Kompas TV internasional kompas dunia

WHO: Dunia Sudah Bisa Impikan Akhir dari Pandemi

Kompas.tv - 5 Desember 2020, 08:42 WIB
who-dunia-sudah-bisa-impikan-akhir-dari-pandemi
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo

MARKAS BESAR PBB, KOMPAS TV – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus hari Jum’at (04/12/2020) waktu New York menyatakan, “Dunia bisa mulai mengimpikan akhir dari pandemi,” menyusul hasil positif berbagai uji coba vaksin Covid-19. Namun Tedros menekankan, negara yang kuat dan kaya tidak boleh mengesampingkan dan menginjak-injak negara miskin dalam “perebutan vaksin”.

Dalam pidatonya di depan persidangan tingkat tinggi pertama Majelis Umum PBB yang membahas pandemi, Dirjen WHO memperingatkan, walau virus bisa dihentikan namun “jalan yang membentang di depan masih penuh rintangan,”

Seperti dilaporkan Associated Press dalam pidatonya Tedros mengatakan, pandemi menunjukkan ‘sisi terbaik dan sisi terburuk’ dari kemanusiaan, sambil menunjukkan banyaknya,’tindakan penuh kasih dan pengorbanan diri, kejutan di bidang inovasi dan sains dan solidaritas yang menghangatkan hati, namun juga memunculkan sisi terburuk seperti pengutamaan kepentingan pribadi, saling menyalahkan, dan perpecahan,”

Baca Juga: Pemimpin PBB dan Dunia Bertemu Untuk Mencari Jalan Akhiri Pandemi

Merujuk kepada lonjakan infeksi dan tingkat kematian terbaru, Tedros mengatakan tanpa menyebut nama negara, “dimana ilmu ditenggelamkan oleh teori konspirasi, dimana kemanusiaan dipecah belah, dimana pengorbanan digantikan oleh kepentingan diri sendiri, disitu virus terus bertumbuh, virus terus menyebar,”

Tedros memberi peringatan, vaksin ‘tidak akan menjawab kerapuhan yang terhampar hingga di akarnya,’ yaitu kelaparan, kemiskinan, ketidaksetaraan, dan perbahan iklim, yang dia katakan harus bisa diatasi setelah pandemi ini berakhir. Tedros mengatakan dalam pidato virtual pada pertemuan tingkat tinggi tersebut.

“Kita tidak bisa dan kita tidak boleh kembali kepada pola eksploitatif yang sama dari produksi dan konsumsi, kepada pengabaian terhadap bumi kita yang menopang seluruh kehidupan, kepada lingkaran kepanikan dan politik pecah belah yang menjadi bahan bakar dari pandemi ini,” tegas Tedros lebih lanjut.

Tentang vaksin Tedros mengatakan, 'Pancaran sinar di ujung terowongan itu secara bertahap makin terang,' namun vaksin 'harus dibagikan secara setara sebagai barang publik tingkat dunia, dan bukan sebagai komoditas pribadi yang bisa memperlebar ketidaksetaraan dan menjadi sebab tambahan makin tertinggalnya beberapa kelompok orang,'

Program ACT-Accelerator dari WHO yang bertujuan mempercepat pembuatan dan distribusi vaksin saat ini berada pada ‘kondisi berbahaya dimana hanya akan menjadi pertunjukan dari sikap mulia saja’ tanpa pembiayaan baru yang lebih besar.

Tedros menjelaskan, 4.3 miliar dollar AS dibutuhkan segera untuk membentangkan dasar-dasar pembelian massal dan pengiriman vaksin, sementara 23.9 miliar dollar AS akan dibutuhkan tahun 2021. Total dari jumlah itu, kata Tedros, tidak ada setengah dari satu persen angka paket stimulus kelompok G20, senilai 11 triliun dollar AS.

Baca Juga: Dirjen WHO Tedros Adhanom Lakukan Karantina Mandiri Setelah Berinteraksi Dengan Positi Covid

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutarakan permintaan yang sama bagi pembiayaan program ACT-Accelerator, pada pidato pembukaan persidangan majelis umum PBB tersebut. Juru bicara PBB Stephane Dujarric hari Jum’at mengatakan, Guterres frustasi dan sangat ingin melihat ‘investasi yang makin tinggi dari negara-negara yang mampu,’

Terlepas dari peringatan yang sudah diluncurkan selama bertahun-tahun, banyak negara tidak siap menghadapi pandemi dan berasumsi sistem kesehatan masyarakat mereka bisa melindungi rakyatnya. Banyak negara yang berhasil menangani krisis memiliki pengalaman menangani meledaknya virus SARS, H1N1 dan penyakit menular lain.

WHO selama ini mendapat kritik pedas karena tidak mengambil langkah keras dan bersuara lebih kencang dalam penanganan pandemi. Tedros pada pertemuan itu mengatakan,'jelasnya, sistem global untuk kesiapan (menghadapi penyakit) membutuhkan perhatian,'

Dia mengatakan, Komisi WHO yang dibentuk September lalu sedang mengkaji berbagai peraturan kesehatan internasional. WHO juga bekerja dengan beberapa negara dalam membangun program percontohan dimana negara-negara itu setuju mengikuti kajian yang teratur dan transparan atas kesiapan sektor kesehatan mereka, tutur Tedros lebih jauh.

Pandemi juga menunjukkan kebutuhan akan sistem global untuk saling berbagi sampel virus dan pathogen lain yang menyebabkan penyakit, untuk tujuan memfasilitasi pengembangan 'tindakan pencegahan medis sebagai barang milik publik yang bersifat global,' sambil menyambut tawaran Swiss untuk menggunakan laboratorium berkeamanan ketat untuk mengelola sebuah biobank yang baru.

Tedros juga mendukung usulan ketua Uni Eropa Charles Michel untuk membuat traktat internasional dimana WHO akan memantau resiko penyakit pada satwa yang menular kepada manusia, memastikan peringatan akan resiko kesehatan, peningkatan akses kepada layanan kesehatan, dan menjawab kebutuhan pembiayaan. Dia mengatakan semua itu dapat menyediakan dasar politik bagi penguatan sektor kesehatan global.

Baca Juga: Pemerintah Kejar Target WHO, Testing Covid-19 Per November Meningkat Jadi 90,64 Persen

Dunia menghabiskan 7.5 triliun dollar AS setiap tahun untuk kesehatan, atau 10% dari Produk Domestik Bruto dunia, namun Tedros mengatakan, sebagian besar uang itu dibelanjakan di negara-negara kaya untuk menyembuhkan penyakit dibanding untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan.

'Kita perlu pemikiran ulang yang radikal tentang cara kita melihat dan menghargai kesehatan,'

'Bila dunia bisa menghindar dari krisis lain pada skala ini,' ujar Tedros, 'Investasi pada fungsi-fungsi dasar kesehatan masyarakat, terutama layanan kesehatan dasar adalah penting, dan seluruh jalan yang ada sebaiknya harus menuju pada pencakupan kesehatan secara universal dengan dasar fondasi layanan kesehatan yang kuat,'




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x