Kompas TV internasional kompas dunia

Program WHO Berencana Beli Pil Anti Virus Covid-19 untuk Negara Miskin

Kompas.tv - 19 Oktober 2021, 19:34 WIB
program-who-berencana-beli-pil-anti-virus-covid-19-untuk-negara-miskin
Tiga perusahaan farmasi Indonesia akan mengimpor obat Covid-19 Molnupiravir buatan Merck. Pemerintah juga menjajaki produksi obat tersebut di Indonesia (19/10/2021). (Sumber: Kompas.com/Shutterstock)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

BRUSSELS, KOMPAS.TV - Program global di bawah organisasi kesehatan dunia WHO yang membantu negara miskin mendapatkan vaksin, tes dan pengobatan Covid-19 berencana memberi obat-obatan antivirus untuk pasien bergejala ringan. Hal itu terungkap dari draf dokumen seperti dilansir Straits Times, Selasa (19/10/2021).

Program yang dipimpin WHO itu akan membeli obat-obatan dengan harga 10 dolar AS atau sekitar Rp140.770 per paket.

Obat minum molnupiravir buatan Merck & Co saat ini masih uji klinis tahap akhir dan kemungkinan termasuk dalam daftar obat yang akan dipesan.

Dokumen itu menjelaskan program tersebut ingin membagikan 1 miliar alat tes Covid-19 dan obat-obatan ke negara miskin untuk merawat 120 juta pasien secara global.

Sekitar 200 juta kasus baru Covid-19 diperkirakan muncul dalam 12 bulan ke depan, menurut dokumen yang disusun Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A) itu.

Juru bicara ACT-A mengatakan, dokumen bertanggal 13 Oktober itu masih berupa rancangan yang perlu menjalani konsultasi terlebih dulu. Dia menolak berkomentar tentang isinya sebelum mencapai tahap final.

Dokumen tersebut akan dikirimkan kepada para pemimpin dunia menjelang KTT G20 di Roma akhir bulan ini.

ACT-A meminta G20 dan donor lain segera memberi dana tambahan sebanyak 22,8 miliar dolar AS atau setara Rp320 triliun hingga September 2022.

Dana tersebut akan digunakan untuk membeli dan mendistribusikan vaksin, obat-obatan dan tes Covid-19 ke negara miskin dalam upaya mempersempit jurang pasokan dengan negara kaya.

Para donor sejauh ini baru menjanjikan bantuan 18,5 miliar dolar atau Rp260 triliun untuk program tersebut.

Baca Juga: 3 Perusahaan Farmasi Indonesia akan Impor Obat Covid Molnupiravir

Kapsul obat Covid-19 bernama Molnupiravir, yang diujicoba ke 775 pasien terinfeksi Covid-19. (Sumber: France24/Merck)

Kebutuhan dana itu berdasarkan pada perkiraan rinci tentang harga obat, perawatan dan tes, yang porsi biayanya paling besar selain biaya distribusi vaksin.

Meskipun tidak secara eksplisit menyebut molnupiravir, dokumen ACT-A itu memperkirakan akan membeli "obat antivirus oral terbaru untuk pasien bergejala ringan/sedang" seharga 10 dolar AS per paket.

Obat-obat lain untuk merawat pasien bergejala ringan saat ini sedang dikembangkan. Namun, molnupiravir jadi satu-satunya obat yang sejauh ini telah menunjukkan hasil positif dalam uji coba tahap akhir.

ACT-A tengah berunding dengan Merck & Co dan sejumlah produsen obat generik untuk membeli obat-obat tersebut.

Harga sebanyak itu sangat murah ketimbang 700 dolar atau sekitar Rp9,8 juta per paket yang disepakati Amerika Serikat untuk membeli 1,7 juta paket pengobatan Covid-19 buatan Merck.

Namun, penelitian oleh Universitas Harvard memperkirakan, molnupiravir akan dibanderol sekitar 20 dolar atau Rp280 ribu jika dibuat oleh produsen obat generik. Harga ini bisa turun lagi menjadi 7,7 dolar atau Rp108 ribu jika produksinya dioptimalkan, atau melewati jumlah tertentu sehingga harga dapat ditekan.

Merck & Co telah sepakat memberi lisensi delapan produsen obat generik di India.

Dokumen ACT-A menyebutkan, kesepakatan pembelian "obat oral untuk pasien rawat jalan" ditargetkan tercapai pada akhir November dan diharapkan tersedia mulai kuartal pertama tahun depan.

Selain itu, program tersebut juga berharap dapat membeli 4,3 juta paket pengobatan Covid-19 untuk pasien rawat inap seharga 28 dolar atau Rp393 ribu per paket, namun dokumen ACT-A tidak menyebut nama obatnya.

 



Sumber : Straits Times/Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x