Kompas TV regional berita daerah

Alasan Orang Ghosting, Psikolog UGM: 'Lebih Mudah Menghilang ketimbang Menghadapi Langsung...'

Kompas.tv - 23 Maret 2021, 19:06 WIB
alasan-orang-ghosting-psikolog-ugm-lebih-mudah-menghilang-ketimbang-menghadapi-langsung
Ilustrasi ghosting (Sumber: Freepik.com / solominphoto)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Eddward S Kennedy

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Psikolog UGM, Idei Khurnia Swasti, mengungkapkan sejumlah alasan seseorang melakukan ghosting atau menghindari dalam hubungan romantis, seperti pacaran atau gebetan.

Ia tidak menampik, perilaku ghosting banyak terjadi pada tahap pendekatan, pacaran, sampai menjelang perkawinan.

Perilaku ghosting biasanya ditandai dengan sikap orang yang mulai menarik diri dari komunikasi. Misal, tidak membalas pesan, chat, atau telepon, serta memiliki banyak alasan untuk menghindar jika diajak membicarakan hal yang serius.

Perilaku ghosting bisa menimbulkan berbagai dampak kepada korban, seperti merasa bingung, sakit hati, dan paranoid dikhianati ataupun menyalahkan diri sendiri.

Perasaan tidak nyaman yang berkelanjutan tersebut dapat mengganggu fungsi hidup keseharian, misalnya menjadi malas makan dan beraktivitas, tidak mampu berkonsentrasi, dan penurunan performa kerja.

Baca Juga: Ridwan Kamil Ikut Bicara Soal Istilah Ghosting, Ibaratkan dengan Pengendara Motor yang Nyungsep

“Fenomena ghosting ini ada beberapa penyebab, tetapi perlu penelitian lebih banyak lagi sebenarnya untuk menganalisis penyebabnya lebih detail,” ujarnya, Selasa (23/3/2021).

Ia menyebutkan ada sejumlah kemungkinan orang melakukan ghosting.

Pertama, orang itu memiliki tipe kepribadian menghindar sehingga menjadi ragu untuk membentuk hubungan atau sepenuhnya menghindari keterikatan dengan orang lain.

Akibatnya, individu enggan menjadi sangat dekat dengan orang lain karena masalah kepercayaan atau ketergantungan. Ghosting pun dipilih untuk menjadi metode mengakhiri hubungan.

“Lebih mudah menghilang ketimbang menghadapi langsung yang membutuhkan usaha lebih untuk menjelaskan yang bisa memunculkan serangkaian konflik baru,” ucapnya.

Kedua, ghosting juga bisa terjadi karena pelaku tidak tahu bagaimana cara mengkomunikasikan konflik dan resolusi konflik.

Kondisi ini kerap disebut malas ribut atau alas membahas. Mereka beranggapan masalah akan terselesaikan sendiri seiring dengan berjalannya waktu. 

Baca Juga: Ridwan Kamil Ikut Bahas Soal Ghosting, Netizen Malah Curhat

"Pemicu ghosting adalah adanya perasaan tidak nyaman dalam relasi atau saat ada ketidakcocokan yang tidak bisa dikomunikasikan secara terbuka," tuturnya.

Menurut Idei, alasan ghosting tidak bisa digeneralisasikan sehingga tidak perlu melabeli pelaku ghosting jika benar-benar tidak mengetahui dinamika psikologis orang itu.

Idea juga memberikan saran kepada korban ghosting untuk tidak merendahkan diri dan berhenti mengejar orang itu.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x