Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Negara Miskin: Harga Pangan Naik, Utang Bertambah

Kompas.tv - 25 Mei 2022, 15:53 WIB
dampak-perang-rusia-ukraina-terhadap-negara-miskin-harga-pangan-naik-utang-bertambah
Tentara Rusia mulai membersihkan ranjau dan puing-puing di kawasan industri pabrik baja Azovstal di Mariupol hari Minggu (22/5/2022). (Sumber: Straits Times)
Penulis : Dina Karina | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung hingga saat ini. Dampak Perang tidak hanya dirasakan oleh kedua negara, tetapi juga negara lainnya, terutama negara-negara miskin.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan, konflik antara Rusia dan Ukraina memberikan tekanan besar terhadap ekonomi global, terutama pada negara miskin dan berpenghasilan rendah.

"Dampak dari berbagai tindakan dalam merespons krisis geopolitik konflik Ukraina dan Rusia berdampak pada negara-negara di dunia, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan miskin," kata Febrio seperti dikutip dari Antara, Rabu (25/5/2022).

Ia menjelaskan, sederet sanksi yang dijatuhkan negara Barat kepada Rusia, memberikan tekanan pada perdagangan global. Di antaranya menciptakan gangguan pasokan pangan dan meningkatkan inflasi.

Baca Juga: Duterte Sindir Pedas Vladimir Putin soal Perang Ukraina: Saya Bunuh Kriminal, Rusia Bunuh Anak-Anak

"Kami telah melihat harga komoditas global termasuk makanan dan energi melonjak sebagai dampak tambahan pada rantai pasokan global," ujar Febrio.

Kondisi tersebut terjadi saat dunia tengah mencoba pulih dari dampak pandemi Covid-19. Kini nilai tukar mata uang dan stabilitas ekonomi negara-negara miskin juga terganggu.

Tekanan utang di negara-negara berpenghasilan rendah dan miskin juga meningkat signifikan akibat kenaikan harga komoditas global.

Febrio menyebut, organisasi kerja sama dan pembangunan ekonomi internasional OECD memperkirakan, ekonomi global akan turun satu persen jika konflik berkepanjangan, dan inflasi akan meningkat 2,5 persen. Begitu juga IMF yang menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini sebesar 0,8 persen, dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen.

Baca Juga: PM Sri Lanka Peringatkan Soal Potensi Kekurangan Pangan di Tengah Upaya Mengatasi Krisis Ekonomi

Inflasi negara berkembang diproyeksi akan meningkat 2,8 persen, sedangkan inflasi negara maju diproyeksikan meningkat sebesar 1,8 persen.

Karena kondisi di atas, Febrio menegaskan, Presidensi G20 Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjawab tantangan serta risiko kondisi ekonomi global dan regional.

Menurutnya, berbagai risiko global ini akan mampu dilewati bersama sebagaimana pandemi Covid-19 telah membuat dunia menjadi semakin terhubung dan bergantung.

"Kami belajar bahwa ekonomi kita tertekan karena pandemi Covid-19. Namun kerja sama internasional yang kuat terbukti lebih penting dalam mengatasi tantangan ini," ucapnya.

 



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x