Kompas TV internasional kompas dunia

Bertemu Penasihat Joe Biden, Menhan Israel Tegaskan Penolakan atas Perjanjian Nuklir Iran

Kompas.tv - 27 Agustus 2022, 11:08 WIB
bertemu-penasihat-joe-biden-menhan-israel-tegaskan-penolakan-atas-perjanjian-nuklir-iran
Ilustrasi. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz. Pada Jumat (26/8/2022), Gantz menegaskan bahwa pihaknya menentang perjanjian nuklir baru Iran yang baru dibahas dengan kekuatan-kekuatan nuklir dunia. (Sumber: AP Photo/Sebastian Scheiner, File)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Benny Gantz menegaskan bahwa pihaknya menentang perjanjian nuklir baru Iran yang baru dibahas dengan kekuatan-kekuatan nuklir dunia.

Hal tersebut disampaikan Gantz ketika bertemu Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan, Jumat (26/8/2022).

Saat ini, Iran tengah merundingkan kesepakatan untuk memberlakukan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015, perjanjian yang membatasi program nuklir Teheran sebagai ganti pencabutan sanksi.

Israel sendiri mengaku tidak akan terikat perjanjian itu jika sudah diratifikasi. Tel Aviv dan Washington sendiri tidak mengesampingkan tindakan militer untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.

Baca Juga: Walau Normalisasi Hubungan dengan Israel, Erdogan Janji Turki Tetap Dukung Palestina


Pernyataan Kementerian Pertahanan Israel yang dilansir Associated Press, Jumat (26/8), menyatakan bahwa Gantz “menggarisbawahi pentingnya penjagaan dan pengembangan kapabilitas operasional baik untuk tujuan ofensif dan defensif di hadapan program nuklir Iran dan juga agresi regionalnya.”

“Ini tanpa memedulikan perundingan di sekitar perjanjian tersebut (program nuklir Iran),” sambung pernyataan itu.

Sementara itu, pihak Washington menyatakan bahwa Sullivan dan Gantz membicarakan “komitmen AS untuk memastikan Iran tidak pernah mendapatkan senjata nuklir dan kebutuhan untuk melawan ancaman dari Iran serta proksi-proksi Iran.”

Iran selalu bersikeras program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun, pengayaan uranium Teheran disorot usai AS mundur dari JCPOA secara sepihak pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.

Para ahli menyebut Iran telah memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen, sedikit di bawah level senjata nuklir, yakni 90 persen.

Namun, untuk membuat senjata nuklir, Teheran juga mesti mendesain bom dan sistem peluncuran yang bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan.

Di lain pihak, Israel diyakini memiliki senjata nuklir sejak berdekade-dekade lalu. Namun, Tel Aviv tak pernah mengakui isu tersebut.

Baca Juga: Waduh, Zelenskyy Sebut Eropa Nyaris Alami Bencana Kebocoran Radiasi Nuklir, Kenapa?



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x