Kompas TV internasional kompas dunia

Indonesia Puas dengan Efektivitas Vaksin China, Tunggu Uji Klinis untuk Pertimbangkan Vaccine Mixing

Kompas.tv - 13 April 2021, 00:30 WIB
indonesia-puas-dengan-efektivitas-vaksin-china-tunggu-uji-klinis-untuk-pertimbangkan-vaccine-mixing
Juru bicara vaksinasi nasional Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi (Sumber: Direktorat Jenderal P2P Kementerian Kesehatan)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

BEIJING, KOMPAS.TV - Indonesia pada Senin menyatakan puas dengan keefektifan vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang digunakan Indonesia, setelah munculnya pengakuan Direktur Pusat Pengendalian Penyakit China bahwa vaksin buatan mereka saat ini menawarkan perlindungan yang rendah terhadap virus Corona, seperti dilansir Associated Press, Senin, (12/04/2021).

Juru bicara program vaksin Covid-19 Indonesia Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia WHO sudah menyatakan vaksin China memenuhi persyaratan dengan efektifitas lebih dari 50%.

Dia mencatat bahwa uji klinis untuk vaksin Sinovac di Indonesia menunjukkan efektivitas 65%, "Itu artinya kita berbicara tentang kemampuan pembentukan antibodi di tubuh kita masih sangat baik," ujar Siti Nadia yang dikutip Associated Press.

Gao Fu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China mengatakan pada sebuah konferensi hari Sabtu (10/04/2021) vaksin Covid-19 mereka memiliki tingkat keefektifan yang rendah dan pencampuran vaksin adalah salah satu strategi yang dipertimbangkan untuk meningkatkan keefektifannya.

Baca Juga: Kenapa Tes Swab dan Vaksinasi Tidak Membatalkan Puasa?

Komentar tersebut tampaknya bertentangan dengan narasi resmi China yang mencoba mempromosikan vaksin negara itu dan terkadang mendiskreditkan buatan negara-negara Barat.

China mendistribusikan ratusan juta dosis vaksin buatan mereka ke luar negeri dan mengandalkannya untuk kampanye vaksinasi massal.

Siti Nadia Tarmizi menyatakan, Indonesia akan menunggu hasil uji klinis sebelum mempertimbangkan pencampuran vaksin atau vaccine mixing.

“Kita tunggu saja, menunggu uji klinis untuk memastikan ide atau inovasi tersebut memiliki efektivitas, imunogenisitas, dan tingkat efikasi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat ini,” ujarnya.

Para ahli mengatakan mencampurkan vaksin, atau imunisasi berurutan, dapat meningkatkan efektivitas. Para peneliti di Inggris sedang mempelajari kemungkinan kombinasi vaksin Pfizer dan AstraZeneca.

China saat ini memiliki lima vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi massal, tiga vaksin virus yang tidak aktif dari Sinovac dan Sinopharm, satu vaksin sekali pakai dari CanSino, dan yang terakhir dari tim Gao dalam kemitraan dengan Anhui Zhifei Longcom.

Efektivitas vaksin berkisar dari 50% hingga 79%, berdasarkan apa yang dikatakan masing-masing perusahaan.

Baca Juga: Sinovac Klaim Vaksin Aman untuk Anak Usia 3-17 Tahun, Ini Penjelasannya

KH Anwar Manshur Lirboyo disuntik vaksin Sinovac di kantor NU Jatim. (Sumber: Dok. Nahdlatul Ulama)

Vaksin Pfizer dan Moderna, yang sebagian besar digunakan di negara maju dalam penelitian terbukti 95% efektif dalam melindungi terhadap Covid-19 .

Pada 2 April, sekitar 34 juta orang di China menerima dua dosis penuh vaksin China dan sekitar 65 juta telah menjalani penyuntikan pertama, menurut Gao.

Secara global, pakar kesehatan masyarakat mengatakan vaksin apa pun yang 50% efektif akan bermanfaat, dan banyak pemerintah sangat ingin menggunakan vaksin China karena negara-negara kaya di seluruh dunia telah menguasai vaksin buatan Pfizer dan Moderna.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada hari Senin mengatakan Beijing akan terus menyediakan vaksin Covid-19 yang sangat dibutuhkan oleh negara berkembang.

"China telah memberikan bantuan materi anti-pandemi ke lebih dari 160 negara dan organisasi internasional," kata Wang pada konferensi untuk mempromosikan citra pusat kota Wuhan, tempat virus pertama kali terdeteksi pada akhir 2019.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x