Kompas TV entertainment lifestyle

'Ditampar' Lukisan Beauty In The Mundane Karya Anaya Anjar di Artotel Yogyakarta

Kompas.tv - 10 September 2022, 09:28 WIB
ditampar-lukisan-beauty-in-the-mundane-karya-anaya-anjar-di-artotel-yogyakarta
Mariam Yulia Rahman (kanan), selaku Marketing Communications Manager di Artotel Suites Bianti, Jumat (9/9/2022), menjelaskan hotelnya memiliki misi menjadi rumah bagi seniman Indonesia. (Sumber: KOMPAS TV)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Edy A. Putra

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Artotel Suites Bianti Yogyakarta memamerkan kembali karya pekerja seni di Artspace Lobby Level dalam eksibisi kedua tahun ini.

Sekarang, sembilan lukisan karya seniman muda Anaya Anjar terpampang sejajar pada dinding lobi hotel bagian timur, berlatar tembok warna oranye bolong-bolong, tapi memanjakan mata.

Pameran lukisan solo itu bisa dinikmati masyarakat mulai 9 September hingga 13 November 2022 secara gratis.

KOMPAS TV tiba di Artotel pada Jumat (9/9), sekira pukul 16.00 WIB, jelang dibukanya pameran bertajuk Beauty in The Mundane

Diiringi hujan lebat sepanjang jalan, sebelum masuk ke lobi hotel, saya meniriskan sisa-sisa air yang menggenangi jas hujan di parkiran bawah tanah. 

Sesosok perempuan juga baru saja tiba, sedikit basah kuyup, melakukan hal identik dengan kami bersama rekan prianya.

Tuhan maha adil, hujan agaknya turun merata di tanah Yogyakarta.

Pameran sebenarnya baru akan dibuka mulai pukul 19.00 WIB, tetapi saya mendapat kesempatan berbincang dengan Anaya, sosok yang sempat bersua dengan saya ketika tiba di parkiran tadi. 

Wartawan dari sejumlah media, mulai pukul 17.00 WIB, melemparkan beberapa pertanyaan, kepada Naya, sapaan akrabnya, dan Marketing Communications (Marcom) Manager Artotel Suites Bianti Mariam Yulia Rahman.

Anaya Anjar menjelaskan tentang salah satu karyanya yang dipajang dalam pameran Beauty In The Mundane di Artotel Suites Bianti, Jumat (9/9/2022). (Sumber: KOMPAS TV)

Benturan Jakarta-Yogyakarta Membawa Naya Memahami Proses "Eksistensi" dan "Menjadi"

Merujuk tema eksibisi, Beauty in The Mundane, saya sempat mengira lukisan yang dipamerkan terkoneksi dengan tembang grup musik Bird of Figment dengan judul serupa. Namun bukan itu kenyataannya.

"Oh enggak, saya malah nggak tahu itu," kata Naya, sembari duduk di kursi kayu beralaskan busa empuk.

Ia menyebut, proses kreatif justru berangkat dari lingkungan sekitar.

"Saya ini asli dari Jakarta, terus ada proses perpindahan tempat tinggal ke Yogyakarta. Di situ, saya merasa ada perbedaan gaya hidup signifkan, antara orang Jogja dengan Jakarta," kata Naya.

"Apalagi lingkungannya, tempat tinggal saya itu di daerah pinggiran, termasuk daerah rural, Sewon," lanjut alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta tersebut.

Naya lantas menegaskan perkara kontras antara tempatnya berkuliah dan situasi ibu kota.

"Secara perumahan, saya masih dekat dengan alam, di tengah-tengah sawah, di banding saat di Jakarta, di tengah ibu kota yang padat, di sebuah gedung apartemen, itu kan beda banget ya. Jadi secara visualisasi, saya kebanyakan inspirasinya dari situ," terang Naya.

Dari sembilan karya yang dipamerkan, lima lukisan ia garap sebelum lulus kuliah, termasuk beberapa di antaranya sebagai hasil tugas akhir. Empat yang lain dibesut sepanjang 2022, selepas mengantongi gelar sarjana.

Baca Juga: Ketika Foto Berbicara: Hidup di Tengah Perang Ukraina

Lukisan Naya minimalis, membentang di atas kanvas bergores cat akrilik, dengan ciri permainan gabungan antara bentang alam dan ruang kosong yang divisualisasikan via warna-warna kontras, tetapi sungguh padu.

