Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Kelompok G-7 Tolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel

Kompas.tv - 28 Maret 2022, 22:34 WIB
kelompok-g-7-tolak-bayar-gas-rusia-pakai-rubel
Ilustrasi. Menteri Federal untuk Urusan Ekonomi dan Tindakan Iklim Jerman Robert Habeck (kiri) berbicara dengan Kanselir Olaf Scholz saat menghadiri rapat parlemen Jerman, Bundestag di Berlin, 23 Maret 2022. Pada Senin (28/3/2022), Habeck menyebut G-7 sepakat menolak tuntutan Rusia untuk bayar impor gas alam pakai rubel. (Sumber: Michael Kappeler/DPA via AP)

BERLIN, KOMPAS.TV - Menteri Federal untuk Urusan Ekonomi dan Tindakan Iklim Jerman Robert Habeck menyebut negara-negara Group of Seven (G-7) telah sepakat untuk menolak tuntutan Rusia untuk membayar gas alam pakai mata uang rubel, Senin (28/3/2022).

Habeck menyatakan bahwa keputusan Rusia itu melanggar kontrak yang telah disepakati. 

“Semua menteri G-7 setuju bahwa (tindakan) ini sepihak dan pelanggaran jelas dari kontrak yang ada,” kata Habeck dikutip Associated Press.

Habeck menyebut keputusan ini diambil ketika pertemuan G-7 pada Jumat (25/3) lalu. Perwakilan Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Amerika Serikat (AS), Inggris Raya, Kanada, dan Uni Eropa disebut menghadiri pertemuan ini.

“Pembayaran dalam rubel tidak bisa diterima dan kami mendesak setiap perusahaan yang terpengaruh tidak mengikuti tuntutan Putin (membayar gas pakai rubel),” kata pria yang juga menjabat wakil kanselir Jerman tersebut.

Keputusan G-7 ini menanggapi kebijakan Vladimir Putin yang menuntut “negara-negara tak bersahabat” untuk membayar impor gas alam menggunakan rubel pada pekan lalu. Sang presiden menargetkan kebijakan ini efektif berlaku sebelum 31 Maret 2022.

Baca Juga: Badan Antariksa Rusia juga Minta Pembayaran Layanan Luar Angkasa dengan Mata Uang Rubel

Pengumuman Putin itu membuat harga gas alam Eropa melonjak. Penghentian ekspor gas Rusia ke Eropa bisa mengganggu ekonomi Benua Biru sekaligus keuangan Rusia. Rusia sendiri saat ini memasok 40% dari total kebutuhan gas Eropa.

Ekonom berpendapata bahwa langkah Putin itu ditujukan untuk menyokong rubel yang anjlok nilainya sejak Rusia menginvasi Ukraina. Invasi ini berbuntut serangkaian sanksi yang melilit ekonomi Rusia.

Putin pun mewajibkan pembelian gas menggunakan rubel untuk menyelamatkan mata uangnya sekaligus membalas sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan, pihaknya hanya akan menerima pembayaran dengan rubel. Namun, ia tidak menjelaskan langkah lanjutan Kremlin jika negara-negara importir menolak.

“Kami tentu saja tidak akan memasok gas secara cuma-cuma, itu pasti. Tidak mungkin dan tidak masuk akal untuk terlibat derma dalam situasi kita saat ini,” kata Peskov di Moskow, Senin (28/3/2022).

Sementara itu, Habeck enggan menjelaskan lebih jauh jika Rusia benar-benar memutuskan menghentikan ekspor gas. Ia sebatas menyebut G-7 “siap untuk segala skenario.”

“Tuntutan Putin untuk mengubah kontrak (pembayaran gas) ke rubel artinya dia sedang terpojok, lain itu dia tidak akan menuntut seperti demikian,” kata Habeck.

Menurutnya, sanksi ekonomi membuat Putin butuh rubel untuk mendanai perang di Ukraina, termasuk untuk keperluan seperti menggaji tentara.

Baca Juga: Mantan Presiden Rusia Dukung Putin jika Ingin Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina


 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x