Kompas TV bisnis kebijakan

Perhimpunan Peternak: Tak Perlu Seremonial Peninjauan Pejabat, Vaksin PMK yang Harus Disegerakan

Kompas.tv - 8 Juni 2022, 14:50 WIB
perhimpunan-peternak-tak-perlu-seremonial-peninjauan-pejabat-vaksin-pmk-yang-harus-disegerakan
Peternak membawa sapi miliknya untuk dijual di Pasar Hewan Singosari, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/5/2022). Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di sejumlah daerah membuat harga sapi di pasar tersebut mengalami kenaikan antara Rp500.000 hingga Rp1 juta per ekor. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengungkapkan setiap hari jumlah sapi yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) terus bertambah.

Meski kerap diimbau tak panik, kenyataan di lapangan saat ini para peternak panik. Dengan demikian perlu ada langkah lebih serius dari pengaamil kebijakan.

Menurutnya, penanganan wabah PMK tak bisa lagi dengan pernyataan pejabat pemerintah agar harus tenang dan tak boleh panik, daging masih bisa dikonsumsi, dan kesembuhan tinggi.

“Vaksin harus disegerakan. Demikian pula dengan pemberian obat-obatan pendukung dan disinfektan. Selain itu, tak perlu ada lagi acara seremonial peninjauan pejabat ke kandang karena itu justru bisa menjadi pembawa virus ke hewan di kandang lain,” tuturnya, dikutip dari Kompas.id pada Rabu (8/6/2022). 

Nanang  juga mengungkapkan, menjelang Idul Adha, harga sapi di daerah wabah, dimana ada larangan lalu lintas ternak, anjlok dari situasi normal sekitar Rp 55.000 per kilogram (kg) bobot hidup menjadi Rp 20.000 per kg hingga Rp 25.000 per kg.

Baca Juga: Wabah PMK Ancam Produksi Susu Segar dalam Negeri, Peternak Makin Resah

Sementara di daerah bebas/hijau, harganya justru naik menjadi Rp 60.000 per kg hingga Rp 85.000 per kg karena ada peningkatan permintaan.

“Di tengah kondisi saat ini, kepala daerah harus legawa menetapkan bahwa daerahnya merupakan daerah wabah. Dengan demikian, dana penanganan akan lebih mudah dicairkan,” ujarnya.

Kepala daerah, lanjutnya, tak boleh takut menyatakan itu hanya karena menyangkut prestasi. Justru hal itu demi pencegahan perluasan PMK sedini mungkin.

Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Denny Widaya Lukman, dalam Seminar Hari Keamanan Pangan Sedunia 2022, yang digelar secara hibrida oleh Badan Pangan Nasional sempat mengatakan, PMK tidak menular pada manusia.

Jadi, bukan mengenai kesehatan manusia, melainkan kita ini tidak menjadi pembawa atau penyebar virus untuk hewan-hewan lain.

“Hewan yang terinfeksi akan menulari hewan sehat dalam satu kandang dengan cepat. Virus ini juga dapat terbawa oleh udara (airborne),” tuturnya pada Selasa (7/6) lalu.



Sumber : Kompas TV/Kompas.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x