Kompas TV internasional kompas dunia

Sehari Pasca Biden Dilantik, Irak Diguncang Dua Bom Bunuh Diri, 32 Tewas

Kompas.tv - 22 Januari 2021, 03:08 WIB
sehari-pasca-biden-dilantik-irak-diguncang-dua-bom-bunuh-diri-32-tewas
Situasi pasca aksi bom bunuh diri yang mengguncang kawasan perdagangan Bab al-Sharqi yang ramai di Baghdad, Irak, Kamis (21/1). (Sumber: AP Photo / Hadi Mizban)
Penulis : Vyara Lestari

Baca Juga: Ribuan Pelayat di Irak Gelar Peringatan Kematian Jenderal yang Dibunuh Tentara AS

Di Vatikan, Paus Fransiskus mengutuk serangan tersebut sebagai “aksi brutal yang tidak masuk akal” dan mendesak rakyat Irak untuk tetap bekerja menggantikan kekerasan dengan persaudaraan dan perdamaian. Paus mengirimkan telegram duka cita untuk Presiden Irak.

Pada awal Maret mendatang, Paus Fransiskus dijadwalkan mengunjungi Irak dalam upaya mendukung komunitas Kristen di negara itu yang sempat mengalami penganiayaan oleh ISIS.  

Aksi dua bom bunuh diri pada Kamis lalu menjadi aksi serangan pertama dalam tiga tahun terakhir yang menargetkan distrik komersial Baghdad yang sibuk. Pada 2018, serangan bom bunuh diri sempat terjadi di wilayah yang sama, tak lama setelah Perdana Menteri (pada waktu itu) Haidar al-Abadi menyatakan kemenangannya atas kelompok militan Sunni ISIS.

Dalam beberapa bulan terakhir, Irak mengalami serangan yang dilancarkan baik oleh kelompok teroris ISIS maupun kelompok-kelompok milisi Syiah. Kelompok milisi kerap menjadikan AS sebagai target, dengan melakukan serangan roket dan mortar secara rutin terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad. Namun, kecepatan serangan-serangan tersebut telah menurun sejak kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran menyatakan gencatan senjata informal pada Oktober lalu.

Gaya serangan bom bunuh diri pada Kamis lalu terbilang serupa dengan aksi-aksi ISIS di masa lalu. Namun, ISIS jarang bisa masuk ke area ibukota Irak sejak diusir oleh tentara Irak dan koalisi AS pada 2017.

Baca Juga: Kelompok Teroris ISIS Bunuh 11 Penambang Batubara Minoritas Syiah Di Pakistan Barat Daya

ISIS telah menunjukkan kemampuannya melakukan serangan yang makin canggih di Irak utara, tempat mereka masih bercokol, tiga tahun setelah Irak menyatakan kemenangan mereka atas kelompok tersebut.

Pasukan keamanan Irak kerap disergap dan menjadi sasaran penyerangan di kawasan pedesaan Kirkuk dan Diyala. Serangan meningkat pada musim panas lalu saat milisi memanfaatkan fokus pemerintah yang terpusat pada penanganan pandemi corona.

Aksi bom bunuh diri pada Kamis lalu terjadi beberapa hari setelah pemerintah Irak setuju dengan suara bulat untuk menggelar pemilu lebih awal pada Oktober. Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi telah mengumumkan pada Juli bahwa pemilu awal ini digelar untuk memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Tahun lalu, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan menuntut perubahan politik serta diakhirinya korupsi yang merajalela dan layanan yang buruk. Lebih dari 500 orang tewas dalam aksi unjuk rasa saat pasukan keamanan menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa.

Irak juga bergulat dengan krisis ekonomi parah akibat rendahnya harga minyak. Ini memaksa pemerintah melakukan peminjaman internal dengan risiko menghabiskan cadangan mata uang asing Irak. Tahun lalu, Bank Sentral Irak mendevaluasi dinar Irak hingga hampir 20% untuk memenuhi kewajiban pengeluaran. 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x