat-keringanan-sanksi-perundingan-nuklir-iran-dan-as-di-qatar-berakhir-tanpa-kemajuan
Juru runding top Iran, Ali Bagheri Kani. Perundingan nuklir Iran dan Amerika Serikat tentang kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia berakhir tanpa kemajuan hari Rabu (29/6/2022) di Qatar. (Sumber: AP Photo/Vahid Salemi, File)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Perwakilan Khusus AS Rob Malley berbicara kepada Iran melalui Mora selama pembicaraan. Mora kemudian membawa pesan ke negosiator nuklir terkemuka Iran Ali Bagheri Kani.

Menurut laporan kantor berita Tasnim, juru bicara Menteri Luar Negeri Nasser Kanaani mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan pembicaraan itu sebagai "diselenggarakan dalam suasana profesional dan serius."

Dia kemudian mengatakan, Iran dan Mora "akan berhubungan mengenai kelanjutan rute dan tahap pembicaraan selanjutnya."

Namun, masih belum jelas apakah akan ada putaran pembicaraan lain mengenai kesepakatan itu, yang dikenal secara resmi sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Baca Juga: Iran Peringatkan Israel, Tak akan Toleransi ‘Aksi Provokatif’ Sabotase Nuklir

Fasilitas nuklir Iran di Natanz, Teheran.Perundingan nuklir Iran dan Amerika Serikat tentang kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia berakhir tanpa kemajuan hari Rabu, (29/6/2022) di Qatar. (Sumber: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Iran "mengangkat masalah yang sama sekali tidak terkait dengan JCPOA dan tampaknya tidak siap untuk membuat keputusan mendasar: apakah ingin menghidupkan kembali kesepakatan atau menguburnya."

"Diskusi tidak langsung di Doha telah selesai, dan sementara kami sangat berterima kasih kepada Uni Eropa atas upayanya, kami kecewa bahwa Iran, sekali lagi, gagal menanggapi secara positif inisiatif Uni Eropa dan oleh karena itu tidak ada kemajuan yang dibuat," kata Kemlu AS.

Iran dan kekuatan dunia pada 2015 menyetujui kesepakatan nuklir, yang membuat Teheran secara drastis membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Tahun 2018, Presiden AS saat itu, Donald Trump, secara sepihak menarik AS dari perjanjian. Ini kontan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memicu serangkaian serangan serta insiden.

Pembicaraan di Wina tentang menghidupkan kembali kesepakatan, kemudian macet sejak bulan Maret.

Sejak kesepakatan itu gagal, Iran mengerjakan sentrifugal canggih dan persediaan uranium yang diperkaya dengan cepat.

Namun, sementara Barat berharap untuk kembali membatasi program nuklir Iran, Teheran terus menderita di bawah sanksi ekonomi yang kuat. 

"Insentif bagi Washington dan Teheran untuk menjaga prospek kesepakatan tetap hidup adalah kuat, bahkan ketika kemungkinan sebenarnya untuk mencapai kompromi berkurang," kata Henry Rome, seorang analis dengan Grup Eurasia yang melacak negosiasi.

"Untuk alasan itu, kami mengharapkan kedua pihak untuk melanjutkan pembicaraan di Doha dalam waktu dekat, meskipun kami tidak optimis tentang terobosan."

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x