Kompas TV regional kriminal

Santriwati Korban Perkosaan Herry Wirawan Lahirkan Anak Kedua pada Bulan Lalu, Usianya 14 Tahun

Kompas.tv - 11 Desember 2021, 06:58 WIB
santriwati-korban-perkosaan-herry-wirawan-lahirkan-anak-kedua-pada-bulan-lalu-usianya-14-tahun
Ilustrasi pemerkosaan yang dilakukan seorang guru pesantren di Kota Bandung bernama Herry Wirawan terhadap puluhan santriwatinya. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Gading Persada

GARUT, KOMPAS.TV – Seorang santriwati korban pemerkosaan Herry Wirawan (36) seorang guru pesantren di Kota Bandung, Jawa Barat, diketahui melahirkan anak keduanya pada November 2021.

Saat melahirkan, santriwati tersebut baru berusia 14 tahun, dan anak pertamanya masih berusia 2,5 tahun.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut, Diah Kurniasari Gunawan.

"Saya nengok ke sana (rumahnya), menawarkan (bantuan) kalau enggak sanggup merawat, ternyata mereka tidak ingin dipisahkan anaknya, dua-duanya perempuan," kata Diah.

Baca Juga: Terungkap Lagi! Kasus Pencabulan Guru Sekaligus Pengasuh Pesantren Cabuli Lima Santriwati

P2TP2A, lanjut Diah,  menawarkan berbagai solusi kepada anak-anak dan orangtuanya terkait posisi anak yang dilahirkan tersebut.

Bahkan, jika para orang tua dan santriwati tersebut tidak sanggup mengurusnya, P2TP2A siap menerima anak tersebut. Terlebih korban dan keluarganya bukan orang-orang yang tergolong mampu.

Mereka kebanyakan adalah buruh harian lepas, pedagang kecil, dan petani yang tadinya merasa mendapat keuntungan anaknya bisa pesantren sambil sekolah gratis di pesantren tersebut.

"Alhamdulillah, yang rasanya mereka (awalnya) tidak terima, namanya juga bayi, cucu darah daging mereka, akhirnya mereka rawat, walau saya menawarkan kalau ada yang tidak sanggup, saya siap membantu," katanya.

Dia menambahkan, 11 dari belasan korban perkosaan Herry Wirawan tersebut masih memiliki hubungan keluarga dan bertetangga. Mereka berasal dari Garut, Jawa Barat.

Rasa kecewa, marah, dan perasaaan lain yang berkecamuk di dalam diri orang tua para santri, lanjut Diah, dapat dirasakan olehnya.

Terlebih Diah melihat laangsung momen pertemuan yang pilu antara orang tua dan anak-anaknya tersebut.

Peristiwa pilu itu terjadi saat dirinya mengawal pertemuan para orangtua dengan anak-anaknya di kantor P2TP2A Bandung, setelah dibawa keluar dari lingkungan pondok pesantren oleh penyidik Polda Jabar.

Anak-anak yang tengah menuntut ilmu di pesantren ternyata telah memiliki anak setelah dicabuli guru ngajinya yang mereka percayai sebelumnya.

Baca Juga: Kisah Pilu Santriwati Diperkosa Guru Ngaji: Lahiran Diantar Teman, Bayinya Dianggap Anak Yatim Piatu

"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia 4 bulan oleh anaknya, enggak, semuanya nangis," kenang Diah.

Kondisi yang sama, menurut, Diah juga terjadi di kantor P2TP2A Garut saat para orangtua yang tidak tahu anaknya menjadi korban pencabulan guru ngajinya diberi tahu kasus yang menimpa anaknya sebelum akhirnya mereka dipertemukan pertama kali di kantor P2TP2A Bandung sebelum dibawa ke P2TP2A Garut.

Menurut Diah, selain berat menerima kenyataan anaknya jadi korban, para orang tua juga kebingungan membayangkan masa depan anak-anaknya dan lingkungan tempat tinggal anak yang dikhawatirkan tidak bisa menerima.

"Di kecamatan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," katanya.



Sumber : Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x