Kompas TV internasional kompas dunia

Proses Transisi Kekuasaan Presiden AS: Keputusan Ada di Tangan Murphy

Kompas.tv - 18 November 2020, 00:46 WIB
proses-transisi-kekuasaan-presiden-as-keputusan-ada-di-tangan-murphy
Kepala Administrasi Layanan Umum (GSA) AS, Emily Murphy. GSA bertugas menangani proses transisi kekuasaan kepresidenan AS. (Sumber: AP Photo / Susan Walsh)
Penulis : Vyara Lestari

Baca Juga: Donald Trump Akui Kekalahannya Secara Tersirat

Ia bekerja keras melalui politik partisan ke posisi yang tidak menjadi sorotan, namun yang tak dapat disangkal merupakan roda penggerak pemerintahan yang kuat.

“Saya di sini bukan untuk menjadi berita utama atau membuat nama saya terkenal,” kata Murphy dalam sidang konfirmasi Senatnya pada Oktober 2017. “Tujuan saya adalah melakukan tugas bagian saya, membuat pemerintahan federal yang lebih efisien, efektif dan responsif bagi rakyat AS.”

Namun, selama tugasnya di pemerintahan, Murphy juga tak lepas dari kontroversi.

Murphy mengambil alih kendali GSA pada akhir 2017 dan segera mendapati dirinya terlibat dalam pertempuran kongres terkait masa depan markas besar FBI yang runtuh di pusat kota Washington. Trump membatalkan rencana berusia 10 tahun untuk menghancurkan gedung dan memindahkan FBI ke luar ibukota.

Beberapa anggota DPR dari Partai Demokrat yakin bahwa Trump, yang memiliki sebuah hotel di properti sewaan federal di dekat gedung FBI, khawatir kalah dalam persaingan pindah ke lokasi gedung FBI jika kompleks gedung itu diruntuhkan dan bahwa ia membatalkan rencana itu karena kepentingan pribadi. Murphy tampaknya memberi jawaban yang kurang tepat pada seorang anggota parlemen yang menanyakan tentang pembicaraan dengan Trump dan timnya menyoal markas besar FBI itu.

Inspektur Jenderal GSA menemukan bahwa dalam sidang kongres 2018 lalu, Murphy telah memberikan jawaban yang tidak lengkap dan mungkin meninggalkan kesan menyesatkan bahwa dia tidak berdiskusi dengan Presiden atau pejabat senior Gedung Putih dalam proses pengambilan keputusan tentang proyek tersebut.

Baca Juga: Transisi Kekuasaan dari Trump ke Biden Terancam Tidak Mulus

Dalam tugas sebelumnya di GSA selama masa pemerintahan George W Bush, Murphy berselisih dengan kepala GSA Lurita Doan.

Murphy, yang ketika itu menjabat sebagai kepala akuisisi, merupakan salah satu dari sejumlah pejabat politik yang berani bersuara di tahun 2007 setelah wakil Karl Rove – kepala penasehat politik Bush – itu memberi briefing pada pejabat politik GSA menyoal para pejabat Demokrat di Kongres yang diharapkan Partai Republik akan dilengserkan pada 2008.

Murphy merupakan salah satu peserta yang memberi tahu penasehat khusus bahwa Doan telah meminta GSA untuk dapat dipergunakan membantu kandidat-kandidatnya. Murphy mundur segera setelah episode tersebut. Presiden Bush lalu memaksa Doan untuk mengundurkan diri di tahun berikutnya.

Danielle Brian, direktur eksekutif badan nirlaba PGO mengatakan, episode tersebut memberinya harapan bahwa Murphy, setelah mengambil alih GSA, akan mampu menahan tekanan dari Trump.

“Pada dasarnya, ia (Murphy) adalah seorang pemberi informasi,” kata Brian. “Ia punya potensi untuk berdiri menentang seorang presiden. Tapi tampaknya tidak demikian.”

Barram, kepala GSA era Bush-Gore, menyatakan simpatinya terhadap Murphy.

“Para anggota parlemen Republik memintanya untuk lebih berani daripada mereka,” ujar Barram. “Tentu saja itu merupakan keputusannya, dan ia harus memutuskannya dalam beberapa hari ini. Tapi mereka bisa membuatnya lebih mudah jika 5 atau 10 orang dari mereka keluar menampakkan diri dan berkata: ‘Biden telah menang. Mari beri selamat pada rekan lama Senat kita.’”

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x