Kompas TV bisnis kebijakan

Inflasi Tembus Level Tertinggi 7 Tahun, BI Naikkan Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen

Kompas.tv - 23 Agustus 2022, 15:48 WIB
inflasi-tembus-level-tertinggi-7-tahun-bi-naikkan-bunga-acuan-jadi-3-75-persen
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (18/08/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV- Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 3,75 persen, naik 25 basis poin. Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 22-23 Agustus 2022 itu perubahan atas keputusan yang mereka buat pada 23 Juni lalu.

BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 3 persen dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen.

Perry menjelaskan, langkah menaikkan suku bunga bertujuan sebagai mitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan inflasi volatile food.

"Ke depan, tekanan inflasi IHK [indeks harga konsumen] akan meningkat, didorong masih tingginya harga pangan dan energi serta pasokan yang belum stabil," tutur Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/8/2022)..

Baca Juga: Inflasi Nyata, Menperin Sebut Harga Makanan-Minuman Sudah Naik 15 Persen

BI juga memproyeksi perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

“Pertumbuhan ekonomi sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan China berisiko lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Disertai dengan risiko stagflasi di sejumlah negara dan resesi di negara maju sebgai dampak dari pengetatan kebijakan moneter yang agresif,” ungkap Perry.

Pada Juni lalu, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan perekonomian global hanya sebesar 2,9 persen, 1,2 basis poin lebih rendah dari proyeksi Januari 2022. Sama halnya proyeksi International Moneter Fund. Pada Juli 2022, IMF memproyeksikan pertumbuhan perekonomian global sebesar 3,2 persen, dari proyeksi optimis Januari 2022, sebesar 4,4 persen. 

Catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan inflasi pada Juli 2022 mencapai 0,64 persen, meningkat 0,03 basis poin dibanding Juni 2022. Inflasi tahunan juga sudah hampir tembus 5 persen, atau berada di level 4,94 persen dibanding Juli 2021.

Baca Juga: Ini 5 Strategi untuk Kendalikan Inflasi yang Disiapkan Presiden Jokowi

“Secara tahunan tadi kami sampaikan inflasi Juli 2022 ini sebesar 4,94%. Ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Oktober 2015 yang pada saat itu inflasi mencapai 6,25%,” ucap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin (1/8).

Kelompok yang memberikan andil paling besar terhadap inflasi adalah kelompok harga bergejolak (volatile food). Adapun harga bergejolak tercatat mengalami inflasi sebesar 1,41% secara bulanan atau secara tahunan 11,47%. Dengan capaian inflasi tersebut, andil kelompok ini terhadap inflasi mencapai 0,25%.

Menurut Margo, komoditas penyumbang utama peningkatan harga kelompok bergejolak adalah cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit. Ketiga komoditas ini menyumbang inflasi karena ada gangguan pasokan di sentra produksi akibat cuaca.

Baca Juga: Presiden KSPI Said Iqbal: Kenaikan Harga BBM yang Tak Diimbangi Kenaikan Upah Bikin Daya Beli Anjlok

Penyumbang kedua adalah komponen harga diatur pemerintah.  Harga diatur pemerintah mencatat inflasi sebesar 1,17% mom dan secara tahunan sebesar 6,51% yoy. Andil-nya terhadap inflasi inti mencapai 0,21%.

Kalau dilihat, penyebab utama peningkatan andil inflasi harga diatur pemerintah adalah kenaikan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan peningkatan tarif listrik 3.500 VA.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x