Kompas TV internasional kompas dunia

Produsen Minyak Terbesar Dunia Menyatakan Siap Bebas Emisi Karbon Pada 2050

Kompas.tv - 25 Oktober 2021, 11:55 WIB
produsen-minyak-terbesar-dunia-menyatakan-siap-bebas-emisi-karbon-pada-2050
Ilustrasi produksi minyak mentah. Arab Saudi dan Saudi Aramco menyatakan akan mencapai target nol emisi karbon pada 2060.. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Dina Karina | Editor : Purwanto

RIYADH, KOMPAS.TV- Produsen minyak terbesar di dunia, Saudi Aramco, menyatakan pihaknya akan mencapai bebas emisi atau nol emisi karbon (net zero emission) pada 2050. Target tersebut lebih cepat 10 tahun dibandingkan dengan jadwal yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi.

"Kami memahami target ini akan kompleks dan akan ada banyak tantangan, tetapi kami ingin mencapainya," kata Chief Executive Officer Saudi Aramco Amin Nasser, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (25/10/2021). 

Sebagai bagian dari rencananya, Saudi Aramco akan melakukan investasi besar pada gas pada satu dekade ke depan. Sehingga tingkat pembakaran minyak mentah nasional akan berkurang.

Aramco juga berambisi di sektor sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, dan hidrogen. Saat ini, Arab Saudi menargetkan untuk memproduksi 29 juta ton hidrogen biru dan hijau setiap tahun pada 2030.

Baca Juga: Harga Minyak Cetak Rekor karena Arab Saudi Tolak Tambah Produksi OPEC+

Hidrogen hijau diproduksi menggunakan energi terbarukan dalam proses tanpa emisi. Sementara dalam pembuatan hidrogen biru membutuhkan gas alam dengan karbon yang ditangkap dan disimpan.

“Kami yakin bahwa teknologi akan membuat kami mencapai tujuan nol emsisi kami. Yang kami butuhkan adalah transisi biasa di mana kami mempertimbangkan keandalan dan keamanan energi bagi dunia,” ujar Nasser.

Sebelumnya, dalam acara "Saudi Green Initiative” Putera Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan, fase pertama penggunaan energi hijau di negaranya akan mencakup penanaman lebih dari 450 juta pohon dan rehabilitasi delapan juta hektare lahan terdegradasi.

Arab Saudi juga menyatakan akan menunjuk "kawasan lindung" baru.

"Langkah ini membawa total kawasan lindung di kerajaan menjadi lebih dari 20 persen dari total luas negara," tuturnya. 

Baca Juga: Erick Thohir Sebut Keuangan Garuda Tidak Sehat Saat Garap Rute Internasional

Langkah itu membutuhkan biaya 700 miliar riyal atau setara 186,6 miliar dolar AS.

Arab Saudi saat ini menggunakan minyak dan gas alam untuk memenuhi permintaan listriknya sendiri yang tumbuh cepat dan juga untuk desalinisasi air laut menjadi air tawar layak konsumsi, yang membutuhnan bahan bakar dalam jumlah besar setiap hari.

Inisiatif Saudi itu datang ketika raksasa energi Saudi Aramco menghadapi pengawasan dari investor atas emisinya.

Pada bulan Januari, Bloomberg News melaporkan Aramco mengecualikan emisi yang dihasilkan dari banyak kilang dan pabrik petrokimia dalam pengungkapan karbon secara keseluruhan kepada investor.

Ia menambahkan jika fasilitas tersebut dimasukkan, jejak karbon yang dilaporkan sendiri oleh perusahaan bisa hampir dua kali lipat, menambahkan sebanyak 55 juta metrik ton karbon dioksida yang setara dengan emisi yang dihasilkan oleh Portugal.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x