Kompas TV internasional kompas dunia

Perdagangan Rusia-China Naik Hampir 40 Persen Selama 2 Bulan, Capai Rp 380 Triliun

Kompas.tv - 7 Maret 2022, 22:26 WIB
perdagangan-rusia-china-naik-hampir-40-persen-selama-2-bulan-capai-rp-380-triliun
Ilustrasi. Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, 4 Februari 2022. Pada Senin (7/3/2022), kantor bea cukai China menyebut perdagangan timbal balik China-Rusia naik hampir 40% selama dua bulan pertama 2022. (Sumber: Alexei Druzhinin/Sputnik via Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Fadhilah

MOSKOW, KOMPAS.TV - Timbal balik perdagangan antara Rusia dan China dilaporkan naik hingga 38,5 persen pada dua bulan pertama 2022. Sebagaimana diwartakan RT, statistik tersebut dirilis oleh otoritas China pada Senin (7/3/2022).

Perdagangan timbal balik antara Rusia dan China pada Januari-Februari 2022 dilaporkan mencapai 26,43 miliar dolar AS atau sekitar 380,6 triliun rupiah.

Ekspor Rusia ke China melonjak hingga 35,8 persen menjadi senilai 13,8 miliar dolar AS atau sekitar 198,7 triliun rupiah.

Sementara itu, ekspor China ke Rusia naik 41,5 persen menjadi 12,6 miliar dolar AS atau sekitar 181,4 triliun rupiah.

“Kendati terdapat faktor-faktor eksternal yang bertambah rumit dan tak terprediksi, situasi perdagangan luar negeri China masih stabil,” kata pejabat bea cukai China, Li Kuiwen dikutip RT.

“Ini utamanya karena fleksibilitas ekonomi China. Secara umum, dalam jangka panjang, tren positif ini tidak akan berubah,” lanjutnya.

Baca Juga: China: Krisis Ukraina Jangan Dibikin Makin Parah, Pikirkan Dampak Negatif Ekspansi NATO ke Rusia

Tren perdagangan Rusia-China naik sejak 2021 lalu. Nilai perdagangan Rusia-China dilaporkan mencapai 148,8 miliar dolar AS pada 2021, naik 35,8 persen dari tahun 2020, ketika perdagangan Rusia-China anjlok 2,9 persen karena pandemi Covid-19.

Tren positif perdagangan Rusia-China membuat Presiden Xi Jinping memprediksi perdagangan timbal balik kedua negara bisa mencapai 250 miliar dolar AS. Para ahli memprediksi target ini bisa tercapai pada 2026.

Para ahli menyebut sejumlah area yang berkontribusi pada naiknya nilai perdagangan Rusia-China adalah ekspor-ekspor dari Moskow berupa minyak dan gas, logam non-besi, dan agrikultur.

China sendiri memutuskan tetap bekerja sama dengan Rusia di tengah sanksi negara-negara Barat akibat invasi ke Ukraina.

Pada 24 Februari lalu, Beijing mencabut segala pembatasan impor gandum dari Rusia.

Kerja sama China pun disebut bisa memberikan angin segar bagi Moskow di tengah ketatnya sanksi Barat.

Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Desak Dunia Boikot Minyak Rusia

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x