BRUSSELS, KOMPAS.TV - Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO mengklaim selalu gagal menghubungi militer Rusia melalui saluran "dekonfliksi" (saluran yang dibangun oleh Amerika Serikat dan Rusia), baik melalui telepon maupun surat.
Hal itu karena serangan Rusia dianggap terlalu menyebar lebih jauh ke arah Barat mendekati wilayah NATO, kata pejabat senior NATO yang tidak disebutkan namanya, hari Rabu, (16/3/2022) seperti dilaporkan CNN.
“Tentu saja kami mencoba untuk berkomunikasi dengan mereka,” salah satu pejabat mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pengarahan di markas NATO. “Tapi itu membutuhkan dua [pihak] untuk berkomunikasi.”
Amerika Serikat saat ini juga memiliki saluran hotline "dekonfliksi" terpisah dengan Rusia yang telah diuji dan dipastikan berfungsi tetapi belum digunakan dalam praktik, kata para pejabat.
Komentar para pejabat tersebut menyusul serangan Rusia terhadap pangkalan militer Ukraina awal pekan ini yang berjarak hanya sekitar 30km dari perbatasan Polandia, menimbulkan kekhawatiran atas kemungkinan konflik meluas ke wilayah negara anggota NATO.
Penilaian saat ini dari Panglima Tertinggi Sekutu Eropa NATO Jenderal Tod Wolters, kata para pejabat, adalah “saat ini tidak ada ancaman bagi NATO. (Seandainya terkesanpun) Bukan ancaman yang disengaja dari Rusia. Rusia saat ini sibuk dengan Ukraina.”
Tetapi tentu saja ada risiko, tambah para pejabat, itulah sebabnya sekarang ada diskusi tentang memindahkan sistem pertahanan NATO lebih jauh ke timur.
Baca Juga: Ukraina Sinyalkan Batal Jadi Anggota NATO, Titik Balik Penting Konflik dengan Rusia, Ini Alasannya
“Seperti yang telah kita lihat sekarang, Rusia siap untuk menggunakan kembali sarana militer untuk mencapai tujuan politik di tengah Eropa, itu (masukan) berharga dan akan dibahas untuk menempatkan sistem pertahanan udara dan rudal terpadu lebih maju, untuk mencakup area yang berbatasan dengan Rusia,” kata salah satu pejabat NATO.
Daerah-daerah itu termasuk Belarusia, dan mungkin Ukraina, tambahnya.
Komandan tertinggi sekutu NATO saat ini memiliki komando dan kendali atas sekitar 40.000 tentara, kata pejabat itu, serta ratusan pesawat dan lebih dari 200 kapal perang.
Ditanya tentang seruan Polandia hari Rabu untuk mengirim pasukan NATO ke Ukraina dalam misi “penjaga perdamaian”, para pejabat militer NATO menyarankan rencana seperti itu tidak akan dapat dilakukan.
“Kita melihat dua negara-bangsa sedang berperang. Jika mereka menyetujui penyelesaian perdamaian yang andal dan kuat, saya tidak melihat perlunya misi penjaga perdamaian,” kata salah satu pejabat.
"Dan jika Anda melihat terjemahan lain dari 'pemeliharaan perdamaian', yang diterjemahkan sebagai 'penegakan perdamaian', maksud saya, itu artinya sama saja perang dengan Rusia."
"Kita kemudian harus 'melindungi'," pejabat itu menjelaskan, "dan kemudian menembak, lalu membunuh dan kemudian menghancurkan."
Sumber : Kompas TV/ CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.