Kompas TV bbc bbc indonesia

Anak-Anak Muda Ukraina Terinspirasi Sumpah Pemuda dan Perjuangan Kemerdekaan RI: Merdeka atau Mati!

Kompas.tv - 10 Maret 2022, 23:18 WIB
anak-anak-muda-ukraina-terinspirasi-sumpah-pemuda-dan-perjuangan-kemerdekaan-ri-merdeka-atau-mati
Ilustrasi. Seorang relawan mengibarkan bendera Ukraina saat menyambut gelombang pengungsi di Medyka, Polandia, Senin (7/3/2022). Anak-anak muda Ukraina lulusan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari universitas di Kiev mengaku mendapat inspirasi dari perjuangan kemerdekaan dan Sumpah Pemudia Indonesia. (Sumber: Visar Kryeziu/Associated Press)
Penulis : Vyara Lestari

"Karena kecintaannya pada studi bahasa dan sastra Indonesia, dia berkeinginan menggeluti ke-Indonesiaan ini sampai seterusnya dan bertekad membangun dan mengembangkan prodi bahasa dan sastra Indonesia di Ukraina," kata Prabowo.

Lulusan Sastra Rusia Universitas Indonesia ini mengatakan dalam beberapa minggu ini terlihat patriotisme anak-anak muda Ukraina yang disebutnya "lumayan tinggi".

"Ada yang angkat senjata karena di sini rakyat dipersenjatai. Dari profesor, supir taksi kalau mau diberi senjata untuk ketahanan rakyat teritorial…Sukarelawan membantu logistik, ada yang nggak bisa cari makanan, dibantu, yang tidak evakuasi, bergerak, melakukan sesuatu," kata Prabowo yang saat ini masih berada di Kyiv bersama istrinya.


Rusia menyerang Ukraina:


'Kalau diperlukan, saya akan ambil senjata'

Di Kremenets, Yuliia mengatakan rutinitasnya sehari-hari adalah menelpon teman-temannya yang berada di daerah-daerah yang menghadapi gempuran berat, serta menjadi sukarelawan.

Yuliia Mykulych, mahasiswi doktoral bahasa, sastra, dan terjemahan bahasa Indonesia dari Universitas Nasional Taras Svechkensco di Kiev menyatakan saat ini mereka hanya ada dua pilihan: "merdeka atau mati". (Sumber: BBC)

"Kami baca berita setiap pagi dan menelpon semua teman yang ada di Mariupol, di Kharkiv, apakah mereka masih hidup. Ini rutinitas pagi kami. Itu sudah rutin. Sering ada sirene, lima kali per hari, kami semua ke shelter, bisa jadi ada bom yang bisa jatuh," ceritanya.

"Ada teman sekelas yang ambil senjata dan terbunuh kemarin, dia seumur saya, 25 tahun. Banyak teman saya yang menjadi pilot dan sedang berjuang," katanya lagi.

Kremenets, tempat dia berada saat ini, sangat kecil, kata Yulia. "Tapi di sini ada lima pusat sukarela, teman sekota saya banyak yang menjadi sukarelawan, ada yang menjadi prajurit atau membantu logistik."

"Kalau diperlukan saya akan ambil senjata. Sekarang banyak pusat sukarela untuk memasak bagi prajurit yang sekarang berjuang. Banyak organisasi pertahanan daerah. Laki-laki banyak yang ambil senjata untuk melindungi daerah kami. Kami juga mencari shelter (tempat perlindungan) untuk mereka yang datang dari daerah yang dikuasai."

Yuliia - yang bekerja di perusahaan informasi teknologi - mengatakan mereka yang bekerja tetap melakukan pekerjaan mereka.

"Kami tetap terima gaji penuh dan tidak dipotong. Semua orang pensiun juga terima uang mereka. Saya belum pernah melihat pemerintah memberikan bantuan yang luar biasa seperti yang kami terima sekarang ini."

"Kami coba bekerja seperti biasa. Saya punya pekerjaan tetap dan juga suami saya. Kami harap perang akan selesai dan kami perlu meningkatkan perekonomian Ukraina."

'Saya anak Bandung'

Dari puluhan orang lulusan Program Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Taras Shevchenko, belum semua mendapatkan kesempatan untuk studi di Indonesia, sebagian terkendala pandemi Covid.

Bagi Yuliia, studi di Universitas Padjajaran Bandung selama enam bulan merupakan peluang baginya untuk melihat sisi lain dari Indonesia.

Dia mengatakan pada awalnya dia dan teman-temannya tertarik ke Indonesia dari sisi pariwisata.

"Tapi ada yang lebih dari pulau-pulau Indonesia yang jumlahnya lebih dari 17.000 itu. Ada sejarahnya, ada sastranya, ada budayanya," kata Yulia.

"Ada Bhineka Tunggal Ika. Ini yang paling saya hormati dari semuanya. Banyak suku, banyak bahasa yang berbeda, Jawa, Sunda, Bali, dan lain-lain, tapi tinggal damai dan tidak ada ada konflik apapun. Bisa tinggal bersama.

"Waktu saya ke Jakarta, ada Gereja Katolik (katedral) di seberang jalan Masjid Istiqlal. Saya pikir bagaimana itu bisa? Berbeda tapi satu, itu yang luar biasa."

Ia banyak tertawa saat menceritakan pengalamannya di Indonesia.

"Saya sangat suka gado-gado dan saya jatuh cinta sama masakan Sunda karena saya sempat tinggal di Bandung. Saya anak Bandung, saya sangat anak Bandung."

"Ketika di Bandung, setiap pagi, sudah tradisi, saya ke warung, beli bubur atau nasi kuning dan makan sambil jalan ke universitas," ceritanya tergelak.

"Pagi nasi, siang dan malam, nasi, nasi dan nasi, dan saya juga suka martabak, terus pisang coklat."

'Hati kami sakit tapi semangat kami tak dapat dirusak'

Raut wajah Yuliia kembali serius ketika ditanya apa harapannya.

Invasi Rusia disebutnya "sangat menyakitkan."

"Tapi jiwa dan semangat kami tak dapat dirusak. Seperti orang Indonesia dulu (saat perjuangan kemerdekaan), jiwa dan semangatnya tidak dapat dirusak."

"Sekarang Ukraina perlu dukungan Indonesia. Negara yang sangat jauh tapi kita sangat sama. Indonesia punya pengalaman penjajahan Belanda. Sudah sangat lama. Kita juga punya pengalaman penjajahan Uni Soviet. Dan kami berhak merdeka."

"Harapan saya adalah untuk mempunyai masa depan yang cerah, punya kesempatan untuk bekerja, untuk meningkatkan perekonomian. Saya juga ingin punya anak di negara yang merdeka, damai, di negara yang dihormati di seluruh dunia," tutup Yulia.






Sumber : BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x