Kompas TV internasional kompas dunia

Begini Rasanya Jadi Jurnalis di Meksiko: Tewas Ditembak meski dalam Pengawasan Polisi

Kompas.tv - 29 Januari 2022, 16:11 WIB
begini-rasanya-jadi-jurnalis-di-meksiko-tewas-ditembak-meski-dalam-pengawasan-polisi
Renee Maldonado menunjukkan foto bibinya, jurnalis Lourdes Maldonado Lopez, di rumah pemakaman di Tijuana, Meksiko, Selasa (25/1/2022). Lourdes Maldonado tewas ditembak di depan kediamannya di Tijuana, Meksiko, Minggu (23/1/2022). (Sumber: AP Photo/Marco Ugarte)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Gading Persada

TIJUANA, KOMPAS.TV – Jurnalis Meksiko Lourdes Maldonado mendedikasikan program terakhirnya bagi rekannya, Margarito Martinez, seorang jurnalis foto yang tewas ditembak mati di luar rumahnya sehari sebelumnya.

Martinez ditembak beberapa kali pada siang hari bolong pada 17 Januari saat ia hendak masuk ke dalam mobilnya.

Sepekan sebelum serangan itu, jurnalis Meksiko lainnya, Jose Luis Gamboa, tewas di negara bagian Veracruz di pesisir Teluk setelah mengalami sejumlah luka tikaman dalam sebuah perampokan.

Saat membawakan acara terakhirnya, Lourdes sempat mengungkapkan kerentanannya sendiri dalam meliput kekerasan di kota perbatasan Tijuana.

Dengan gaya khasnya yang blak-blakan, Lourdes mengecam korupsi Meksiko dan menuding pejabat negara bagian terlibat jaringan narkoba.

Setelahnya, ia menginformasikan pada audiensnya bahwa ia berada dalam perlindungan pemerintah negara bagian selama delapan bulan belakangan.

“Mereka merawatmu dengan baik,” ujarnya merujuk perlindungan terhadap dirinya dalam program radio dan televisi internetnya yang bertital Brebaje, atau Obat.

Baca Juga: Misteri Jasad Bayi di Meksiko yang Diduga Dipakai Selundupkan Narkoba Mulai Terkuak, Mayat Dicuri

“Tapi, tak ada siapa pun yang bisa menghindari – bahkan di bawah pengawasan polisi – terbunuh di luar rumahmu dengan cara pengecut,” imbuhnya seperti dilansir dari Associated Press, Sabtu (29/1/2022).

Kata-kata Lourdes secara mengerikan berbuah nyata. Lima hari kemudian, Lourdes ditembak di luar rumahnya pada pukul 7 malam.

Lourdes jadi jurnalis ke-3 yang tewas dibunuh tahun ini di Meksiko.

Pada Jumat (28/1), sehari setelah pemakanan Lourdes, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador kembali mengkritik pers.

Pemerintahannya, kata Lopez Obrador, menjamin kebebasan berbicara.

Namun, “sangat sedikit jurnalis, perempuan dan laki-laki, yang memenuhi tugas mulia mereka untuk menginformasikan. Sebagian besar mencari-cari kesalahan dan ingin kami gagal,” kata sang presiden.

Seorang perempuan tampak menempelkan foto-foto jurnalis yang tewas terbunuh dalam aksi memprotes pembunuhan terhadap jurnalis Lourdes Maldonado dan fotografer freelance Margarito Martinez di Mexico City, Meksiko, Selasa (25/1/2022). (Sumber: AP Photo/Eduardo Verdugo)

Baca Juga: Mengerikan! Kartel Narkoba Meksiko Tembakkan Bom dari Drone ke Markas Saingannya

Menurut Komite untuk Perlindungan Jurnalis, sejak pemerintahan dimulai pada 1 Desember 2018, sedikitnya 32 jurnalis telah tewas terbunuh dan 15 lainnya hilang, kendati ada program perlindungan jurnalis dari pemerintah.

“Perlindungan pemerintah sia-sia,” ujar jurnalis radio dan televisi Tijuana, Odilon Garcia, yang berada dalam program itu selama tiga tahun. 

“Mereka memberimu ponsel dan jika sesuatu terjadi, kau bisa menelepon kantor pusat yang lalu memberi tahu polisi yang kemudian menemukanmu. Tapi saat itu, kau sudah keburu mati,” urainya menggerutu.

Masalah Garcia sendiri berakhir saat dua orang yang mengancam keselamatannya, tewas.

Seorang tewas oleh tindakan geng kriminal, dan lainnya tewas akibat Covid-19.

Para jurnalis dan kelompok pengawas melaporkan, ancaman-ancaman yang ada masih belum ditanggapi dengan cukup serius. Pun, saat sesuatu terjadi, polisi kerap bertindak lambat untuk menyelidikinya.

Baca Juga: Mengerikan, 10 Jasad Ditemukan di Dalam Mobil di Luar Kantor Gubernur Meksiko, 2 Orang Ditangkap

Menurut Sekretaris Dalam Negeri Meksiko Alejandro Encinas, lebih dari 90 persen kasus pembunuhan terhadap jurnalis dan aktivis tetap tak terpecahkan.

Di Tijuana, para jurnalis pun berpaling ke sesamanya untuk melindungi diri. Mereka membentuk kelompok, salah satunya seperti ‘Yo sí soy periodista’ atau ‘Ya saya seorang jurnalis’.

Kelompok ini memiliki grup WhatsApp dan saling memperingatkan satu sama lain jika ada hal yang mengancam dan tentang keberadaan mereka.

Lourdes mendapat perlindungan negara bagian dan polisi ditugaskan berpatroli di sekitar kediamannya.

Namun, “mereka cuma lewat sesekali saja,” ujar Garcia, yang mengenal Lourdes sejak 1989 saat keduanya menapaki karir sebagai jurnalis di Tijuana.

Seperti Lourdes, Garcia pun tak yakin keselamatannya terjamin. Yang ia tahu, kematian sejumlah jurnalis itu berbuah dampak mengerikan, terutama pada jurnalis-jurnalis muda.

“Banyak orang yang takut,” ujar Garcia.

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x