"Peran warna yang kontras cukup penting, karena itu memancarkan suasana dari karya yang saya visualisasikan. Jadi membantu (penikmat memahami-red) suasana yang ingin sampaikan," ujar Naya.

Naya juga mengakui, lukisannya dipengaruhi oleh beberapa seniman besar dunia.

Ada David Hockney, pelukis Amerika Serikat, dan Guin Tio, spesialis landscape dari Spanyol, serta seniman New York, Ben Evans, yang ia sebut "permainannya tak terlalu landscape, tetapi secara warna, banyak main antara bayangan dan cahaya."

"Sebenarnya dari saya sendiri fokus ke gaya pop minimalis, dari segi warna dan bentuk. Jadi di sini saya lebih fokus memvisualisasikan nuansa penggabungan alam dan ruang, yang mungkin banyak ruang kosong," kata Naya.

Minimnya objek dalam sentuhan, dimaksudkan agar penikmat bisa melihat diri sendiri di dalam lukisan.

"Dibanding kalau ada objek di dalam lukisan, dia nggak bisa menempatkan diri sendiri dalam lukisan," kata Naya, disusul penyataan "ingin menampilkan nuansa tenang."

Baca Juga: Ketika Foto Bicara Derita Perang di Dunia: dari Vietnam, Suriah, Palestina, hingga Ukraina

Lukisan yang 'Menampar'

Apa yang Naya katakan ihwal penikmat dapat merasuk ke dalam lukisan, saya alami sepenuhnya. Sembilan lukisan Naya 'menampar' kepala, membuat saya sadar bahwa baru saja terjadi peristiwa kontras dalam hidup.

Sebagai kaum menengah ke bawah dengan isi saku pas-pasan, ini kali kedua saya meliput di hotel bintang lima.

Hanya saja, baru sekarang, sebagai wartawan, saya mendapat pelayanan begitu mewah, dengan sambutan begitu sopan dari para karyawan. Artotel Suites Bianti dengan kategori luxury lifestyle hotel menawarkan kesan eksklusif.

Begitu masuk ke lobi, mata saya disambut arsitektur bernuansa seni, sementara telinga disuguhi alunan piano live yang datang dari jemari lentik bapak-bapak bertopi pet di kepala. Masih banyak layanan lain kelas wahid lainnya.

Bayangan akan lukisan Naya, ketika saya meninggalkan hotel selepas wawancara, menampar kian keras. 

Saya kembali ke eksistensi diri, melanjutkan kehidupan sehari-hari, jauh dari kesan mewah, di indekos berukuran 3x3 meter dengan genting yang kadang bocor ketika datang hujan lebat.

Lukisan Naya menyadarkan, "Saya hanya orang biasa, yang mencicipi kesempatan sejenak menjadi kaum elite."

Anaya Anjar, Mariam Yulia Rahman dan awak media berbincang, sebelum acara opening pameran Beauty In The Mundane di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta, Jumat (9/9/2022). (Sumber: KOMPAS TV)

Rumah bagi Para Seniman

Terlepas dari segala eksklusivitas yang ditawarkan, Artotel Suites Bianti sebagai hotel berkonsep art memang membawa misi memajukan dunia seni Indonesia. 

"Kami ingin berkontribusi mendukung para seniman dan memajukan industri seni Indonesia, khususnya di Yogyakarta, agar Artotel Suites Bianti dapat menjadi rumah, bagi para seniman dan para seniman kontemporer," ujar Imant Setiawan, General Manager hotel itu, via siaran pers. 

Untuk bisa menampilkan karya seni di Artotel, Mariam kemudian menjelaskan prosedurnya.

"Mereka (seniman-red) akan mengirimkan profil, portofolio karya, dan sebagainya, kepada kami, saya, atau ke Art Director Artotel Group," terangnya.

"Setelah profil diterima, nanti kami kurasi, dan bagi seniman terpilih, karya akan dipamerken, seperti mbak Naya ini," terang Marcom Manager hotel itu.

Baca Juga: Cerita Foto dari Azovstal: Kehidupan Serdadu Ukraina yang Terjebak di Benteng Terakhir Mariupol


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x