Kompas TV internasional kompas dunia

Sungai Amazon di Brasil Kekeringan Parah, Hanya Enam Bulan usai Disapu Banjir Dahsyat

Kompas.tv - 23 Oktober 2022, 17:47 WIB
sungai-amazon-di-brasil-kekeringan-parah-hanya-enam-bulan-usai-disapu-banjir-dahsyat
Dampak kekeringan parah di Sungai Solimoes, hulu Sungai Amazon, Brasil. Foto diambil pada 19 Oktober 2022. (Sumber: Edmar Barros/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

TEFE, KOMPAS.TV - Ribuan keluarga di tepian Sungai Amazon, Brasil mesti menghadapi kekeringan parah belakangan ini. Padahal, kawasan sekeliling Amazon baru saja disapu banjir dahsyat hanya sekitar enam bulan lalu.

Di beberapa titik, kekeringan bahkan disebut menjadi yang terparah dalam kurun berdekade-dekade. Turunnya permukaan air Amazon pun mengancam puluhan permukiman dan ribuan keluarga.

Menurut Luna Gripp, pakar geologi dari Survei Geologi Brasil, Sungai Amazon mengering dengan cepat karena curah hujan selama Agustus-September yang lebih rendah dari perkiraan.

Selain merugikan petani dan nelayan, mengeringnya Amazon juga memicu kekhawatiran akan kurangnya suplai bahan pokok seperti makanan dan bahan bakar minyak.

Pasalnya, kebanyakan daerah di negara bagian Amazonas tidak disambungkan jalan raya, tetapi terhubung melalui badan sungai Amazon.

Baca Juga: Terungkap! Jurnalis Inggris yang Sempat Hilang di Hutan Amazon Tewas Ditembak


Di Tefe, kota berpenduduk 60.000 jiwa di pinggiran Amazon, kapal berukuran besar sudah tidak bisa berlabuh karena dangkalnya permukaan air. Di puluhan permukiman sekitar Tefe pun situasinya lebih mengkhawatirkan.

Banyak anak sungai dan danau yang mengering, merugikan warga yang mengandalkan Sungai Amazon sebagai jalur transportasi utama ke kota-kota.

Di perkampungan Sao Estevao, mengeringnya air membuat nelayan terpaksa urung memulai musim tangkap ikan pirarucu, ikan terbesar di Amazon.

Nelayan tak bisa mencari nafkah kendati musim tangkap akan berakhir pada penghujung November mendatang.

Pedro Canizio da Silva, seorang nelayan di Sao Estevao, menyebut penduduk di situ akan kehilangan sumber pendapatan yang signifikan jika permukaan air tidak segera naik.

Sekitar enam bulan lalu, permukiman itu pun telah menderita karena banjir bandang yang merusak tanaman.

"Saya kehilangan tanaman pisang dan yuca (ketela pohon) saya. Lebih lagi, kaiman dan anakonda mendekati kami karena banjir dan memakan sebagian ayam dan bebek saya," kata Canizio kepada Associated Press.

Situasi yang semakin mengkhawatirkan pun membuat pemerintah kota Tefe menetapkan keadaan darurat untuk mempercepat pengiriman bantuan ke warga yang membutuhkan. Namun, stok bantuan dilaporkan masih kurang.

Kekeringan yang melanda Sungai Amazon saat ini disebut belum pernah terjadi sebelumnya, kecuali di beberapa titik.

Alejandro Duarte, peneliti iklim di Universitas Federal Acre, memperingatkan bahwa fenomena dapat menjadi tren yang tidak bisa diputarbalikkan.

"Seiring perubahan iklim menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem, kekeringan besar di Amazon kemungkinan tanda dari perubahan seperti itu. Ini dapat menjadi tren yang tidak bisa diputarbalikkan beberapa tahun mendatang," kata Duarte.

Baca Juga: Setengah Wilayah Uni Eropa Berisiko Mengalami Kekeringan Parah, Kata Laporan Panel Komisi Eropa



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x