Kompas TV internasional kompas dunia

Keponakan Trump Sebut Pamannya Kejam dan Pengkhianat

Kompas.tv - 6 Desember 2020, 01:20 WIB
keponakan-trump-sebut-pamannya-kejam-dan-pengkhianat
Mary Trump, keponakan petahana Presiden AS Donald Trump. (Sumber: Avary Trump via AP)
Penulis : Vyara Lestari

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Mary Trump, keponakan petahana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut pamannya sebagai seorang kriminal yang kejam dan pengkhianat yang layak dipenjara setelah lengser dari Gedung Putih.

Mary Trump yang merupakan seorang psikolog dan penulis buku, adalah putri dari kakak Trump, Fred Jr. Mary kerap mengkritik pamannya secara blak-blakan.

 “Jika ada orang yang layak dituntut dan diadili, Donald-lah orangnya,” ucap Mary lugas.

Saat ditanya tentang reaksi Trump atas komentar keponakannya, juru bicara kampanye kepresidenan Donald Trump hanya menyahut pendek sembari menyindir, “Apa dia juga menyebutkan kalau dia sedang jualan buku?!”

Dikutip dari Associated Press, pekan ini Mary Trump mengumumkan tengah dalam proses menulis buku lanjutan dari buku tentang sang paman sebelumnya yang menjadi best seller, berjudul “Terlalu Banyak dan Tak Pernah Cukup, Bagaimana Keluargaku Menciptakan Lelaki Paling Berbahaya Sedunia”.

Buku terbarunya yang berjudul “The Reckoning” (= Pembalasan) yang diterbitkan Penerbit St. Martin’s Press, baru akan beredar pada Juli tahun depan. Menurut Mary, buku ini membahas apa yang ia sebut sebagai trauma kolektif rakyat AS sejak jaman perbudakan warga Afrika hingga beban ekonomi dan dampak kesehatan mental akibat pandemi Covid-19.

Paman Mary yang lain, Robert Trump, sempat menuntut untuk memblokir buku “Terlalu Banyak dan Tak Pernah Cukup” agar tak beredar di toko buku, dengan menyebut bahwa tulisan Mary melanggar kesepakatan keluarga yang melarang menerbitkan cerita tentang anggota inti keluarga tanpa persetujuan mereka. Namun, pengadilan menolak tuntutan ini.

Pada September lalu, Mary menuntut dua pamannya, Donald Trump dan Robert Trump serta bibinya Maryanne Trump Barry, seorang pensiunan hakim federal. Mary menuduh ketiganya telah mengkhianati dirinya dan merugikan dirinya sebanyak jutaan dolar dengan memaksanya keluar dari bisnis keluarga. Robert Trump meninggal pada Agustus lalu, dan kasus ini ditunda.

Saat buku “Terlalu Banyak dan Tak Pernah Cukup” terbit pada Juli lalu, Trump mencuitkan di Twitter dan menyebut bahwa Mary adalah, “keponakan yang jarang saya lihat yang tidak tahu tentang saya, yang berkata bohong tentang orang tua saya yang hebat (yang tak tahan dengan dia!) dan saya.”

Mary Trump menyebut, perilaku Donald Trump pasca pilpres AS yang tak bisa menerima kekalahannya disebutnya sebagai, “masuk akal,” dengan menyindir, “mengingat kepribadian, psikologis dan tabiatnya yang kerap menghina orang yang kalah.”

“Inilah sosok yang tak pernah menang secara sah dalam hidupnya,” ujar Mary. “Tapi dia juga tak pernah kalah. Karena dalam pandangannya, menang sungguh hal yang sangat penting dan ia merasa harus selalu menang hingga menghalalkan segala cara, termasuk berbohong, berkhianat dan mencuri.”

Mary menyebut, sang presiden mewarisi tabiat buruknya dari sang ayah, Fred Trump, seorang pengembang real estat yang meninggal di tahun 1999. Mary menyebut kakeknya sebagai “seorang manusia mengerikan yang menikmati menghina orang lain.”

“Tidak sesederhana itu menyebut Donal Trump buruk dan kejam. Masalahnya, ia memang diijinkan untuk berlaku seperti itu,” terang Mary. “Setiap pelanggaran yang dilakukannya tanpa menerima hukuman telah menjadi celah baginya untuk makin bersikap buruk.”  

Mary menyadari bahwa dirinya hanya sesekali bertemu dengan sang presiden dalam 20 tahun terakhir. Dalam bukunya “Terlalu Banyak dan Tak Pernah Cukup”, Mary menulis bahwa Trump sempat mengundangnya dan keluarganya dalam acara makan malam keluarga di Gedung Putih pada 2017. Saat itu, Mary menyebut sosok Trump dengan, “Ia tak berubah sama sekali. Saya melihat orang yang sama yang saya kenal saat saya bertumbuh besar.”

Donald Trump kini tengah menghadapi setidaknya satu penyelidikan kriminal yang tertunda, penyelidikan atas urusan bisnisnya oleh jaksa wilayah Manhattan. Kasus ini berjalan lambat karena kubu Trump melawan dengan pertarungan hukum seputar akses pengembalian pajaknya.

Tak ada satu pun mantan presiden AS yang pernah ditangkap usai lengser dari Gedung Putih, namun Mary Trump berpendapat bahwa melindungi orang-orang berkuasa dari hukuman telah merusak negara secara historis.

“Akan menjadi sebuah tragedi jika Donald dan semua orang yang membolehkan dan melakukan kejahatan bersama Donald tidak dimintai pertanggungjawaban,” ujar Mary. “Ini akan membuat negara ini tak mungkin pulih dalam jangka waktu panjang.”




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x