Kompas TV nasional berita utama

Terungkap, Alasan Sekolah Tatap Muka 100 Persen Dilakukan, Komisi X DPR: Learning Loss Nyata Terjadi

Kompas.tv - 4 Januari 2022, 08:56 WIB
terungkap-alasan-sekolah-tatap-muka-100-persen-dilakukan-komisi-x-dpr-learning-loss-nyata-terjadi
Ilustrasi peserta didik yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah menengah atas (SMA). (Sumber: Kompastv/Ant)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Komisi X DPR RI Saiful Huda mengungkapkan, sekolah tatap muka 100 persen dilakukan karena secara kualitas maupun kuantitas di semua satuan sekolah telah terjadi kemunduran proses akademik atau learning loss.

Oleh karena itu, Komisi X DPR mengaku sejak November 2021 berdiskusi mencari solusi atas persoalan tersebut dengan Kemendikbud.

Sehingga, putusan untuk sekolah tatap muka 100 persen dipastikan bukan suatu hal yang mendadak.

“Ini sudah terus digodok oleh Kemendikbud dan Komisi 10 sejak bulan November, pada bulan November kita sudah memberikan semacam aba-aba awal bahwa Januari bagusnya memang kalau tidak ada kenaikan penularan covid lebih baik tepatnya dilakukan pembelajaran tatap muka 100%,” kata Saiful Huda di Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa (4/1/2021).

“Karena learning loss tidak lagi ancaman, tetapi memang sudah nyata terjadi di lapangan,” tambahnya.

Baca Juga: Jelang Sekolah Tatap Muka di Jakarta, Toko Seragam Diserbu Pembeli

Selain itu, Saiful Huda mengatakan Komisi X DPR RI mendapatkan aspirasi dari orang tua siswa terkait penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Di mana orang tua siswa untuk kelas menengah bawah relatif sudah tidak sanggup lagi untuk menyelenggarakan pendidikan di rumahnya masing-masing,” ujar Saiful Huda.

“Nah aspirasi orang tuanya ini tinggi sekali mencapai 80% yang berkehendak, berkeinginan supaya pembelajaran tatap muka ini bisa dilaksanakan langsung di sekolah,” tambah Saiful Huda.

Kemudian, lanjut Saiful Huda, turut dalam pertimbangan keputusan pembelajaran tatap muka 100 persen adalah hasil survei dari berbagai lembaga yang menyatakan literasi dan numerasi mengalami penurunan.

“Hasil survei dari berbagai lembaga menyatakan tingkat literasi kita menurun cukup drastis, dari sebelum pandemi 139 basis poin, setelah pandemi ini tinggal 77, ini di level literasi, numerasinya juga mengalami penurunan cukup drastis sekali,” ucap Saiful Huda.

“Artinya memang kalau tidak secepatnya pembelajaran tatap muka kita akan mengalami learning loss yang semakin parah tahun-tahun berikutnya,” tambah Saiful Huda.

Baca Juga: Guru Terpapar Covid-19, Begini Kronologi Penghentian Sekolah Tatap Muka di SD Kasihan Bantul

Dalam pernyataannya, Saiful menuturkan memutuskan anak sekolah melakukan pembelajaran tatap muka tidak dapat dipungkiri sebagai suatu hal yang sulit diputuskan.

Namun, lanjutnya, pembelajaran jarak jauh bukanlah model yang terbaik bagi pelajar untuk mendapatkan ilmu.

“Kami juga sering menyampaikan kenapa Kemendikbud tidak bisa menjadikan PJJ, pembelajaran jarak jauh itu sebagai model terbaik. Jujur harus diakui pada level itu Kemendikbud mengaku pengalaman setahun setengah ini belum bisa dijadikan evaluasi dan lalu memperbaiki sistem pembelajaran jarak jauh,” ujarnya.

“Nah karena itu sekali lagi ini pilihan sulit dan akhirnya diputuskan langsung 100% tentu sekali lagi ini sifatnya yang walaupun wajib tapi bagi sekolah laki-laki yang tidak belum siap ini masih bisa pada posisi opsional terus menyesuaikan sampai 2 sampai 3 bulan ke depan,” tambahnya.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x