Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Pengamat Sebut untuk Atasi Ancaman Krisis, Indonesia Wajib Bangun Pondasi Pangan Mandiri

Kompas.tv - 22 Oktober 2023, 01:00 WIB
pengamat-sebut-untuk-atasi-ancaman-krisis-indonesia-wajib-bangun-pondasi-pangan-mandiri
Foto ilustrasi. Buruh angkut menata karung-karung beras Bulog asal Vietnam di salah satu toko di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Selasa (28/1/2014). (Sumber: TRIBUNNEWS/HERUDIN)
Penulis : Gading Persada | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat pertanian yang juga pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai Indonesia saat ini membutuhkan pasokan tambahan stok bahan pangan utama yakni sembako. Hal ini tak terlepas dari sejumlah sebab.

Menurut dia, beberapa hal seperti puncak musim kemarau sehingga banyak daerah dilanda kekeringan, serta kondisi jelang Pemilu 2024 praktis membutuhkan pasokan sembako lebih banyak.

Khudori menuturkan, sebagai upaya jangka menengah dan panjang atasi krisis pangan, maka Indonesia perlu membangun pondasi dan kemampuan mandiri pangan.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan, di antaranya yakni pemerintah harus memilih dan memilah mana komoditas yang harus swasembada dan penuhi kebutuhan sendiri, dan mana yang tidak. 

Baca Juga: India Batasi Impor, Vietnam dan Thailand Kini Jadi Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia

"Pemerintah saat ini seolah olah hanya mengejar swasembada pangan namun targetnya jauh meleset," imbuh Khudori dalam keterangannya, Sabtu (21/10/2023).

Pria yang juga Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan periode 2010-2020 itu menjelaskan, pemerintah harus menambah lahan pangan baru dalam hitungan perkapita.

"Ini indikator sejauh mana sebuah negara sediakan sejauh mana cukup lahan perkapita besar secara teoritis dengan potensi pangan," tegasnya.

Selanjutnya, pembukaan lahan kawasan luar Jawa. Pembukaan lahan di luar Jawa, imbuhnya, meski tidak bagus, namun pembukaan lahan baru butuh waktu dan investasi besar. Menurutnya, membuka lahan baru butuh waktu kisaran tiga tahun sehingga membutuhkan lompatan teknologi dan inovasi.

Selain itu, pemerintah juga harus membuat terobosan pada sektor padi berupa revolusi hijau yang dapat melipatgandakan hasil produksi.

"Becermin dari Brasil yang bisa jadi eksportir kedelai dan gandum padahal diyakini gandum komoditas yang tumbuh di negara subtropis Brasil bisa tanam di negara tropis, sehingga riset harus dilakukan," tegas dia. 

Khudori menegaskan, berdasar informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sentra produksi padi di Jawa Barat, Sumatra Selatan, Bali dan Lampung serta Jawa Timur saat ini dilanda kekeringan akibat hujan yang tidak juga turun. Padahal, idealnya hujan terjadi pada Oktober, namun gagal.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x