Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

AS Terancam Gagal Bayar Utang, Ekonom Minta RI Siapkan Langkah Antisipasi

Kompas.tv - 9 Mei 2023, 07:33 WIB
as-terancam-gagal-bayar-utang-ekonom-minta-ri-siapkan-langkah-antisipasi
Pemerintah AS terancam risiko default utang, dan bencana itu diperkirakan terjadi akhir bulan ini. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengingatkan pemerintah, agar menyiapkan langkah antisipasi terkait dampak gagal bayar utang Amerika Serikat.   (Sumber: The Hill)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengingatkan pemerintah, agar menyiapkan langkah antisipasi terkait dampak gagal bayar utang Amerika Serikat (AS).

“Kalau AS tidak membayar utangnya, pasti resesinya akan makin buruk dan otomatis kita terdampak. Ini harus diperhatikan,” kata Tauhid dalam diskusi virtual, Senin (8/5/2023).

Ia menyoroti sektor ekspor-impor yang menunjukkan bagaimana pengaruh AS terhadap perekonomian Indonesia. 

Tauhid menampilkan data ekspor-impor nonmigas Kementerian Perdagangan yang memperlihatkan, bahwa ekspor ke AS menunjukkan penurunan sementara impor mengalami peningkatan.

Ia menjelaskan, ekspor nonmigas ke AS, sebagai salah satu mitra dagang utama, pada Januari hingga Februari 2022 tercatat sebesar 4,9 miliar dolar AS. 

Baca Juga: Pemerintah AS Terancam Gagal Bayar Utang pada Awal Juni, Ini Penjelasan Detail Krisis Itu

Lalu nilainya turun 22,14 persen menjadi 3,5 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun 2023.

Sementara itu, kontribusi ekspor AS terhadap kinerja ekspor Indonesia sebesar 9,41 persen.

Di sisi lain, impor dari AS ke Indonesia mengalami kenaikan sebesar 20,13 persen.

Yakni yang sebelumnya sebesar 1,12 miliar dolar AS pada Januari hingga Februari 2022 lalu naik menjadi 1,35 miliar dolar AS pada periode yang sama setahun setelahnya.

Ia menuturkan, dampak ekspor-impor AS juga terlihat pada kinerja sejumlah industri strategis, seperti elektrik, alas kaki, karet dan produk karet, furnitur, ikan, serta kayu dan produk kayu. 

Sedangkan kinerja industri-industri tersebut memiliki andil dalam memengaruhi perekonomian nasional.

Baca Juga: Segini Nilai Surat Utang Amerika Serikat yang Dipegang Arab Saudi, Usai Jepang Geser China

Artinya, resesi di AS memungkinkan untuk memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara general.

“Jadi, kita harus hati-hati. Bukan hanya soal utang, tapi ekonomi secara umum yang sudah menunjukkan peran signifikan AS ke kita,” ujar Tauhid.

Indef pun merekomendasikan pemerintah untuk mengurangi dependensi Indonesia terhadap perekonomian AS, misalnya dengan diversifikasi kerja sama perdagangan dan investasi.

Indef juga menyarankan agar Bank Indonesia (BI) dapat mempersiapkan langkah antisipasi sehingga bisa merespons secara cepat ketika AS gagal membayar utang.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan tidak ada pengaruh potensi gagal bayar utang AS ke perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Subsidi Kacamata BPJS Kesehatan Naik, Simak Besaran dan Cara Klaimnya

Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers virtual Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II Tahun 2023 di Jakarta, Senin (8/5). 

"Terutama kalau kita lihat pasar belum memberikan sinyal terhadap kemungkinan dinamika politik itu," ucap Sri Mulyani.

Menurutnya, potensi gagal bayar utang AS merupakan dinamika politik lantaran Negeri Paman Sam sebenarnya bisa membayar utang jika plafon utang Pemerintah AS dinaikkan tanpa syarat.

Adapun Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin Partai Republik pada bulan lalu telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan menaikkan plafon utang pemerintah sebesar 31,4 triliun dolar AS. 

Tetapi langkah tersebut termasuk pemotongan pengeluaran besar-besaran selama dekade berikutnya yang ditentang oleh Presiden AS Joe Biden dan rekan-rekannya dari Partai Demokrat.

Baca Juga: Biaya Transaksi 0 Persen, Jokowi Minta Kementerian, Lembaga dan Pemda Pakai Kartu Kredit Pemerintah

Ia mengakui, potensi gagal bayar ini bisa merambat ke pasar surat berharga negara (SBN). Namun, pasar SBN domestik saat ini masih menarik dengan imbal hasil (yield) yang masih bagus yakni dibanding Desember 2022 menurun 50 basis poin (bps), sedangkan dibandingkan dengan akhir April 2023 menguat 9 bps.

Selain itu prospek ekonomi Indonesia pun masih bagus, dengan inflasi yang rendah dan nilai tukar yang terus menguat.

"Kondisi ini semuanya menjadi daya tarik yang cukup baik," sebut Sri Mulyani. 


 

Di pasar SBN, terdapat pula aliran modal asing masuk lantaran dari sekian banyak negara termasuk pasar berkembang, Indonesia termasuk yang memiliki kinerja baik.

Hingga saat ini, modal asing masuk di pasar SBN tercatat meningkat Rp9,41 triliun menjadi Rp65,76 triliun sejak awal tahun. Kondisi tersebut menggambarkan prospek yang baik terhadap Indonesia.

Persepsi risiko investasi Indonesia juga cukup baik, dengan Credit Default Swap (CDS) yang stabil dan tidak adanya persepsi terhadap risiko yang berhubungan dengan adanya masalah plafon utang di AS.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x