Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Selain Sri Lanka dan Inggris, Ini Daftar Belasan Negara yang Alami Krisis Ekonomi

Kompas.tv - 30 September 2022, 10:54 WIB
selain-sri-lanka-dan-inggris-ini-daftar-belasan-negara-yang-alami-krisis-ekonomi
Sri Lanka hari Jumat, (6/5/2022) dilanda pemogokan nasional di seluruh negeri menuntut pengunduran diri pemerintah yang dianggap gagal menangani krisis ekonomi. Selain Sri Lanka, ada belasan negara lain yang juga mengalami krisis ekonomi akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina. (Sumber: France24/Ishara Kodikara)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

Baca Juga: Kenali Krisis Ekonomi dan Resesi, Perbedaan dan Kemungkinan Dampaknya

5. Lebanon
Lebanon, sebagaimana Sri Lanka, memiliki kombinasi faktor-faktor beracun penyebab krisis ekonomi seperti kolapsnya mata uang, meroketnya inflasi, ancaman kelaparan, kurangnya pasokan kebutuhan pokok, serta kelas menengah yang menyusut.

Lebanon juga menderita akibat perang sipil berkepanjangan. Pemulihan pasca-perang pun dihambat disfungsi pemerintahan dan serangan-serangan teror.

6. Myanmar
Dampak pandemi Covid-19 di Myanmar diperparah dengan kudeta militer terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 silam. Kudeta pun berbuntut sanksi-sanksi Barat yang menyasar sektor komersial penggerak ekonomi yang dikuasai militer.

Ekonomi Myanmar berkontraksi hingga 18 persen pada tahun lalu, kemudian diproyeksikan hampir tidak bertumbuh sama sekali pada 2022.

Lebih dari 700.000 orang terpaksa mengungsi atau terusir dari rumah oleh konflik bersenjata dan kekerasan politis.

Situasi Myanmar disebut tidak jelas. Sehingga, proyeksi ekonomi global Bank Dunia tidak memasukkan Myanmar untuk tahun 2022-2024.

Baca Juga: Beda dari Resesi Ekonomi, RI Pernah Alami Krisis Ekonomi Parah pada 1998

7. Turki
Keuangan pemerintah yang semakin buruk dan defisit modal serta perdagangan melengkapi masalah menumpuknya utang luar negeri Turki serta tingginya angka pengangguran. Inflasi Turki pun mencapai lebih dari 60 persen.

Bank Sentral Turki terpaksa menggunakan cadangan devisa untuk mengatasi krisis mata uang. Pemotongan pajak dan subsidi bahan bakar untuk meredam dampak inflasi telah melemahkan keuangan pemerintah.

Warga Turki kini disebut kesulitan membeli makanan dan bahan pokok lain. Utang luar negeri Turki pun mencapai 54 persen dari jumlah GDP negara itu.

8. Zimbabwe
Inflasi di Zimbabwe kini tengah melampaui 130 persen, memicu ketakutan bahwa negara itu akan kembali ke masa hiperinflasi pada 2008 yang mencapai 500 miliar persen.

Zimbabwe sendiri saat ini tengah mendolarisasi sebagian besar ekonominya seiring ketidakpercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Namun, Zimbabwe disebut kesulitan mendapatkan uang kertas yang diperlukan di tengah meningkatnya permintaan terhadap dolar AS.

Ekonomi Zimbabwe sendiri saat ini diterpa de-industrialisasi, korupsi, rendahnya investasi, ekspor rendah, serta utang luar negeri tinggi selama bertahun-tahun. Banyak keluarga di Zimbabwe yang terpaksa mengurangi makan karena sulit memenuhi kebutuhan.

Baca Juga: Bujet Bulanan Menipis karena Harga-harga Naik, Ini Daftar Investasi dengan Modal Kecil

9. Suriah
Dalam catatan terakhir inflasi Suriah pada Agustus 2021, besarannya mencapai 139,46 persen. Angka itu naik dari bulan sebelumnya sebesar 133,67 persen.

Suriah yang terus dilanda konflik menjadi salah satu negara yang sangat kesulitan dari sisi ekonomi. Daya beli masyarakatnya pun menjadi salah satu yang terburuk di dunia.

10. Sudan
Sudah menjadi negara berikutnya dengan inflasi tertinggi mencapai 125,4 persen pada Juli 2022. Inflasi tersebut sejatinya turun sejak April 2022 sebesar 220,7 persen.

11. Venezuela
Venezuela menjadi negara kaya minyak yang mengalami inflasi tinggi, mencapai 114,1 persen pada Agustus 2022. Sejatinya, inflasi Venezuela sudah berada dalam tren penurunan. Pada April, inflasi tercatat sebesar 222,3 persen

Negara ini pun sempat dinyatakan gagal. Apalagi, rekor inflasinya pernah mencapai 334 persen.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x