Kompas TV internasional kompas dunia

Lagi, 16 Demonstran Myanmar Tewas, Jubir Anti-Militer: Hari yang Memalukan buat Angkatan Bersenjata

Kompas.tv - 27 Maret 2021, 17:35 WIB
lagi-16-demonstran-myanmar-tewas-jubir-anti-militer-hari-yang-memalukan-buat-angkatan-bersenjata
Seorang polisi (tengah) mengacungkan senapannya ke arah demonstran penentang kudeta militer Myanmar di Naypyidaw. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Hariyanto Kurniawan

“Tentara berusaha untuk bergandengan tangan dengan seluruh bangsa untuk menjaga demokrasi. Tindakan kekerasan yang memengaruhi stabilitas dan keamanan untuk menyampaikan tuntutan adalah hal tak pantas," kata Aung Hlaing.

Pernyataan itu menyiratkan militer menyalahkan para demonstran sebagai pelaku kekerasan. Aung Hlaing juga mengatakan militer hendak melindungi masyarakat dan mengembalikan kedamaian.

Namun, sebelumnya pada Jumat (26/3/2021) sore, televisi negara menyebarkan ancaman.

Baca Juga: 2 WNI Jadi Korban Kekerasan Verbal dan Fisik di Amerika Serikat

“Anda harus belajar dari tragedi kematian sebelumnya yang mengerikan bahwa Anda bisa terancam ditembak di kepala dan punggung," demikian pernyataan yang tersiar di televisi milik pemerintah.

Peringatan itu tidak menyatakan secara spesifik tentang perintah terhadap aparat bersenjata untuk menembak warga hingga tewas. Junta militer sebelumnya malah menyebut secara tersirat bahwa tembakan senjata api berasal dari kerumunan demonstran.

Meski begitu, peringatan itu menunjukkan keinginan militer mencegah gangguan saat Hari Angkatan Bersenjata. Perayaan ini berjalan untuk mengenang kembali awal perlawanan terhadap penjajahan Jepang pada 1945.

Perlawanan Myanmar pada penjajah itu dipimpin pendiri militer bernama Aung San. Bapak bangsa Myanmar sekaligus ayah Aung San Suu Kyi itu dibunuh pada 1947.

Jenderal Min Aung Hlaing berdalih melakukan kudeta karena Aung San Suu Kyi dan partainya NLD berbuat curang dalam pemilu. Ia juga menuduh para pejabat NLD terbukti bersalah melakukan korupsi dan melanggar hukum.

Aung San Suu Kyi, tokoh politik paling populer di Myanmar terus ditahan oleh aparat di tempat rahasia. Para pejabat NLD juga ikut ditahan.

Baca Juga: Selamatkan Kapal Kargo yang Kandas di Terusan Suez, Alat Penyedot Raksasa Dikerahkan

Beberapa minggu belakangan, negara-negara dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa terus menekan dewan militer Mynamar. Amerika, Inggris Raya dan Uni Eropa telah menjatuhkan berbagai sanksi ekonomi pada anggota militer dan Myanmar.

Sementara, Utusan khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener, mengatakan militer telah berbalik melawan warganya sendiri.

"Perempuan, pemuda dan anak-anak termasuk di antara mereka yang terbunuh," katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara, China dan Rusia terus mendukung Myanmar. Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin adalah satu-satunya utusan negara asing yang menghadiri parade peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x