Kompas TV nasional berita utama

BMKG: Gempa M 7,4 di Laut Flores Disebabkan Aktivitas Sesar atau Patahan Aktif

Kompas.tv - 14 Desember 2021, 14:22 WIB
bmkg-gempa-m-7-4-di-laut-flores-disebabkan-aktivitas-sesar-atau-patahan-aktif
ilustrasi - Alat pencatatan radar gempa. (Sumber: FOTO/HO/BMKG.go.id)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan gempa magnitudo 7,4 yang terjadi di Laut Flores disebabkan oleh aktivitas sesar atau patahan aktif di wilayah tersebut.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya gempa bumi yang terjadi merupakan gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar atau patahan aktif di Laut Flores,” kata Kepala BMKG Dwikorita seperti dikutip dari Antara, Selasa (14/12/2021).

Dwikorita menambahkan, hasil analisis memperlihatkan gempa terjadi 112kilometer dari barat laut kota Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pukul 10.20 WIB. Pemicunya patahan geser.

Baca Juga: Gempa di NTT Tak Berkaitan dengan Gunung Berapi, tapi Bisa Picu Peningkatan Aktivitas

Akibatnya, gempa terasa di daerah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara dan Lembata dengan intensitas guncangan skala III-IV MMI atau dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.

Guncangan akibat gempa bermagnitudo 7,4 itu juga dirasakan di Tambolaka, Waikabubak, dan Waingapu di NTT.

Untuk ketiga wilayah di NTT tersebut, kekuatan guncangannya berada pada intensitas III MMI atau getaran terasa nyata di dalam rumah seperti gerakan truk yang berlalu.

Gempa bermagnitudo 7,4 di NTT disebut berpotensi tsunami, dengan titik pemantauan di Marapokot, Kabupaten Nagekeo di NTT pada pukul 10.36 WIB.

Serta, Reo di Kabupaten Manggarai pada pukul 10.39 WIB mendeteksi tsunami dengan ketinggian 0,07meter atau 7 sentimeter.

Baca Juga: Tsunami Setinggi 7 Cm Terdeteksi di Dua Desa NTT Usai Gempa M 7,4

BMKG sendiri saat ini telah mengakhiri peringatan dini tsunami untuk gempa tersebut dengan dua jam sejak gempa pertama terjadi tidak terdeteksi kenaikan air laut lagi.

“Sudah lebih dari dua jam setelah kejadian dan tidak terdeteksi adanya kenaikan muka air laut lagi, maka peringatan dini tsunami dinyatakan telah berakhir,” ujar Dwikorita.

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x