Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Dampak Inflasi Amerika Serikat bagi Indonesia

Kompas.tv - 24 Agustus 2022, 09:14 WIB
dampak-inflasi-amerika-serikat-bagi-indonesia
Inflasi Amerika Serikat berdampak pada banyak negara. (Sumber: Freepik/bnmk0819)
Penulis : Ristiana D Putri | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masih jelas terekam dalam ingatan kita saat inflasi Amerika Serikat menyentuh angka 9,1 persen. Nasib buruk yang menimpa negeri paman sam ini salah satunya dikarenakan permintaan yang tinggi.

Hal tersebut juga dipengaruhi oleh pengeluaran besar-besaran senilai lima triliun dolar untuk melindungi rumah tangga dan bisnis dari goncangan ekonomi akibat pandemi. Sayangnya, usaha ini tak hanya berdampak bagi negaranya sendiri, melainkan juga negara lainnya.

Faktor-faktor penyebab inflasi lainnya juga dibahas Joice Tauris Santi, Certified Financial Planner dan Jurnalis Kompas.id, dalam siniar CUAN bertajuk “Apakah Kripto Alat Hedging Melawan Inflasi?” di Spotify

Selain berimbas pada melemahnya nilai tukar rupiah,inflasi Amerika Serikat juga memicu kenaikan suku bunga. Ekonom Center of Reform Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menuturkan kenaikan inflasi disusul oleh agresivitas kenaikan suku bunga acuan bisa menjaga peredaran dolar AS lebih stabil.

Namun, jika sampai akhir tahun suku bunga The Fed terus menunjukkan kenaikan, stabilitas pasar keuangan negara akan terganggu oleh aliran modal keluar. Akan ada kebijakan yang bisa memicu terjadinya capital outflow sehingga menyebabkan kesenjangan antara suku bunga domestik dan internasional.

Baca Juga: Badminton Lovers Lihat Nih, 6 Sepak Terjang Indonesia Sepanjang Kejuaraan Dunia BWF

Penyebab Inflasi

Penyebab inflasi yang paling umum salah satunya adalah adanya peningkatan jumlah uang yang beredar. Sebab, uang meningkat terjadi karena mencetak terlalu banyak uang. 

Akhirnya, uang jadi kehilangan daya belinya. Inflasi juga timbul karena adanya dorongan dari minimnya ketersediaan barang dan tingginya permintaan. 

Naiknya Suku Bunga The Fed

Naiknya suku bunga The Fed mengakibatkan adanya penguatan nilai dolar AS terhadap mata uang negara lain. Pada Juli 2022, rupiah melemah terhadap dollar AS sebesar 3,98 persen. 

Oleh sebab itu, bank sentral di berbagai negara mau tidak mau juga ikut menaikkan suku bunga untuk menjaga valuasi mata uangnya. Bank Indonesia (BI) sampai 21 Juli 2022 memilih tetap mempertahankan tingkat suku bunga BI-7 day Repo Rate pada level 3,5 persen. 

Kenaikan suku bunga berarti memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan menurunkan daya beli masyarakat. Karenanya, pemerintah harus hati-hati dalam mengambil kebijakan.

Biasanya, ada dua pilihan yang akan dihadapi, yaitu menahan laju inflasi atau mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. 

Baca Juga: Rumah Mewah Berusia 1.200 Tahun Ditemukan di Israel Selatan

Dampak nyata yang terjadi akibat inflasi adalah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dan listrik nonsubsidi pada Juli 2022. Oleh sebab itu, keadaan ekonomi ini seakan menjadi badai yang harus dihadapi dalam beberapa waktu kedepan. 

Jadi, masyarakat sangat perlu mengelola keuangannya dengan baik dan bijak untuk menghindari masa-masa sulit seperti sekarang ini.

Simak obrolan bersama Joice Tauris Santi, Certified Financial Planner dan Jurnalis Kompas.id dalam siniar Cari Untung Bareng Teman (CUAN) episode “Apakah Kripto Alat Hedging Melawan Inflasi?”  hanya di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya!

Penulis: Alifia Riski Monika dan Ikko Anata



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x