Kompas TV internasional kompas dunia

Para Pemimpin G20 Sengit Rundingkan Rancangan Pernyataan Bersama soal Perubahan Iklim

Kompas.tv - 30 Oktober 2021, 22:38 WIB
para-pemimpin-g20-sengit-rundingkan-rancangan-pernyataan-bersama-soal-perubahan-iklim
Presiden Joko Widodo, diapit PM Italia Mario Draghi dan Ketua ASEAN, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei, pada sesi foto bersama di KTT G20 di Roma, Sabtu (30/10/2021). Pernyataan bersama yang sedang dirancang itu mencerminkan sengitnya negosiasi antara para diplomat ketika para pemimpin berkumpul pada dua hari KTT G20 di Roma (Sumber: Straits Times via AFP)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Kalimat tersebut ditulis dalam tanda kurung, yang berarti kalimat tersebut masih perlu negosiasi.

Baca Juga: KTT G20 Italia Didemo, Desak Pemberian Vaksin ke Negara Miskin

Aksi demonstrasi Aliansi Vaksin Rakyat yang menuntut pemerataan vaksinasi di Roma, Italia, Jumat (29/10/2021) jelang KTT G20. (Sumber: Luca Bruno/Associated Press)

Draf terbaru pernyataan bersama itu mengakui rencana nasional saat ini harus diperkuat, khususnya pada bagaimana memperkuat upaya menekan emisi, tetapi menawarkan sedikit detail tentang bagaimana hal itu harus dilakukan.

Pakar PBB mengatakan, bahkan jika rencana nasional saat ini sepenuhnya dilaksanakan, dunia sedang menuju kenaikan suhu sebesar 2,7 derajat, dengan percepatan bencana seperti kekeringan, badai dan banjir.

Rancangan tersebut mencakup janji untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini, dan "melakukan yang terbaik" untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru sebelum akhir tahun 2030-an.

Kedua komitmen ini ada dalam draf sebelumnya, seperti janji lain yang ditegaskan kembali untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil "dalam jangka menengah."

Dalam draf terbaru, para pemimpin G20 juga mengatakan mereka akan "berusaha mengurangi emisi metana kolektif kita secara signifikan".

Metana memiliki dampak yang jauh lebih kuat pada pemanasan global daripada karbon dioksida, namun dalam durasi yang lebih pendek.

Baca Juga: Jokowi Sebut KTT G20 di Bali Jadi Ajang Unjuk Diri Indonesia Soal Penanganan Pandemi

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, tengah, tiba untuk pertemuan para menteri keuangan dan kesehatan G20 di Salone delle Fontane (Hall of Fountains) di Roma, Jumat, 29 Oktober 2021. KTT G20 dijadwalkan akhir pekan ini di Roma adalah pertemuan langsung pertama para pemimpin ekonomi terbesar dunia sejak pandemi COVID-19 dimulai. (Sumber: AP Photo/Alessandra Tarantino)

Kesediaan negara-negara kaya untuk membantu membiayai transisi ekologis negara-negara miskin, yang dikenal sebagai "pembiayaan iklim", kemungkinan akan menjadi sangat penting bagi keberhasilan KTT G20 dan Glasgow.

Pada tahun 2009, negara-negara kaya berjanji untuk menyediakan 100 miliar dolar AS per tahun untuk pembiayaan iklim. Tetapi, mereka gagal memenuhi janji tersebut, hingga menimbulkan ketidakpercayaan dan keengganan di antara beberapa negara berkembang untuk mempercepat pengurangan emisi mereka.

"Kami menekankan pentingnya memenuhi komitmen bersama negara maju untuk memobilisasi 100 miliar dolar per tahun dari sumber publik dan swasta hingga tahun 2025, untuk memenuhi kebutuhan negara berkembang, dalam konteks tindakan mitigasi yang berarti dan transparansi dalam implementasi," seperti tertulis pada rancangan pernyataan bersama G20 terbaru.

Tidak ada referensi untuk pembayaran surut dari uang yang dijanjikan pada tahun 2020, yang menurut beberapa negara berkembang dan aktivis diperlukan.



Sumber : Straits Times



BERITA LAINNYA



Close Ads x