Kompas TV entertainment selebriti

Mengenang Maestro Lukis Djoko Pekik Pencipta "Berburu Celeng" yang Kini Telah Berpulang

Kompas.tv - 12 Agustus 2023, 12:01 WIB
mengenang-maestro-lukis-djoko-pekik-pencipta-berburu-celeng-yang-kini-telah-berpulang
Pelukis Maestro Indonesia, Djoko Pekik meninggal dunia pada Sabtu (12/8/2023) (Sumber: Kompas.id)
Penulis : Dian Nita | Editor : Desy Afrianti

Karya Djoko Pekik masih sering menjadi obyek dalam berbagai pameran, antara lain pada pameran tunggalnya “Jaman Edan Kesurupan” di Galeri Nasional (2013), dan pada “ARTJOG 9” di Jogja National Museum (2016).

Dalam pameran tunggalnya “Jaman Edan Kesurupan” (Jakarta, 2013), Djoko menampilkan 28 lukisan dan tiga patung yang dibuatnya pada periode 1964-2013.

Karya Djoko yang dipamerkan mengilustrasikan proses perjalanan hidup Djoko sebagai seorang individu, seniman, dan warga negara. 

Makna Lukisan "Berburu Celeng"

Djoko Pekik memiliki kepekaan sosial yang tinggi dibandingkan orang kebanyakan. Kepekaan tersebut ia gambarkan lewat karya-karya lukisannya yang fenomenal.

Lukisan "Berburu Celeng" yang menggambarkan keadaan para pemimpin Indonesia pada masa Orde Baru disebut memiliki harga termahal di tahun 1998 dengan nilai Rp1 miliar.

Ia pun sempat menceritakan filosofi keserakahan di balik lukisan "Berburu Celeng" pada 21, April 2020 lalu.

Baca Juga: Hadiah Ulang Tahun dari Butet untuk Ganjar, Lukisan Soekarno Berlatar Warna Merah

"Celeng itu adalah lambang keserakahan, apa-apa doyan, membabi buta, perusak, kalau jalan enggak bisa lurus , jadi sesuka hatinya sendiri, mentang-mentang raja. Matinya celeng itu hanya digebuki dan diburu orang," ujar Djoko Pekik, dikutip dari Kompas.com.

Ia mengatakan, seorang raja atau penguasa yang bersikap zalim maka akhir hidupnya juga akan terhina seperti celeng.

Djoko menjelaskan, ia melukis "Berburu Celeng" dua bulan sebelum pemerintahan Presiden Soeharto lengser.

Di lukisan tersebut, Djoko menggambarkan rakyat yang begitu gembira setelah berhasil berburu celeng. Rakyat merayakannya dengan berbagai kesenian tradisional, seperti pantomim, jathilan, reog, dan lain-lain.

"Tapi ingat celeng itu kuat sekali. Akhirnya meskipun sudah diburu akhirnya dari celeng satu jadi celeng semua," ujar Djoko.




Sumber : Kompas TV, Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x