Kompas TV internasional kompas dunia

"Kami Tak Layak Mengalami Ini", Inflasi Turki Buat Rakyat Menderita

Kompas.tv - 17 November 2021, 04:25 WIB
kami-tak-layak-mengalami-ini-inflasi-turki-buat-rakyat-menderita
Suasana Pasar Ortakcilar di Istanbul, Turki pada 11 November 2021. Inflasi dan meroketnya harga kebutuhan pokok membuat rakyat Turki sulit memenuhi kebutuhan. (Sumber: Francisco Seco/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

ISTANBUL, KOMPAS.TV - Inflasi Turki terus menyebabkan meroketnya harga kebutuhan pokok setahun belakangan. Warga pun kini kesulitan membeli bahan pokok termasuk makanan.

Kadriye Dogru, pedagang garmen di pasar Istanbul, menyebut pendapatannya kini berkurang. Ia mengaku kesulitan membeli makanan.

Ibu tunggal dua anak itu pun terpaksa berhemat, melewatkan makan siang agar keluarga kecilnya bisa makan.

“Saya belum pernah mengalami kehidupan semenyedihkan ini. Saya tidur, bangun, lalu menyaksikan harga-harga sudah naik. Saya membeli lima liter minyak (goreng) seharga 40 lira. Beberapa saat kemudian, harganya sudah 80 lira,” kata ibu berusia 59 tahun tersebut.

“Kami tidak layak mengalami ini sebagai negara,” tegas Dogru.

Meroketnya harga-harga membuat rakyat Turki sulit memenuhi kebutuhan. Turki sendiri mengalami inflasi yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain yang rata-rata mengalami inflasi di tengah pandemi.

Baca Juga: Bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Jokowi Bahas Ini..

Sejumlah kalangan menyebut inflasi ekstrem terjadi karena kesalahan kebijakan pemerintah.

Salah satunya adalah keputusan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang memangkas suku bunga.

Sang presiden menyebut pemangkasan suku bunga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, ekonom berkata sebaliknya.

Hasilnya, mata uang Turki (lira) pun mencetak rekor nilai tukar terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pemerintah Turki menyebut inflasi naik hampir 20 persen pada Oktober 2021 dibanding tahun sebelumnya. Namun, kalangan akademisi menyebut inflasi sudah mendekati 50 persen.

Sebagai perbandingan, inflasi AS di tengah pandemi tak sampai 6 persen. Sedangkan Uni Eropa yang menggunakan euro sedikit di atas 4 persen.

Lemahnya lira Turki pun membuat harga impor dan bahan-bahan pokok meroket. Kebanyakan industri Turki sendiri dilaporkan masih bergantung pada material impor.

Krisis ekonomi Turki pun mengikis popularitas Erdogan yang cukup kuat di negara itu. Pemerintahan Erdogan dituding gagal mengatasi inflasi.

“Terdapat sejumlah faktor yang menggerakkan inflasi dan harga di bursa finansial, tetapi faktor dominannya adalah kebijakan bank sentral,” kata ekonom asal Istanbul, Derici Sengul.

Erdogan sendiri masih mengklaim ekonomi Turki baik-baik saja. Sang presiden menyebut dalang meroketnya harga-harga adalah jaringan supermarket yang memasang harga terlalu tinggi.

Baca Juga: Turki hingga Iran, Berikut 5 Negara Berpenduduk Muslim yang Larang Pakai Kripto


 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x