Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Pasokan Gas Rusia Dipangkas, Jerman Terpaksa Pakai Lagi Batu Bara dan Minyak untuk Energi

Kompas.tv - 17 Juli 2022, 15:07 WIB
pasokan-gas-rusia-dipangkas-jerman-terpaksa-pakai-lagi-batu-bara-dan-minyak-untuk-energi
Ilustrasi. Pemandangan padang bunga matahari dengan latar belakang pembangkit listrik tenaga batu bara di Mehrum, Jerman. Foto diambil pada 3 Agustus 2020. Pada Sabtu (16/7/2022), Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa kebijakan mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara dan minyak bumi usai pasokan gas Rusia dipangkas hanya bersifat sementara. (Sumber: Julian Stratenschulte/DPA via Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Purwanto

BERLIN, KOMPAS.TV - Jerman dilaporkan mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara dan minyak bumi usai pasokan gas Rusia dipangkas. Meskipun demikian, pada Sabtu (16/7/2022), Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa kebijakan tersebut bersifat sementara.

Scholz mengaku pemerintahannya berkomitmen melakukan “apa pun” untuk melawan krisis iklim. Berlin sendiri berniat meniadakan emisi gas rumah kaca per 2045, target terawal dari jajaran negara industri utama.

Pasokan gas Rusia ke Jerman dipangkas per pertengahan Juni lalu. Perusahaan gas Rusia, Gazprom membatasi pasokan gas melalui pipa Nord Stream 1 hingga hanya 40% dari kapasitas.

Jerman khawatir Moskow akan mengurangi atau justru memutus sama sekali pasokan gas sehubungan sikap Barat tentang perang Rusia-Ukraina. Pemangkasan pasokan gas Rusia telah menimbulkan kekurangan energi di Jerman.

Baca Juga: Industri Utama Jerman Terancam Keruntuhan akibat Pemotongan Pasokan Gas Rusia, Kata Serikat Pekerja

Sebagai solusi sementara, pemeritahan Scholz mengaktifkan kembali 16 pembangkit listrik tenaga fosil. Juga, sebanyak 11 pembangkit listrik lain diperpanjang izinnya.

“Fakta bahwa, karena serangan brutal Rusia ke Ukraina, kita sekarang untuk sementara harus menggunakan beberapa pembangkit listrik (tenaga fosil) yang pernah dihentikan operasinya benar-benar pahit,” kata Scholz dikutip Associated Press.

“Akan tetapi, ini (menggunakan kembali energi fosil) hanya akan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat,” imbuh suksesor Angela Merkel tersebut.

Sebagai bukti komtimen memerangi krisis iklim, Scholz menggarisbawahi serangkaian kebijakan yang belakangan ini disetujui parlemen. Kebijakan-kebijakan tersebut ditujukan untuk mempercepat ketersediaan energi baru-terbarukan.

“Kami ingin melakukan apa pun untuk melawan krisis iklim,” kata Scholz.

Sementara itu, mengenai energi nuklir, pemerintahan Scholz telah menutup kemungkinan memperpanjang izin tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang masih beroperasi melebihi 2022. Scholz dan Menteri Energi Jerman Robert Habeck menyebut kebijakan itu tidak akan mengatasi kebutuhan energi Jerman.

Meskipun demikian, kebijakan Scholz di tengah bayang-bayang krisis energi tak luput dari kritik. Kalangan aktivis lingkungan menyebut Berlin bisa berbuat lebih banyak, di antaranya adalah memberlakukan pembatasan kecepatan secara umum dan melarang penerbangan domestik untuk menghemat bahan bakar.

Baca Juga: Khawatir Rusia akan Putus Pasokan Gas, Regulator Energi Jerman Desak Warga Segera Hemat Energi


 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x