Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Kisah Pasukan Elite Rusia Tertipu di Awal Invasi: Dikira Latihan Biasa, Ternyata Perang Sungguhan

Kompas.tv - 5 Juni 2022, 05:30 WIB
kisah-pasukan-elite-rusia-tertipu-di-awal-invasi-dikira-latihan-biasa-ternyata-perang-sungguhan
Pencari ranjau Ukraina membawa drone militer Rusia berlatar belakang Antonov An-225, pesawat kargo terbesar di dunia yang dihancurkan oleh pasukan Rusia selama pertempuran di bandara Antonov di Hostomel, di pinggiran Kiev, Ukraina, Senin (18/4/2022). (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Hariyanto Kurniawan

KIEV, KOMPAS.TV – Ini kisah tentang satu unit pasukan elite Rusia yang ‘tertipu’ saat Rusia mulai melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari. 

Para personel pasukan payung dari Brigade Serangan Udara Garda ke-31 Rusia itu tak menyangka, rutinitas latihan terjun payung yang mereka jalani pada akhir Februari itu ternyata terjun ke medan perang sungguhan.

Cerita ini diungkap oleh salah seorang personel pasukan elite Rusia yang tertangkap, seperti dilaporkan The Moscow Times, Sabtu (4/6/2022).

Dikira Latihan, Ternyata Perang Sungguhan

Pada pagi 24 Februari itu, di dataran terpencil di perbatasan Belarusia-Ukraina, ratusan personel pasukan payung Brigade ke-31 Rusia naik ke helikopter. Ini latihan terjun ke daratan di barat Belarusia, begitu pikir mereka.

Baca Juga: Kisah Tragis Tentara Remaja Rusia yang Dikirim Perang ke Ukraina, Lahir dan Mati di Era Putin

Namun, saat helikopter-helikopter pengangkut pasukan elite Rusia itu mengudara, para perwira senior baru mengungkap informasi mengejutkan bak petir di siang bolong itu.

“Kita,” kata para perwira senior itu, “sesungguhnya sedang berperang dengan Ukraina.”

Alih-alih mengarah ke Grodno di barat Belarusia, helikopter mereka kemudian justru melesat memasuki wilayah udara Ukraina menuju bandara Hostomel dekat ibu kota Kiev. 

“Kami (personel pasukan) sangat, sangat terkejut, pucat pasi, terutama karena menganggap bahwa kami bisa tertembak sewaktu-waktu di udara,” tutur Nikita Ponomarev, seorang anggota pasukan payung Rusia dari Brigadi ke-31 yang kemudian tertangkap dan ditawan tentara Ukraina.

Brigade ke-31, yang sebelumnya bertempur dalam Perang Chechnya Kedua dan konflik Rusia-Georgia di 2008, mengalami kekalahan berat dalam perang Ukraina. Mereka juga mengalami banyak masalah logistik dan moral tempur yang runtuh.

Serangan ke Bandara Hostomel Ukraina yang Gagal

Para personel Brigade ke-31 itu termasuk jadi tentara Rusia pertama yang berkonflik dengan tentara Ukraina saat mereka menyerbu landasan bandara Hostomel pada 24 Februari demi menduduki landasan, hanggar dan bangunan bandara. 

Namun, di luar dugaan, gempuran artileri skala besar Rusia itu disambut dengan perlawanan sengit oleh tentara Ukraina. Tentara Rusia pun gagal menaklukkan lapangan udara Hostomel.

Jika saja serangan itu sukses, Rusia tampaknya akan menggunakan landasan Hostomel sebagai akses mendatangkan unit-unit dan suplai pesawat transport tambahan yang lebih besar.

Namun ternyata, serangan itu adalah kalkulasi perang yang buruk.

Baca Juga: 100 Hari Serangan Rusia ke Ukraina, Putin Disebut Kehabisan Pasukan dan Peralatan Militer

Peralatan dan pasukan tambahan yang seharusnya tiba dalam 24 jam, kata Ponomarev, ternyata tiba lebih lama.

“Setelah tiga hari, ternyata kami masih sendirian,” akunya.

Meskipun lapangan Hostomel belum berhasil dikuasai, tank-tank dan kendaraan baja Rusia berbaris melaju ke Ukraina utara menuju Kiev. Dalam pidato dramatis pada 25 Februari, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan memperingatkan bahwa tentara Rusia akan segera menyerbu ibu kota.

Ponomarev masih ingat betul, esok paginya, situasi di Hostomel hening seperti sebelum badai menerjang. Tiba-tiba, katanya, artileri Ukraina menghujani bangunan dan area Hostomel. Badai artileri itu berlangsung selama 2 jam nonstop, menewaskan lusinan tentara Rusia dan menghancurkan banyak peralatan berat.

“Tak ada yang tersisa, bahkan menara (pandang),” kata Ponomarev. “Nyaris tak seorang pun selamat pada hari itu.”

Selama ini, sejak awal invasi, Rusia enggan mengungkap jumlah korban tewas, atau mengonfirmasi kematian tentaranya pada kerabat. Akibatnya, mustahil mengetahui berapa banyak personel Brigade ke-31 yang gugur dalam pertempuran di bandara Hostomel.

Baca Juga: China Ingin Beri Bantuan Finansial kepada Rusia, Lagi Cari Cara untuk Hindari Sanksi Barat

Kendati begitu, Ponomarev memperkirakan sedikitnya 60 tentara terbunuh.

Menurut laporan media independen Mediazona, sebanyak 34 pasukan payung dari Brigade ke-31 tewas antara tanggal 25 Februari hingga 7 Maret.

Pada akhirnya, para komandan Rusia memutuskan untuk mundur dari lapangan udara Hostomel.
 




Sumber : The Moscow Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x