Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Pandemi, Momentum Emas E-commerce, Logistik dan Pergudangan

Kompas.tv - 24 Februari 2021, 10:10 WIB
pandemi-momentum-emas-e-commerce-logistik-dan-pergudangan
Ilustrasi: kapal logistik barang. (Sumber: KOMPAS.COM/SHUTTERSTOCK)
Penulis : Dyah Megasari

JAKARTA, KOMPASTV. Stimulus pemerintah dan relaksasi yang diberikan pada usaha skala industri hingga level mikro berupa keringanan pajak, secara bertahap, mulai menuai hasil. Terutama untuk menopang daya beli masyarakat.

Bukti konkretnya adalah pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2020 yang menunjukkan tren kenaikan. Ini merupakan indikasi, pemulihan ekonomi bisa berjalan lebih cepat jika kebijakannya tepat sasaran dan diiringi dengan  protokol kesehatan yang ketat. 

Salah satu aspek terpenting dalam pemulihan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi digital yang ditopang dengan layanan logistik untuk mengoptimalkan pertumbuhan pesat e-commerce di Indonesia. Seperti yang diketahui, pandemi yang berlangsung memaksa banyak pelaku usaha, baik dari penjual dan pembeli, untuk beradaptasi dengan platform digital.

Catatan yang dirilis pada Januari 2021 oleh Facebook dan Bain Company menunjukkan, di Asia Tenggara terdapat 310 juta konsumen digital pada tahun 2020. Angka yang seharusnya baru bisa tercapai dalam waktu empat tahun lagi.

Masih dari catatan yang sama, barang yang dibeli oleh konsumen Indonesia meningkat 40 persen dibandingkan tahun 2019. Kemudian, jumlah online shop yang dikunjungi meningkat 30 persen. Secara keseluruhan, jumlah konsumen digital di Indonesia bertambah 35 juta dibandingkan tahun 2018.

Transaksi e-commerce yang dapat dilakukan di mana saja secara lintas pulau, bahkan lintas negara tanpa tatap muka dengan biaya kirim yang kini lebih terjangkau adalah salah satu kelebihan mutlak perdagangan secara digital dibandingkan secara konvensional

Proses digitalisasi, membuat wajah masa depan terlihat lebih dekat jika dibandingkan perkiraan awal. Bagi Indonesia, berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain&Company (2020), 56 persen dari tambahan konsumen digital berasal dari luar kota besar (non-metro). Ini terjadi sejak pandemi mulai mengguncang perekonomian nasional.

Riset tersebut menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi digital Indonesia tahun 2020 semakin meroket dan memperkokoh posisi Indonesia sebagai peringkat pertama di ASEAN. Saat ekonomi bergerak negatif dalam tiga kuartal berturut-turut, ekonomi digital malah melejit hingga 11 persen dibandingkan 2019 atau mencapai USD 44 miliar dollar AS. Angka tersebut diperkirakan kembali bertambah menjadi USD 124 miliar pada tahun 2025.

Bank Indonesia (BI) juga optimistis nilai transaksi e-commerce pada tahun 2021 akan tumbuh 33,2 persen menjadi Rp 337 triliun, dari perkiraan nilai transaksi di 2020 yang sebesar Rp 253 triliun.

Digitalisasi dan logistik adalah jembatan emas untuk menghubungkan 16 ribu pulau dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa. Pembangunan ekonomi bisa lebih merata dengan sistem yang semakin matang dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perlu Ditopang, Peluang UMKM Masih Besar

Perkembangan perdagangan online atau e-commerce memunculkan harapan baru, bahwa pesatnya digitalisasi didukung dengan logistik dan infrastruktur adalah energi positif yang sangat diperlukan guna memperkuat ketahanan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

UKM Center FEB UI merekam, pada 2018 terdapat 64,19 juta UMKM di Indonesia dengan kontribusi ekonomi mencapai 60,3 persen terhadap PDB. Sektor ini juga menyerap hampir 117 juta (97 persen) tenaga kerja. UMKM menyediakan hampir 99 persen lapangan pekerjaan, berkontribusi 14,17 persen terhadap total ekspor, serta mencakup 58 persen dari total investasi.

Layanan Logisik Menjadi Krusial, Start-up Logistik Semakin Berkibar

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, sektor ekonomi digital yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah industri pengiriman barang, telekomunikasi, dan e-commerce. Selama ini, ketiga sektor itu saling terkait dengan laman pemasaran (marketplace) yang memegang peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi digital.

Modal utama pemerataan ekonomi lewat perdagangan akan menjadi sia-sia tanpa keterlibatan jasa logistik yang mumpuni. Oleh sebab itu, kemajuan perdagangan jalur elektronik juga memberikan keuntungan ganda pada jaringan logistik yang terdigitalisasi.

Potensi sektor logistik digital dan mimpi Indonesia untuk memiliki ekosistem logistik yang lebih baik rupanya menjadi semangat lahirnya usaha rintisan alias start-up di bidang logistik. Salah satu yang telah berkembang pesat adalah start-up karya anak bangsa Shipper Indonesia (shipper.id). Berdiri pada tahun 2017, Shipper menangkap peluang memuluskan lika-liku logistik nasional.

Cara kerja Shipper sangat solutif, karena menyediakan platform layanan perbandingan harga dari berbagai penyedia jasa logistik di Indonesia, penjemputan barang, tracking barang, hingga fungsi customer service seperti proses klaim jika ada barang yang hilang dan kini berkembang ke jasa pergudangan. Semua layanan ini dapat dinikmati secara digital.

“Shipper berinovasi dalam menciptakan suatu layanan aggregator dimana pelanggan “bebas memilih” layanan logistik yang mereka perlukan”, ujar Budi Handoko, salah satu pendiri atau co-founder Shipper Indonesia.

