Kompas TV internasional kompas dunia

Dewan Keamanan PBB Desak Gencatan Senjata di Yaman

Kompas.tv - 13 Mei 2021, 18:00 WIB
dewan-keamanan-pbb-desak-gencatan-senjata-di-yaman
Seorang anak pengungsi Yaman di kamp pengungsi Provinsi Marib pada 9 Mei 2021. Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (12/05/2021) menyerukan penghentian segera pertempuran di Yaman. (Sumber: Reuters via Arab News)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

NEW YORK, KOMPAS.TV - Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (12/5/2021) menyerukan penghentian segera pertempuran di Yaman. Dewan Keamanan berkeyakinan hanya gencatan senjata dan penyelesaian politik dapat mengakhiri konflik enam tahun di negara termiskin di dunia Arab dan krisis kemanusiaan terburuk di dunia tersebut.

Dalam menyerukan penghentian permusuhan, seperti dilansir Arab News, Kamis (13/5/2021), DK PBB menuding penyebab krisis adalah serangan militer pemberontak Syiah Houthi yang didukung Iran.

Serangan itu membahayakan sekitar 1 juta warga sipil yang mengungsi ke sana sejak 2015 untuk melarikan diri karena adanya pertempuran.

Pernyataan pers DK PBB tersebut menyusul pengarahan utusan khusus PBB Martin Griffiths yang kehabisan kata-kata untuk menekankan bahwa serangan Houthi yang berlangsung lebih dari setahun itu telah angka kematian yang sangat mencengangkan, termasuk anak-anak yang tanpa ampun dijerumuskan ke dalam pertempuran.

Orang-orang terlantar di Marib hidup dalam ketakutan akan nyawa mereka. "Dan serangan itu sampai sekarang terus-menerus mengganggu upaya perdamaian."

Pada tahun 2014, Houthi menyerbu Ibu Kota Sanaa dan sebagian besar wilayah utara Yaman. Penyerbuan itu mendorong pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi mengungsi ke pengasingan.

Baca Juga: Saudi Arabia Nyatakan Ingin Akhiri Konflik Yaman, Sekjen PBB Sambut Baik

Milisi Houthi di Yaman. Dewan Keama. nan PBB pada hari Rabu, (12/05/2021) menyerukan penghentian segera pertempuran di Yaman(Sumber: AP Photo)

Koalisi pimpinan Saudi yang didukung AS melakukan intervensi pada tahun berikutnya melawan Houthi yang berusaha memulihkan pemerintahan Hadi.

Pertempuran intensif di Marib terjadi di tengah dorongan diplomatik internasional dan regional untuk mengakhiri konflik.

"Semakin lama serangan Marib berlangsung, semakin besar risiko bagi stabilitas dan kohesi sosial Yaman yang lebih luas," Griffiths memperingatkan.

“Ini dapat mengarah pada pengalihan konflik ke daerah lain di Yaman, termasuk daerah yang untungnya tetap jauh dari medan konflik utama. Yaman adalah negara yang tidak stabil, mudah tidak stabil."

Griffiths mengungkapkan kekhawatirannya bahwa serangan Marib mungkin menunjukkan kepada beberapa orang bahwa perang dapat dimenangkan secara militer. Tetapi dia mengatakan, penaklukan militer hanya akan memicu siklus kekerasan dan kerusuhan lebih lanjut.

Menurut Griffiths, Yaman hanya dapat diatur secara efektif oleh kemitraan inklusif dari kekuatan dan komponen politik yang berbeda.

Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengatakan kepada DK PBB, sekitar 25.000 orang mengungsi untuk menghindari pertempuran di Marib, banyak dari mereka menyelamatkan diri untuk kedua atau ketiga kalinya.

Jika pertempuran tidak berhenti, kata Lowcock, "Lembaga bantuan khawatir hingga 385.000 orang dapat mengungsi dalam beberapa bulan mendatang."

Baca Juga: Takut Dirudal Milisi Houthi, PM Israel Hindari Wilayah Udara Arab Saudi

Foto seorang bayi Yaman lahir dari ibu yang kekurangan nutrisi parah. Setidaknya 400.000 anak-anak balita Yaman akan mati kelaparan tahun 2021 akibat kekurangan nutrisi parah bila tidak ada intervensi dunia, menurut empat badan PBB hari Jumat, (12/02/2021) (Sumber: AP Photo)

Lowcock memperingatkan, kelaparan masih mengintai negara, dengan lima juta orang tinggal selangkah lagi dari kelaparan. Terlebih lagi kasus Covid-19 yang masih melonjak akan mendorong sistem perawatan kesehatan runtuh.

"Kelaparan, penyakit, dan kesengsaraan lainnya adalah akibat perang dan itulah mengapa sangat penting untuk menghentikan pertempuran," katanya.

Sejak Maret 2020, Griffiths berusaha membuat Houthi dan pemerintah berkomitmen untuk gencatan senjata nasional, untuk membuka kembali Bandara Sanaa untuk lalu lintas komersial, memastikan aliran bahan bakar dan komoditas yang tidak terganggu melalui pelabuhan utama Hodeida, dan untuk melanjutkan proses politik yang bertujuan mencapai penyelesaian politik.

“Saya di sini untuk mengatakan kesepakatan masih sangat mungkin,” kata Griffiths kepada dewan.

Dalam pernyataannya, Griffiths juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada negara-negara yang mendukung perdamaian di Yaman. Seperti Oman, Arab Saudi, Amerika Serikat, dan lainnya. "Mereka bekerja erat dan tanpa perbedaan di antara kami," katanya.

Baca Juga: Kelaparan di Yaman Hanya Kumpulkan Bantuan 1.7 dari 3.85 Miliar Dollar AS, Sekjen PBB: Mengecewakan!

Kamp pengungsi rakyat sipil Yaman di Provinsi Marib, 10 Mei 2021, yang menghindari serangan kelompok Houthi yang didukung Iran (Sumber: Nabil Al-Azwari/ Reuters via Arab News)

Griffiths mengatakan perbedaan antara pihak-pihak di Yaman sebenarnya bukan tidak bisa dijembatani. Kesepakatan dapat dicapai dengan mudah, sangat cepat, jika kedua belah pihak setuju.

Namun dia mengatakan kepada DK PBB dalam beberapa kesempatan selama negosiasi, Houthi menolak untuk bertemu dengannya, termasuk baru-baru ini. "Mengatakan ini adalah memberi sinyal yang salah adalah pernyataan yang meremehkan," katanya.

Anggota Dewan Keamanan PBB menyatakan dukungan untuk Griffiths dan mengungkapkan harapan mereka agar Houthi segera bertemu dengannya.

Tak lama setelah pertemuan dewan berakhir, Sekretaris Jenderal Antonio Gutteres mengumumkan pengangkatan Griffiths sebagai kepala kemanusiaan PBB berikutnya, menggantikan Lowcock. Namun Guterres mengatakan Griffiths akan terus menjadi utusan utama PBB untuk Yaman sampai transisi diumumkan.

Dalam beberapa minggu mendatang, Griffiths mengatakan, semua negara harus mendorong para pihak, khususnya Houthi, untuk menyelesaikan negosiasi sehingga pertempuran berhenti.

"Dan saya ingin bisa menyelesaikannya sebelum kita bertemu lagi," katanya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x