Kompas TV internasional kompas dunia

Target Kerusuhan Gedung Capitol Ternyata Jauh Lebih Serius: Menangkap dan Membunuh Para Pejabat AS!

Kompas.tv - 16 Januari 2021, 03:31 WIB
target-kerusuhan-gedung-capitol-ternyata-jauh-lebih-serius-menangkap-dan-membunuh-para-pejabat-as
Jacob Anthony Chansley, pria asal Arizona (mengenakan topi bulu bertanduk) yang ambil bagian dalam kerusuhan Gedung Capitol pekan lalu, tampak tengah mengonfrontasi petugas keamanan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021. Chansley menyerahkan diri pada FBI pada 9 Januari 2021. (Sumber: AP Photo / Manuel Balce Ceneta)
Penulis : Vyara Lestari

PHOENIX, KOMPAS.TV – Kerusuhan yang dilakukan para pendukung Trump dalam serbuan ke Gedung Capitol pekan lalu bertujuan untuk menangkap dan membunuh para pejabat terpilih, demikian diungkapkan jaksa federal dalam dokumen persidangan.

Hal ini terungkap dalam mosi yang diajukan jaksa penuntut Kamis malam (14/1) waktu setempat dalam kasus melawan Jacob Chansley, pria asal Arizona yang berpartisipasi dalam pemberontakan tersebut dengan penampilan wajah dicat, tanpa baju dan mengenakan topi bulu bertanduk.

Detil yang terangkum dalam dokumen persidangan ini mengungkap kenyataan baru tentang seriusnya kerusuhan Gedung Capitol. Para jaksa menganjurkan agar para penyelidik meyakini adanya upaya yang jauh lebih terorganisir, meskipun ada klaim dari para perusuh bahwa kerusuhan tersebut merupakan luapan kemarahan spontan terhadap kekalahan Donald Trump pada hasil pilpres Amerika Serikat (AS). Selama berminggu-minggu, Trump terus mengajukan klaim tak terbukti terkait adanya kecurangan dalam pilpres AS.

Baca Juga: Biden Salahkan Trump dalam Kerusuhan yang Terjadi di Gedung Capitol

Jaksa penuntut mengatakan, setelah Chansley naik ke mimbar yang digunakan Wakil Presiden Mike Pence saat memimpin sidang beberapa saat sebelumnya, Chansley menuliskan ancaman pada Pence yang berbunyi, “Ini hanya masalah waktu, keadilan akan datang.”

Pence dan para pemimpin kongres segera diungsikan keluar ruang sidang oleh paspampres Secret Service dan polisi Gedung Capitol sebelum para perusuh menyerbu masuk ruangan sidang.

“Bukti kuat, termasuk kata-kata Chansley dan aksinya di Gedung Capitol, mendukung fakta bahwa niat para perusuh Gedung Capitol adalah untuk menangkap dan membunuh para pejabat terpilih pemerintah AS,” demikian tulis jaksa penuntut dalam mosi mereka, dan mendesak agar hakim tetap menahan Chansley dalam penjara.

Baca Juga: Protes Penyelenggaraan Pemilu, Pendukung Trump Serbu Gedung Capitol

Pengacara Chansley, Gerald Williams, tidak membalas telepon dan email dari Associated Press untuk dimintai komentar. Sidang lanjutan dijadwalkan berlangsung pada Jumat waktu setempat.

FBI telah menyelidiki adanya kemungkinan rencana para perusuh menculik dan menyandera para anggota Kongres, dan memfokuskan penyelidikan pada pria yang terlihat membawa borgol dan semprotan merica.

Baca Juga: Biden Sebut Serbuan ke Gedung Capitol oleh Pendukung Trump Sebagai Pemberontakan, Harus Segera Bubar

Jaksa penuntut mengajukan kemungkinan serupa pada Jumat (15/1) dalam kasus seorang petugas Angkatan Udara AS yang diduga membawa borgol dalam plastik bersegel karena bermaksud menyandera. Namun sejauh ini, Departemen Kehakiman AS belum merilis bukti spesifik terkait plot atau menjelaskan rencana para perusuh membawa para anggota Kongres keluar.

Chansley, yang menyebut dirinya sebagai “dukun QAnon” dan telah lama menjadi pendukung Trump, menyerahkan diri pada FBI di Phoenix pada Sabtu.

Baca Juga: Identitas Wanita yang Tewas di Gedung Capitol Terungkap, Ternyata Veteran Angkatan Udara

Sejumlah foto yang beredar memperlihatkan dirinya tampil bertelanjang dada dengan wajah dicat dan mengenakan topi bulu bertanduk, sambil membawa bendera AS yang diikat ke sebuah tongkat kayu berujung tombak.

QAnon merupakan teori konspirasi apokaliptik dan berbelit-belit yang beredar luas di internet dan dipromosikan oleh sejumlah kelompok ekstrimis sayap kanan.

Chansley mengaku pada para penyelidik bahwa ia datang ke Gedung Capitol, “demi memenuhi panggilan presiden bahwa seluruh patriot diharap datang pada 6 Januari 2021”. Chansley didakwa dengan tuduhan gangguan sipil, menghalangi sebuah proses resmi, perilaku tak tertib dalam gedung berakses terbatas, dan demonstrasi di Gedung Capitol.

Baca Juga: Dianggap Panaskan Protes di Gedung Capitol, Pesan Donald Trump Dihapus Facebook, Twitter dan Youtube

Lebih dari 80 orang menghadapi dakwaan aksi kekerasan, termasuk lebih dari 40 orang di pengadilan federal. Lusinan lainnya ditangkap karena melanggar jam malam pada malam itu. Sejauh ini, tuduhan federal yang diajukan terutama untuk kejahatan seperti masuk secara ilegal. Namun, jaksa penuntut mengatakan bahwa mereka menimbang aksi kejahatan yang lebih serius terhadap sejumlah perusuh yang beberapa di antaranya merupakan mantan anggota militer dan polisi yang sangat terlatih.

Michael Sherwin, penjabat pengacara AS untuk Distrik Columbia (DC), mengatakan pada pekan ini bahwa ia telah mengorganisir sebuah kelompok jaksa penuntut keamanan nasional dan korupsi publik yang fokus utama satu-satunya adalah mengajukan tuntutan penghasutan atas kejahatan paling keji yang terjadi di Gedung Capitol.

Baca Juga: Empat Orang Tewas Dalam Protes di Gedung Capitol Amerika Serikat

Dalam sidang di Texas pada Kamis lalu, jaksa penuntut mendesak hakim untuk tetap menahan Kolonel Larry Rendall Brock Jr di penjara, menyebut pria tersebut berniat menyandera. Brock ditangkap pada Minggu di Texas setelah kedapatan difoto tengah berada di lantai Senat selama kerusuhan. Dalam kerusuhan Gedung Capitol tersebut, Brock tampak mengenakan sebuah helm dan rompi, dan membawa borgol dalam plastik bersegel.  

“Ia berniat menculik, menahan, mungkin mencoba, atau mengeksekusi para anggota pemerintahan AS," ujar Asisten Pengacara AS Jay Weimer tanpa merinci.

Pengacara Brock, Brook Antonio II, mengatakan bahwa Brock hanya didakwa dengan pelanggaran ringan. Antonio menambahkan, tidak ada bukti langsung Brock mendobrak pintu atau jendela untuk masuk ke Gedung Capitol, atau melakukan aksi kekerasan setelah ia berada di dalam Gedung Capitol.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x