Ide awal dari layanan ini berangkat ketika Budi ingin mengirim barang pada tahun 2015. Ternyata, perkara kirim barang bukan urusan sederhana pada masa itu. Sekarang, dengan menggunakan layanan Shipper, para pelaku usaha yang menjadi kliennya tidak perlu lagi repot-repot mengurusi printilan pengiriman barang.

Sebagai gambaran, ia mencontohkan, tanpa layanan Shipper, pelaku usaha harus berhubungan dengan banyak jasa ekspedisi secara manual dan sulit sekali untuk mendapatkan transparansi harga pengiriman. Tak jarang, mereka harus menunggu atau mengantre di beberapa perusahaan jasa ekspedisi yang berbeda-beda.

Tetapi lewat layanan Shipper, para pelaku usaha baik kecil maupun besar, khususnya pelaku usaha online, tidak perlu berhubungan dengan banyak perusahaan logistik atau ekspedisi. Shipper telah bekerjasama dengan cukup banyak perusahaan ekspedisi sehingga proses pick-up barang bisa dilakukan sekaligus oleh jaringan mitra Shipper.

Co-founder dan COO Shipper Budi Handoko yang juga lulusan University of Wollongong, Australia, memanfaatkan prinsip sharing economy dengan menerapkan model bisnis revenue sharing dari para mitra penyedia jasa logistik.  “Shipper mengutamakan kolaborasi dengan para mitra pemilik aset logistik secara win-win solution, semangat kami adalah berkolaborasi dengan membangun jaringan logistik dan tidak berkompetisi dengan penyedia jasa logistik yang telah ada”, pungkas Budi.

Dari ide cemerlang inilah, Shipper tergabung dalam Y Combinator (YC) yang merupakan program akselerasi start-up kenamaan dunia asal Mountain View Amerika Serikat. Jika Anda penonton drama Korea "Start-up" perjuangan Shipper bisa jadi mirip-mirip.

“Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu kita makin banyak dikenal oleh mitra dan investor. Ini kesempatan bagi kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneurs. Di sana kami belajar untuk melihat peluang dan membangun bisnis dengan sangat efisien dan efektif,” jelas Budi, bangga.

Sebelum kembali ke Indonesia dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, pria 42 tahun kelahiran Singkawang ini pernah bekerja sebagai Engineering Lead Geckowebs Internet Services. Ia juga pernah mendirikan OCash (Online Cash) di Australia, 2011-12. Saat kembali ke Indonesia, ia pernah bekerja di PT Qareer Harapan Asia (Qerja.com), sebuah perusahaan rintisan juga, pada 2015-16 sebagai Head of Strategy. “Setelah itu, saya mendirikan Shipper Indonesia ini dengan modal sendiri sekitar Rp 300 juta,” ujarnya.

Baca Juga: Tol Cipali Ambles, Logistik Sembako Terhambat

Kembali ke cerita program akselerasi start-up, YC rupanya memberikan dampak yang sangat signifikan pada Shipper. Menurut Budi, pasca program itu, rintisannya memiliki lebih banyak referensi mengenai bisnis serupa di luar negeri. Ini penting digunakan untuk studi banding maupun kesempatan perluasan kemitraan. Kesempatan bergabung di program akselerasi tersebut juga membuat start-up lebih banyak dikenal, tidak sekadar level nasional tapi juga internasional.

Implementasinya adalah dengan memotret permintaan dan tren pasar internasional, Shipper juga senantiasa berkolaborasi dengan perusahaan logistik yang melayani ekspedisi internasional seperti DPEX. Dari "local go global" dibuktikan dengan nyata.

Dengan perkembangan bisnis yang pesat selama 3 tahun terakhir, Shipper Indonesia adalah salah satu dari tiga perusahaan teknologi dari Indonesia yang masuk ke dalam daftar Y Combinator Top Companies 2021 yang dirilis baru-baru ini. Saat ini Shipper telah beroperasi di lebih dari 30 kota di Indonesia, menangani lebih dari 400 ribu meter persegi lahan pergudangan, didukung oleh lebih dari 1.900 tenaga kerja profesional, dan bekerja sama dengan lebih dari 40 mitra logistik ternama.

Saatnya Start-Up Ekspansi

Bagaimana lika-liku logistik selama pandemi Covid-19 mengimpit? "Ada 2,5 juta pelaku usaha UMKM berpindah ke sistem online, secara otomatis mereka memerlukan layanan logistik yang terintegrasi, terjangkau dari sisi biaya, dan simpel," jelas Budi.

Kenaikkan e-commerce memang tak terbendung saat pandemi. Pemain logistik akan kebanjiran order, artinya saat inilah momentum investor mengambil kesempatan menambah pendanaan atau masuk ke start-up logistik. Selain nilai pasar yang besar, bisnis logistik di Indonesia juga memiliki potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.

Tahun lalu, tepatnya Juni 2020, Shipper mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan nilai yang diperoleh, investasi ini dipimpin oleh Prosus Ventures (sebelumnya Naspers Ventures) dengan dukungan Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures.

Pendanaan yang diperoleh berdampak nyata  terhadap lapangan-lapangan pekerjaan baru yang akan tercipta. Terutama di masa-masa ekonomi sulit seperti ini. Jika sektor lain harus mengurangi jumlah pekerja, layanan logistik justru berpeluang sebaliknya. Menjadi solusi dan berkontribusi menekan angka pengangguran serta meningkatkan daya saing bagi jutaan UMKM di Indonesia.

“Shipper memberikan opsi logistik yang lebih baik untuk pelaku usaha UMKM. Kami berharap penguatan sisi logistik di sektor UMKM, yang notabene tulang punggung perekonomian nasional, dapat turut serta berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional di era pandemi”, tutup Budi.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x