Kompas TV nasional update

Semeru: Puncak Abadi Para Dewa, Saksi Bisu Akhir Hidup Soe Hok Gie, hingga Jadi Lagu Dewa 19

Kompas.tv - 5 Desember 2022, 10:35 WIB
semeru-puncak-abadi-para-dewa-saksi-bisu-akhir-hidup-soe-hok-gie-hingga-jadi-lagu-dewa-19
Seorang pria menatap saat Gunung Semeru mengeluarkan material vulkanik dalam erupsi yang terjadi Minggu, 4 Desember 2022 di Lumajang, Jawa Timur. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gunung Semeru kembali meletus pada 4 Desember 2022, tepat setahun setelah letusan di 4 Desember 2021, yang saat itu menewaskan 51 orang. Sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan berbagai mitos terkait pembentukannya, Semeru menjadi magnet bagi masyarakat untuk mendatanginya. Baik untuk kegiatan pendakian maupun ritual.

Gunung Semeru memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Puncaknya bernama Mahameru, yang dianggap masyarakat Hindu sebagai puncak abadi para dewa. Sebagian masyarakat juga percaya, Semeru memiliki keterkaitan dengan Gunung Meru di India, yang merupakan gunung suci umat Hindu.

Dalam legenda yang sering dikisahkan, dulu Pulau Jawa terombang-ambing di lautan. Kemudian Dewa Wisnu dan Dewa Brahma memutuskan untuk "memaku" Jawa dengan menggunakan Gunung Meru. 

Dewa Wisnu lalu berubah menjadi seekor kura-kura raksasa yang menggendong Gunung Meru. Sedangkan Dewa Brahma berubah menjadi ular raksasa yang melilit gunung tersebut. Dua dewa tersebut bertugas untuk membawa Gunung Meru lalu dipaku di Pulau Jawa.

Baca Juga: Jalur Evakuasi Erupsi Semeru Sudah Siap, Warga Tidak Perlu Panik

Gunung Semeru juga pernah menjadi lokasi syuting film "5 Cm" garapan sutradara Rizal Mantovani. Dalam film yang diadaptasi dari novel berjudul sama itu, para pemainnya benar-benar mendaki hingga ke puncak Semeru. Grup band legendaris Dewa 19 juga pernah membuat lagu berjudul "Mahameru" lantaran sejumlah personelnya, termasuk sang vokalis Ari Lasso, memang gemar mendaki Semeru saat muda. 


 

Gunung Semeru memang telah menjadi salah satu tujuan favorit para pendaki di Pulau Jawa sejak dulu. Statusnya sebagai gunung api aktif tidak menyurutkan minat pegiat alam bebas untuk mendakinya. Banyak sudah korban yang meninggal di jalur pendakian Semeru karena berbagai faktor. Yang paling diingat, tentu kematian aktivis muda era 60an, Soe Hok Gie, di puncak Semeru karena menghirup gas beracun yang dikeluarkan kawah Jonggring Saloko. 

Dari kawah itu jugalah muntahan awan panas Semeru keluar pada 4 Desember 2022 kemarin. Mengutip laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, erupsi Semeru tercatat sudah terjadi sejak 1818. Erupsi terus terjadi hingga 1913, namun tidak banyak informasi yang terdokumentasikan mengenai kejadian tersebut.

Erupsi Semeru terus tercatat terjadi pada tahun 1940 hingga 1960. Lalu pada 1 Desember 1977, erupsi yang cukup besar terjadi. Di mana guguran lava mengalir hingga jarak 10 km, dengan volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. 

Baca Juga: Pemkab Lumajang Tetapkan Masa Tanggap Darurat Erupsi Semeru Selama 14 hari

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat, erupsi Gunung Semeru juga terjadi pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter. 

Gunung Semeru memiliki tipe letusan vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 – 4 kali setiap jam. Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru. 

Dari catatan PVMBG itu, letusan Semeru pada 2021 memakan korban jiwa paling banyak yaitu 51 orang. Letusan pada 1968 juga menimbulkan korban tewas sebanyak 7 orang. Sementara untuk letusan 2022, belum ada laporan korban meninggal. Bisa jadi, karena penduduk yang berada di zona rawan sudah direlokasi ke permukiman baru. 

Serta, aktivitas pendakian Semeru sudah ditutup sejak Desember 2021.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x