Kompas TV internasional kompas dunia

Waduh 14 Persen Terumbu Karang Dunia Musnah Satu Dekade Terakhir Akibat Pemanasan Global

Kompas.tv - 5 Oktober 2021, 13:07 WIB
waduh-14-persen-terumbu-karang-dunia-musnah-satu-dekade-terakhir-akibat-pemanasan-global
14 persen terumbu karang dunia musnah sejak 2009 hingga 2018 akibat penangkapan ikan ilegal, destruktif dan tidak teregulasi, diperparah dengan polusi dan polutan, dengan sebagian besar musnah akibat pemanasan global, seperti laporan Global Reef Monitoring Network 05 Oktober 2021 (Sumber: Bloomberg)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Purwanto

PARIS, KOMPAS.TV - Sekitar 14 persen terumbu karang dunia musnah sejak 2009 hingga 2018 akibat penangkapan ikan ilegal, destruktif dan tidak teregulasi yang diperparah oleh polusi dan polutan, serta sebagian besar musnah akibat pemanasan global. Hal itu meninggalkan kuburan terumbu karang yang memutih, tempat ekosistem yang pernah hidup berkembang, menurut survei kesehatan karang terbesar yang pernah ada seperti dilansir France24, Selasa, (05/10/2021).

Laporan yang dibuat lebih dari 300 ilmuwan di Global Coral Reef Monitoring Network menyebutkan terumbu karang di Asia Selatan dan Pasifik, di sekitar Semenanjung Arab, dan di lepas pantai Australia paling terpukul. 

"Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi terumbu karang dunia," kata Paul Hardisty, kepala eksekutif Institut Ilmu Kelautan Australia, dalam sebuah pernyataan.

Lautan menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas dari emisi gas rumah kaca, melindungi permukaan tanah tetapi menghasilkan gelombang panas laut yang besar dan tahan lama. Gelombang panas laut itu membuat batas toleransi banyak spesies terumbu karang terlewati sehingga mengakibatkan kematian.

Satu peristiwa yang disebut pemutihan karang terjadi pada tahun 1998. Peristiwa itu disebabkan oleh kenaikan suhu air laut yang memusnahkan delapan persen dari seluruh terumbu karang.

Terumbu karang hanya menutupi sebagian kecil, sekitar 0,2 persen, dari dasar laut, tetapi mereka adalah rumah bagi setidaknya seperempat seluruh satwa dan tumbuhan laut.

Selain menopang ekosistem laut, terumbu karang menyediakan protein makanan, pekerjaan, dan perlindungan dari badai dan erosi garis pantai bagi ratusan juta orang di seluruh dunia.

Nilai barang dan jasa dari terumbu karang sekitar 2,7 triliun dollar AS per tahun, termasuk 36 miliar dollar AS di bidang pariwisata, kata laporan itu.

Hilangnya karang dari 2009 hingga 2018 bervariasi menurut wilayah, mulai dari 5 persen di Asia Timur hingga 95 persen di Pasifik tropis timur.

Baca Juga: Konservasi Terumbu Karang ala PLN: Manfaatkan Listrik Arus Lemah untuk Proses Transplantasi

Peta sebaran terumbu karang di segitiga karang dunia atau coral triangle, terpadat di dunia berada di Indonesia. 14 persen terumbu karang dunia musnah antara 2009 dan 2018 akibat penangkapan ikan ilegal, destruktif dan tidak teregulasi, diperparah dengan polusi dan polutan, dengan sebagian besar musnah akibat pemanasan global, seperti laporan Global Reef Monitoring Network 05 Oktober 202 (Sumber: Coral Triangle Center)

"Sejak 2009 kita telah kehilangan lebih banyak karang di seluruh dunia daripada semua karang hidup di Australia," kata direktur eksekutif Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) Inger Anderson.

"Kita bisa membalikkan kerugian, tapi kita harus bertindak sekarang."

Panel penasihat ilmu iklim PBB, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, memproyeksikan dengan "keyakinan tinggi" bahwa pemanasan global 1,5 derajat Celsius di atas tingkat era pra-industri akan membuat 70 hingga 90 persen dari semua terumbu karang musnah.

Bila kenaikan suhunya sebesar 2 derajat Celsius, kurang dari 1 persen terumbu karang dunia yang akan bertahan.

Suhu rata-rata permukaan bumi selama ini meningkat sebesar 1,1 derajat C di atas patokan itu.

Laporan berjudul Status Of Coral Reefs Of The World: 2020, menemukan alasan untuk optimisme yang berhati-hati.

"Beberapa terumbu menunjukkan kemampuan luar biasa untuk bangkit kembali, menawarkan harapan untuk pemulihan terumbu yang rusak di masa depan," kata Dr Hardisty.

"Segitiga Terumbu Karang" Asia Timur dan Tenggara, yang berisi hampir 30 persen terumbu karang dunia, terkena dampak lebih ringan oleh kenaikan suhu air laut selama dekade terakhir, dan dalam beberapa kasus menunjukkan pemulihan.

Ketahanan ini dapat disebabkan oleh spesies yang unik di wilayah tersebut, yang berpotensi menawarkan strategi untuk meningkatkan pertumbuhan karang di tempat lain, kata para penulis laporan itu.

Berdasarkan hampir dua juta titik data dari 12.000 situs yang mencakup 73 negara sepanjang 40 tahun pemantauan, laporan tersebut merupakan survei global keenam dan yang pertama sejak 2008.

Untuk mengukur perubahan dari waktu ke waktu, para peneliti membandingkan area yang ditutupi oleh karang keras hidup yang sehat dengan area yang diambil alih oleh alga, yang merupakan tanda kerusakan karang.

Laporan ini dilakukan dengan dukungan dari UNEP dan Inisiatif Terumbu Karang Internasional, kemitraan pemerintah dan organisasi penelitian yang berfokus pada pelestarian terumbu karang dan ekosistem terkait.

 



Sumber : Kompas TV/France24


BERITA LAINNYA



Close Ads x