Kompas TV entertainment film

Mengenang Tan Tjeng Bok, Aktor Tiga Zaman yang Meninggal dalam Kemiskinan

Kompas.tv - 21 Januari 2022, 19:49 WIB
mengenang-tan-tjeng-bok-aktor-tiga-zaman-yang-meninggal-dalam-kemiskinan
Buku Biografi Tan Tjeng Bok, salah seorang seniman Tionghoa yang mewarnai lanskap seni di Tanah Air.(Sumber: Gramedia Digital)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menjelang perayaan Imlek yang jatuh pada 1 Februari, banyak hal dari budaya Tionghoa yang memengaruhi budaya di Nusantara. Bukan hanya itu, tak sedikit seniman Tionghoa yang mewarnai lanskap seni di Tanah Air, salah satunya aktor Tan Tjeng Bok.

Lelaki yang dijuluki "Pak Item" ini lahir di Jakarta pada 30 April 1898 dari pasangan Tan Soen Tjiang dan Dasih, perempuan asli Betawi. 

Kehidupan Tan Tjeng Bok, benar-benar mengabdi di dunia seni (teater dan film) dari sejak masa kanak-kanak hingga akhir hayatnya. Sejak masa kanak-kanak, Tan Tjeng Bok sudah tak betah di rumah. Dia sering keluyuran setiap malam. 

Pada usia 12 tahun ketika masih menjadi murid Hollandsch Chineesche School di Bandung, ia sudah sering bolos, yang membuatnya harus meninggalkan bangku sekolah.

Namun, bakat dan minatnya pada dunia seni tampak makin terlihat. Selepas tak bersekolah, dia belajar silat pada ayahnya.

Karena patuh, dia pun punya keleluasaan keluyuran. "Jangankan  diizinkan, tanpa izin pun saya senang keluyuran," katanya mengenang masa kecilnya, seperti tercantum dalam buku Peranakan Idealis karya H.Junus Jahja (terbitan Kepustakaan Populer Gramedia).

Namun yang membuat hatinya benar-benar kepincut adalah grup keroncong. Mulanya hanya menonton, kemudian mencoba menyanyikan lagu Keroncong Mauritsco, dan cukup berhasil. Hingga ia pun ikut dalam orkes Keroncong Si Goler asuhan Mat Pengkor. 

Baca Juga: Profil Ardhito Pramono, Aktor dan Musisi AP yang Ditangkap Polisi Terkait Narkoba

Mendengar anaknya ikut orkes keroncong, sang ayah naik pitam. Tan dihajar dan kemudian kabur ke Jakarta. Bagi sang ayah, orkes keroncong hina dan tak pantas.

Di Jakarta, Tan ikut perkumpulan sandiwara wayang Cina. Ia ikut bersama rombongan Sui Ban Lian yang pentas keliling Jakarta, tapi hanya sebagai pesuruh saja. 

Ketika malam Imlek, ia bergabung dengan rombongan lenong Si Ronda pimpinan Ladur yang berkeliling Jawa Barat. 

Karirnya sebagai "anak wayang" terus meroket hingga bergabung dengan grup Dardanella pimpinan Miss Dja yang sangat terkenal. Ia makin keranjingan hingga keliling nusantara untuk pentas, dari Sabang sampai Merauke.  

Grup ini memang terkenal mementaskan berbagai naskah, dari Hamlet hingga Kisah 1001 Malam. Dari karya Shakespeare hingga Alexandre Dumas. Tan merasa puas dan hidup mewah karena bayarannya paling mahal. Dari pentas ke pentas, dia sampai punya mobil Rolls-Royce.

Namun nahas, pada 1940, Dardanella tutup. Ketika Jepang masuk, Tan masuk Java Industries Film (JIF), perusahaan film milik The Teng Joen. Dari sini, karirnya sebagai bintang film dimulai.

Dia membintangi Srigala Hitam (1941), Si Gomar (1941), Singa Laoet (1941) dan Tengkorak Hidoep (1941). 

Ketika Indonesia merdeka, film yang dibintanginya makin banyak, seperti Melarat Tapi Sehat (1954), Bengawan Solo (1971), Aku Tak Berdosa (1972) hingga Donat Pahlawan Pandir (1978). 

Ketika masa kejayaan TVRI di era Orde Baru, namanya makin moncer. Penampilannya menghibur tua muda, pria dan perempuan. 

Namun di balik kesuksesannya sebagai aktor, dia tak pernah langgeng berumah tangga. Beberapa kali kawin cerai.

Baca Juga: Rayakan Sumpah Pemuda, Jokowi Resmikan Stasiun TVRI Papua Barat

Gaya hidupnya yang boros dan tak beraturan membuatnya jatuh miskin. Hingga saat masuk rumah sakit pada 1979, dia tak punya biaya berobat. Untuk membantu biaya, seorang pelukis bernama Oto Suastika membuat lukisan potret Tan Tjeng Bok yang laku dijual.

Dalam kemiskinan dan sakit jantung, Tan Tjeng Bok meninggal pada pada 15 Februari 1985 dalam usia 87 tahun. Namun, namanya tetap dikenang sebagai aktor dan seniman hebat.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x