Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

OJK Sebut Dampak Konflik Rusia-Ukraina Bakal Naikkan Harga Pangan Nasional

Kompas.tv - 4 Maret 2022, 19:33 WIB
ojk-sebut-dampak-konflik-rusia-ukraina-bakal-naikkan-harga-pangan-nasional
Ilustrasi - Konflik Rusia dengan Ukraina saat ini dinilai berpotensi meningkatkan harga pangan di dalam negeri. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV – Konflik Rusia dengan Ukraina saat ini dinilai berpotensi meningkatkan harga pangan di dalam negeri. Pasalnya, Ukraina menjadi salah satu negara utama yang mengekspor gandum ke Indonesia, di mana gandum dan turunannya menyumbang 8,5 persen dari total makanan Indonesia.

Hal ini dikemukakan oleh Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agus Edi Siregar dalam webinar Lab 45 "Konflik Rusia-Ukraina dan Risiko Ekonomi Politik bagi Indonesia", Jumat (4/3/2022).

"Harga komoditas yang terus naik setelah konflik ini, akan mengurangi potensi produksi pangan global sehingga harga pangan mungkin naik lebih lanjut," ujarnya.

Disebutkan, selain komoditas pangan, harga energi juga berpotensi naik sehingga pemerintah sedang memperdalam potensi dampak serta kebijakan dalam negeri yang akan diambil.

Baca Juga: Harga Pangan Naik Jelang Ramadhan, Wagub DKI: Kami Harap Harga Masih Wajar Sesuai Daya Beli

Pemerintah juga akan berupaya tidak menaikkan administered price atau harga-harga yang diatur pemerintah, meskipun pada 2023 defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan kembali kurang dari 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kalau inflasi sudah terjadi karena harga pangan naik diharapkan pemerintah tidak menaikkan harga administered price, tapi ini menjadi dilema," ungkapnya.

Namun, apabila Rusia dan Ukraina bisa lebih cepat menemukan kesepakatan, kemungkinan dampak konflik kedua negara terhadap harga bahan pangan dan energi tidak akan berkepanjangan.

Agus menilai, konflik kedua negara akan meningkatkan volatilitas di pasar keuangan yang akan direspons oleh bank sentral global dengan tidak terlalu agresif meningkatkan suku bunga acuan.

"Kalau volatilitas pasar keuangan meningkat, risiko stagflasi akan mendorong bank sentral menjadi lebih akomodatif dan tidak terlalu agresif menaikkan suku bunga. Ini mengurangi shock yang akan terjadi," paparnya.

Sementara, sektor perdagangan Indonesia tidak akan terlalu dipengaruhi konflik kedua negara, tetapi Indonesia berpotensi mendapatkan surplus neraca dagang dari peningkatan harga komoditas, yang mana berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Juga: Soal Harga Pangan Naik Drastis, Megawati: Klasik, Udah 76 Tahun Merdeka Lho!

 

 




Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x