Kompas TV internasional kompas dunia

Presiden Haiti Tewas Dibunuh dalam Serangan di Rumahnya, Istrinya Turut Terluka Tembak

Kompas.tv - 7 Juli 2021, 21:10 WIB
presiden-haiti-tewas-dibunuh-dalam-serangan-di-rumahnya-istrinya-turut-terluka-tembak
Presiden Haiti, Jovenel Moïse yang tewas ditembak di rumahnya dalam serangan pada Selasa (6/7/2021) malam. (Sumber: AP Photo/Richard Drew)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Tito Dirhantoro

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV — Presiden Haiti Jovenel Moïse tewas ditembak di rumahnya. Termasuk ibu negara Martine Moïse juga tertembak dalam serangan pada Selasa (6/7/2021) malam.

Serangan ini kali pertama diketahui dari pengumuman Perdana Menteri sementara Haiti, Claude Joseph, pada Rabu (7/7/2021).

Melansir Associated Press, Joseph menyebut pembunuhan itu sebagai tindakan yang penuh kebencian, tidak manusiawi dan barbar.

Baca Juga: Kebakaran Pabrik Kimia di Thailand, Kualitas Udara Sekitar Kejadian Dipantau

Menurut Joseph, Martine Moise kini sedang menjalani perawatan di rumah sakit setelah serangan itu.

Haiti telah berada dalam situasi politik yang genting sebelum pembunuhan itu. Kini, negara yang berada di Amerika Latin itu menjadi semakin tidak stabil. 

Sebelumnya, Jovenel Moïse berkuasa melalui dekrit selama lebih dari dua tahun setelah negara itu gagal mengadakan pemilihan.

Pihak oposisi pun menuntut almarhum mundur selama beberapa bulan terakhir.

"Situasi keamanan negara berada di bawah kendali Kepolisian Nasional Haiti dan Angkatan Bersenjata Haiti. Demokrasi dan republik akan menang," kata Joseph dalam pernyataan resmi dari dari kantor perdana menteri, dikutip dari Associated Press

Pada Rabu dini hari, jalan-jalan sebagian besar kosong di ibu kota negara Haiti, Port-au-Prince. Namun, sejumlah orang menggeledah pertokoan di satu wilayah ibu kota negara itu.

Baca Juga: Kasus Penularan Covid-19 Melonjak Tajam, Korea Selatan Batal Longgarkan Pembatasan

Joseph mengatakan, pihaknya telah mengerahkan polisi untuk menjaga Istana Nasional dan komunitas kelas atas Pétionville dan akan mengirimkan personel ke daerah lain.

Kesengsaraan ekonomi, politik, dan sosial bertambah parah di Haiti baru-baru ini. Kekerasan geng melonjak tajam di Port-au-Prince. Inflasi juga ikut meningkat drastis. 

Makanan serta bahan bakar menjadi barang langka. Seluruh masalah ini terjadi saat Haiti masih berusaha untuk pulih dari gempa mematikan pada 2010 dan Badai Matthew pada 2016.

Para pemimpin oposisi sempat menuduh Moïse berusaha memperkuat kekuasaannya, termasuk dengan menyepakati sebuah dekrit yang membatasi kekuasaan pengadilan untuk mengaudit kontrak-kontrak pemerintah.

Selain itu, Moïse juga menandatangani dekrit pendirian sebuah badan intelijen yang hanya bertanggung jawab kepada presiden.

Dalam beberapa bulan terakhir, para pemimpin oposisi menuntut dia mundur, dengan alasan bahwa masa jabatannya secara hukum berakhir pada Februari 2021. 

Baca Juga: Amerika Serikat Dibayangi Risiko Corona Warga yang Tidak Divaksin

Moïse dan pendukungnya mengklaim bahwa masa jabatannya dimulai ketika dia menjabat pada awal 2017.

Saat itu, Haiti gagal menyelenggarakan pemilihan umum dan terpaksa menunjuk Jovenel Moïse sebagai presiden sementara selama jeda satu tahun.

Sebelumnya, Haiti berencana mengadakan pemilihan umum pada akhir tahun 2021.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x