Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Dollar AS Kian Perkasa, Euro Anjlok Karena Harga Gas Naik dan Ancaman Resesi

Kompas.tv - 6 Juli 2022, 07:33 WIB
dollar-as-kian-perkasa-euro-anjlok-karena-harga-gas-naik-dan-ancaman-resesi
Dollar AS dan Euro. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Indeks dollar AS semakin menguat pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Dollar AS menguat 1,6 persen sedangkan euro turun 1,75 persen. Angka tersebut adalah kenaikan terbesar untuk dollar AS sejak 2020. Dan penurunan terbesar untuk euro ke titik terendah sejak 2022.

Mengutip dari Antara, Rabu (6/7/2022), hal itu terjadi, karena permintaan dollar AS sebagai safe-haven melonjak. Sementara pasar khawatir dengan lonjakan terbaru harga gas Eropa memicu kekhawatiran resesi. Harga gas alam di Eropa kini kembali naik hingga 17 persen.

Resesi yang membayangi dunia akibat perang Rusia-Ukraina dan kenaikan  harga pangan-energi, membuat sejumlah mata uang utama dunia lainnya juga melemah.

Yen Jepang mendekati posisi terendah 24 tahun, dollar Kanada jatuh ke posisi terendah hampir 19 bulan dan krona Norwegia jatuh lebih dari 2 persen karena pekerja gas mogok, menambah kekhawatiran pertumbuhan Eropa.

Baca Juga: Rupiah Tertekan Inflasi, Bank-bank Besar Jual Dollar AS di Atas Rp15.000

Kepala Strategi Valas Amerika Utara CIBC Capital Markets Bipan Rai mengatakan, pasar saat ini berada dalam sentimen penghindaran risiko (risk-off), karena krisis energi membayangi Eropa.

"Ancaman resesi di zona euro adalah risiko yang lebih jelas sekarang dibandingkan sebelumnya," kata Rai.

Pada awal perdagangan di London, Rabu pagi WIB, investor memesan dollar AS dalam.jumlah besar, memicu reaksi berantai dan mempercepat penurunan euro saat menembus level terendah terhadap dollar AS. Nilai tukar euro juga melemah tajam terhadap franc Swiss.

Presiden dan Kepala Investasi Merk Investments Palo Alto, Axel Merk, menyampaikan, penurunan euro hanyalah tanda peringatan tentang apa yang mungkin terjadi akhir bulan ini jika gas Rusia ke Jerman dihentikan.

Baca Juga: Menyoal Inflasi 2022, Menkeu Sri Mulyani Akui Akan Jauh di Atas Target Pemerintah

Sementara respon Bank Sentral Eropa diragukan dalam menghadapi inflasi yang timbul akibat kenaikan  inflasi.

"Kami memiliki bank sentral yang tampaknya berada triliunan mil di belakang kurva dan lebih memperhatikan pertumbuhan daripada inflasi," ujar Merk di California.

"Tak satu pun dari bank sentral, termasuk (Presiden ECB Christine) Lagarde, akan mengatakan bahwa mungkin ada yang salah dengan pendekatan mereka," tambahnya.

Pelemahan juga terjadi pada poundsterling, karena krisis di pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menambah tekanan pada mata uang yang sudah terhuyung-huyung dari kekhawatiran resesi dan kebangkitan greenback. Poundsterling turun 1,25 persen, ke level 1,195 dollar AS per Sterling.



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x