Kompas TV regional berita daerah

Tuntut Kenaikan Ganti Rugi Bangunan, Warga Cilenggang Gelar Aksi di Proyek Tol Serpong-Balaraja

Kompas.tv - 12 April 2021, 17:00 WIB
tuntut-kenaikan-ganti-rugi-bangunan-warga-cilenggang-gelar-aksi-di-proyek-tol-serpong-balaraja
Sejumlah warga Cilenggang menggelar aksi protes di area proyek Tol Serpong-Balaraja, Tangerang Selatan, Senin (12/4/2021) (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Hedi Basri | Editor : Eddward S Kennedy

TANGERANG, KOMPAS.TV - Menuntut kenaikan ganti rugi bangunan, sejumlah warga Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan, menyampaikan protes di area proyek pembangunan Tol Serpong-Balaraja, Senin (12/4/2021).

Mereka adalah pemilik 26 bangunan yang masih bertahan dan menuntut peningkatan harga ganti rugi rumah dan tanah dari total 130 bangunan terdampak proyek Tol Serpong-Balaraja.

Mereka menilai uang ganti rugi rumah dan tanah yang berkisar Rp 4 juta-Rp 7 Juta per meter persegi terlalu rendah.

Baca Juga: Harga Beberapa Komoditas di Kota Tangerang Banten Alami Kenaikan

Koordinator Masyarakat Cilenggang, Masfur Sigit menjelaskan, tuntutan masyarakat Cilenggang adalah harga ganti kerugian yang lebih layak dan menyejahterakan.

"Kenapa? Karena lokasi kami sangat strategis," terang Masfur seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (12/4/2021).

Pada dasarnya, kata Masfur, di luar dari 26 pemilik bangunan itu juga merasa ganti ruginya tidak sesuai.

"Ada 130 objek (terdampak), cuma dalam perjalanannya karena butuh uang dan sebagainya, banyak yang terpaksa menerima," kata Masfur.

Baca Juga: Polisi Tangkap Dokter Kecantikan Gadungan di Tangerang Selatan

Dari 130 objek terdampak itu, yang bertahan tinggal 26 bidang. "Itu yang kami perjuangkan," kata Masfur.

Masfur berharap tuntutan kenaikan harga ganti rugi yang disampaikan warga bisa ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan pihak pengembang.

Baca Juga: Resmikan Tol Serpong-Pamulang & Cengkareng-Kunciran, Jokowi Berharap Ini

Kata Masfur, tidak ada masyarakat yang anti pembangunan. Semuanya mendukung pembangunan.

"Tapi masak iya kami hanya dihargai Rp 4 juta per meter persegi, paling tinggi 7 juta," singkatnya.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x