Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Pakar Militer AS: Pasukan Rusia Lakukan Blunder Strategis dan Taktis dalam Invasi ke Ukraina

Kompas.tv - 3 Maret 2022, 19:02 WIB
pakar-militer-as-pasukan-rusia-lakukan-blunder-strategis-dan-taktis-dalam-invasi-ke-ukraina
Orang-orang berjalan di dekat kendaraan militer Rusia yang terbakar di pinggiran Kharkiv, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022. Pakar militer AS melihat pada invasi tahap awal ke Ukraina, Rusia melakukan kesalahan dan blunder strategis dan taktis yang akbar dan sangat mengejutkan. (Sumber: AP Photo/Vadim Ghirda)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pakar militer Amerika Serikat melihat pada invasi tahap awal ke Ukraina, Rusia melakukan kesalahan dan blunder strategis dan taktis yang akbar dan sangat mengejutkan.

Blunder besar-besaran itu ditandai dengan kurangnya makanan dan bahan bakar bagi pasukan, kendaraan lapis baja yang ditinggalkan entah karena teknis atau kekurangan BBM, gagalnya menguasai wilayah udara secara cepat, kehilangan pesawat dan helikopter tempur, serta tingginya jumlah kematian pasukan, kata Scott Boston, pakar militer Amerika Serikat dari Rand Corp seperti dikutip France24, Kamis (3/3/2022).

Namun bahayanya, kegagalan pada hari-hari pertama, termasuk meremehkan daya juang pasukan Ukraina untuk melawan, bisa membuat Moskow yang frustrasi memutuskan untuk melepaskan semua kekuatannya dan tanpa pandang bulu menghancurkan sebagian besar Ukraina, kata pakar tersebut.

Para pakar AS yang memelajari militer Rusia mengatakan mereka tercengang melihat salah urus operasi penyerbuan, yang membuat kolom kendaraan lapis baja penyerang menjadi diam tidak bergerak, mengakibatkan ratusan kendaraan lapis baja Rusia menjadi tidak operasional baik karena rusak, dihantam roket, maupun kekurangan BBM sehingga ditinggalkan begitu saja, bahkan terkadang dengan rudal-rudal yang masih terpasang.

Selain itu mereka melihat salah urus itu menyebabkan Ukraina berhasil mencegah angkatan udara Kremlin mengendalikan wilayah udara kawasan pertempuran.

"Jika mulai mengalami kekacauan dalam dua atau tiga minggu (dalam masa invasi), saya mungkin bisa memahaminya," kata Scott Boston, analis pertahanan senior di think tank Rand Corp.

"Tetapi jika Anda, seperti ibaratnya, tersandung kusen pintu saat melangkah masuk ke dalam rumah, Anda punya masalah lain," katanya.

Baca Juga: Petani Ukraina Rebut Sistem Rudal Rusia Seharga Rp231 Miliar, Langsung Dibakar Olehnya

Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan ujung utara konvoi kendaraan Rusia di tenggara Ivankiv, Ukraina pada Senin, 28 Februari 2022. Pakar militer AS melihat pada invasi tahap awal ke Ukraina, Rusia melakukan kesalahan dan blunder strategis dan taktis yang akbar dan sangat mengejutkan. (Sumber: Maxar Technologies via AP)

Ini Bencana, Betul-Betul Bencana

Pentagon dan pakar sektor swasta mengira tentara Rusia akan dengan cepat menghancurkan kemampuan Ukraina untuk melawan, merusak komando dan kendalinya atas militer Ukraina yang berkekuatan 200.000 tentara, menghancurkan pertahanan peluru kendali dan pertahanan udara, serta menghancurkan angkatan udara Kiev.

Namun semua itu tidak terjadi dalam enam hari pertama. Dan, meskipun tidak ada perkiraan yang dapat diandalkan tentang tentara Rusia yang tewas, terluka, dan ditangkap, jumlahnya tampaknya jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan dalam invasi militer yang dikelola dengan baik.

"Ini adalah kegagalan intelijen kolosal yang sangat meremehkan perlawanan Ukraina, dan eksekusi (operasi) militer (Rusia) sangat buruk," kata Michael Vickers, mantan Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Intelijen, mengatakan minggu ini di Center for Strategic and International Studies.

"Serangan utamanya runtuh. Itu sedikit demi sedikit. Elemen pengintaiannya ditangkapi, kolom (pasukan lapis baja) dihancurkan," katanya.

"Ini adalah bencana, secara keseluruhan," kata Vickers yang melihatnya dari sisi operasi militer.

