Kompas TV internasional kompas dunia

Khawatirkan Intervensi Rusia dan Serbia, Kosovo Minta Proses Jadi Anggota NATO Dipercepat

Kompas.tv - 2 Maret 2022, 01:47 WIB
khawatirkan-intervensi-rusia-dan-serbia-kosovo-minta-proses-jadi-anggota-nato-dipercepat
Ilustrasi. Kontingen atlet Kosovo mengibarkan bendera dalam seremoni pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, 4 Februari 2022. Pada Selasa (1/3/2022), menteri pertahanan Kosovo meminta proses keanggotaan NATO negara itu dipercepat sehubungan invasi Rusia ke Ukraina. (Sumber: Jae C. Hong/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

PRISTINA, KOMPAS.TV - Pemerintah Kosovo mendesak NATO mempercepat proses keanggotaan mereka ke dalam aliansi militer tersebut, Selasa (1/3/2022). Permintaan ini seiring perkembangan geopolitik terbaru ketika Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari lalu.

Kosovo sendiri turut merespons tegas langkah Kremlin menginvasi Ukraina. Pristina bergabung dengan negara Eropa lain memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

“Percepatan keanggotaan Kosovo ke NATO adalah keperluan segera untuk menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan ini dan di luarnya,” kata Menteri Pertahanan Kosovo Armend Mehaj dikutip Associated Press.

“Kita tidak perlu menunggu keadaan memburuk untuk mengambil keputusan,” lanjutnya.

Selain itu, pemerintahan Kosovo meminta Amerika Serikat (AS) mendirikan pangkalan militer permanen di negaranya. Hal ini berkaitan dengan hubungan tegang Kosovo dengan tetangganya, Serbia.

Baca Juga: Berselisih Pelat Nomor, Kosovo dan Serbia Gunakan Stiker untuk Tutupi Lambang Negara Tetangga

Kosovo memisahkan diri dari Serbia dan mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008 lalu. Konflik Kosovo-Serbia bertahun-tahun sebelumnya menewaskan lebih dari 10.000 orang dan memicu intervensi NATO.

Hubungan Kosovo-Serbia saat ini masih tegang kendati Uni Eropa telah berusaha memediasi dalam 11 tahun belakangan.

Kemerdekaan Kosovo telah diakui lebih dari 100 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, Serbia enggan mengakuinya.

Belgrade masih berupaya mengklaim bekas teritorinya tersebut. Untuk melakukannya, Serbia mengandalkan dukungan Rusia dan China.

Serbia sendiri tidak mengikuti langkah kebanyakan negara Eropa lain yang memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia sehubungan invasi ke Ukraina.

Baca Juga: Rusia akan Lakukan Serangan Rudal ke Kiev, Peringatkan Warga Sipil Segera Menyingkir dari Pusat Kota


 



Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x