Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Pamor Ekonomi Digital Jadi Berkah Start-Up Logistik

Kompas.tv - 18 Maret 2021, 09:53 WIB
pamor-ekonomi-digital-jadi-berkah-start-up-logistik
Ilustrasi pajak perusahaan digital. (Sumber: SHUTTERSTOCK)
Penulis : Dyah Megasari

JAKARTA, KOMPASTV. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan, pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 71/2019 tentang Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik untuk mendorong inklusi keuangan.

Menurut hitungannya, potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 bisa mencapai US$ 133 miliar.

“Infrastruktur merupakan tulang punggung transformasi digital. Kami mendorong pembangunan fiber optik di wilayah barat sampai timur Indonesia,” jelas Airlangga.

Aktivitas belanja digital memang melejit dalam waktu satu tahun terakhir, bersamaan dengan hadirnya pandemi Covid-19. Data Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) tahun 2020 menunjukkan, transaksi pembelian lewat pasar daring alias e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta transaksi.

Bank Indonesia (BI) juga optimistis nilai transaksi e-commerce pada tahun 2021 akan tumbuh 33,2 persen menjadi Rp 337 triliun, dari perkiraan nilai transaksi di 2020 yang sebesar Rp 253 triliun.

Start-up Kebanjiran Berkah

Maraknya pembelian secara virtual ini memberi berkah bagi perusahaan pengiriman logistik dan jasa pergudangan, salah satunya Shipper.id. Secara umum, kenaikan layanan jasa logistik Shipper.id dalam satu tahun ini, melonjak sampai dengan 300 persen. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar dalam sejarah Shipper.id yang  berdiri tahun 2017.

“Kami optimistis trennya akan terus ke arah positif sebagaimana telah terefleksi dalam perkembangan bisnis kami,” terang COO dan Co-Founder Shipper.id, Budi Handoko, Kamis (4/3).

Optimisme Budi  tersebut dilandasi kondisi perekonomian Indonesia yang semakin membaik. Apalagi, rata-rata daya beli kelas menengah di Indonesia tidak bermasalah meski pandemi. Misalnya saja, saat hari belanja nasional (Harbolnas), transaksi selama dua hari mencapai Rp 11,6 triliun.

Kebutuhan Baru Jasa Pergudangan Sampai Lowongan Pekerjaan

Melesatnya transaksi e-commerce di Indonesia, mendorong kebutuhan baru untuk layanan logistik yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir, termasuk jasa pergudangan.

Bagi banyak perusahaan logistik, jasa pergudangan merupakan peluang bisnis yang sangat besar. Sebagai contoh, dari sisi jumlah lokasi warehouse atau gudang Shipper dari sebelumnya hanya 40 unit, kini berkembang pesat menjadi 150 unit dalam waktu cenderung singkat, yakni di bawah satu tahun.

Ekspansi bisnis ini sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baru. Padahal, pandemi membuat banyak perusahaan terpaksa melakukan efisiensi demi mempertahankan bisnisnya. Mulai dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sampai dengan pengurangan jam kerja sekaligus pengurangan gaji.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dalam satu tahun terakhir 29,12 juta penduduk usia kerja terimbas langsung. Rinciannya 2,56 juta orang menganggur, 1,77 juta orang dirumahkan dan 24,03 juta pekerja terkena pengurangan jam kerja.

Baca Juga: Google & Temasek Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi Digital

Tetapi kondisi di layanan logistik justru sebaliknya. Sebelum pandemi Covid-19, Shipper.id mempekerjakan 1.500 orang karyawan. Namun, lonjakan transaksi e-commerce membuat Shipper.id mampu menambah lowongan sebanyak 400 lapangan kerja. Hasilnya saat ini, Shipper sudah memiliki sekitar 1.900 pekerja.

“Bisnis logistik secara langsung menopang banyak sektor perindustrian dan perdagangan sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam membantu upaya-upaya pemerintah untuk pemulihan perekonomian nasional. Kontribusi ini, salah satunya dilihat melalui jumlah lapangan pekerjaan yang berhasil kami ciptakan,” jelas Budi.

Berbagai skema bantuan yang diberikan oleh pemerintah diharapkan akan semakin menggairahkan aktivitas perekonomian, termasuk sektor logistik. Oleh karenanya tak menutup kemungkinan jika aksi korporasi dengan menambah jumlah karyawan kembali dilakukan Shipper.id.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x