Baca Juga: Rusia Ungkap 498 Tentaranya Tewas saat Penyerangan ke Ukraina, Bantah Turunkan Taruna

Kendaraan lapis baja milik Rusia terbakar usai pertempuran di Kharkiv, Ukraina pada Minggu (27/2/2022). Pada Minggu (28/2/2022), otoritas Ukraina melaporkan setidaknya 11 tewas dan puluhan terluka akibat serangan roket Rusia. (Sumber: Marienko Andrew/Associated Press)

Kerugian Pesawat

Penilaian oleh pakar militer dari Atlantic Council's Scowcroft Center menunjukkan kegagalan penting Rusia untuk dengan cepat merebut dan mempertahankan bandara di luar Kiev.

Perebutan bandara membuat fasilitas itu terlalu hancur, menggagalkan rencana semula yang akan digunakan untuk menyerang Kiev, kata mereka.

Selain itu, mereka mengatakan, "Kerugian pesawat dan helikopter Rusia sangat tinggi dan tidak bisa dipertahankan kelanjutannya, karena mereka gagal menghancurkan pertahanan udara Ukraina."

Yang juga mengejutkan adalah penggelaran senjata perang elektronik Rusia yang terbatas atau tidak efektif, yang awalnya diperkirakan sebagian besar analis akan memiliki peran penting dalam menyerang kemampuan komunikasi Ukraina.

"Jika Rusia mampu memotong (komunikasi) komandan militer Ukraina dari orang-orang yang mereka perintahkan ... pasukan udara dan pertahanan udara Ukraina akan dipaksa untuk berperang dengan cara yang tidak terkoordinasi, membuat mereka kurang mematikan dan lebih rentan terhadap serangan," seperti dituliskan dalam laporan Atlantic Council's Scowcroft Center.

Boston menunjukkan, Ukraina terus menggunakan drone Bayraktar buatan Turki untuk menghancurkan pasukan lapis baja Rusia.

"Jika mereka terkena drone Turki sekali atau dua kali, oke lah," katanya, tetapi, "Jika mereka terkena lebih dari sekali atau dua kali, nah ini ada yang salah di pihak Rusia."

Baca Juga: Sabtu Pagi, Pertempuran Kembali Meletus di Jalanan Kiev, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Militer Rusia

Ilustrasi. Seorang tentara Ukraina memeriksa fragmen bangkai pesawat yang jatuh di Kyiv, Jumat (25/2/2022). Pihak Ukraina dan Rusia dilaporkan tengah membahas waktu dan tempat negosiasi. (Sumber: Vadim Zamirovsky/Associated Press)

Kekurangan Makanan

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan Rusia tampaknya tidak mengoordinasikan dengan baik kemampuan mereka yang besar dan beragam, atau mengelola logistik mereka untuk kebutuhan invasi.

“Kami melihat indikasi itu sejak awal, meskipun mereka memiliki kemampuan gabungan senjata yang canggih, mereka belum sepenuhnya terintegrasi,” katanya.

Yang sama mengejutkannya adalah kekurangan logistik mereka. "Kami melihat kendaraan ditinggalkan. Kami melihat masalah keberlanjutan tidak hanya dalam bahan bakar tetapi juga dalam makanan," katanya, hari Rabu.

Boston, yang kerap ambil bagian dalam latihan perang tingkat tinggi yang berfokus pada pasukan Rusia, mengatakan ada tanda-tanda sebagian besar pasukan itu masih terlalu muda, kurang terlatih untuk konflik semacam ini, dan mungkin tidak menyadari bahwa mereka bahkan akan pergi berperang.

Dia mengatakan tampaknya juga pasukan di lapangan tidak mengetahui apa yang mereka perlu lakukan saat menginvasi Ukraina, yang hubungannya amat sangat panjang dengan Rusia.

"Jika Anda tidak tahu apa yang terjadi, Anda tidak bisa beradaptasi," katanya.

Tak satu pun dari para ahli meremehkan kemampuan Rusia. Kemajuan pasukan Rusia hanya mandek, tetapi kemandekan dapat memungkinkan mereka menyelesaikan masalah logistiknya, kata Kirby.

Dan sebaliknya, mereka memperkirakan frustrasi Putin selama hari-hari pertama dapat menyebabkan dia melepaskan kekuatan penuh artileri, peluru kendali, dan kekuatan udaranya pada penduduk Ukraina, dengan efek yang menghancurkan.

“Rusia masih memiliki keunggulan kekuatan tempur yang luar biasa yang pada akhirnya akan menghancurkan pasukan Ukraina saat perang berlanjut,” kata analisis Scowcroft Center.

 



Sumber : France24



BERITA LAINNYA



Close Ads x