Kompas TV nasional peristiwa

Pengamat: SBY Sutradara Isu Kudeta demi Strategi Elektoral Partai Demokrat

Kompas.tv - 10 Februari 2021, 14:34 WIB
pengamat-sby-sutradara-isu-kudeta-demi-strategi-elektoral-partai-demokrat
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berduka mendengar kabar ulama Syekh Ali Jaber meninggal dunia. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pengamat politik dari Indo Barometer, Mohammad Qodari, mengatakan bahwa manuver kudeta yang dikeluarkan oleh Ketua Umum  Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disutradarai oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"King maker-nya atau sutradaranya ya SBY. Nah, maksud dan tujuannya,  pertama mungkin menghentikan gerakan-gerakan di dalam maupun gerakan-gerakan dari luar yang dalam hal ini adalah Pak Moeldoko begitu, dengan asumsi bahwa jika ini disampaikan ke publik lalu kemudian AHY kirim surat ke Jokowi itu Jokowi akan menghentikan Moeldoko begitu," kata Qodari dalam pesan elektronik kepada wartawan, Rabu (10/2/2021).


Tujuan dari melempar isu kudeta tersebut, kata Direktur Eksekutif Indo Baro Meter ini adalah demi strategi elektoral. "Yang kedua merupakan sebagian dari strategi elektoral baik bagi AHY sendiri maupun bagi Partai Demokrat. Bagi AHY dengan cara ini, maka mengalami lonjakan pemberitaan diharapkan meningkatkan simpati bahkan dukungan karena dizalimi oleh penguasa begitu," lanjut Qodari.

Baca Juga: Demokrat: Jangan Halu Bilang Pak SBY Dekat dengan Pak Moeldoko


Keuntungan politik yang didapat oleh Partai Demokrat, memang bisa berlipat bila  memberi kesan Partai Demokrat berkonfrontasi dengan Jokowi, bahkan pemerintah. Apalagi bila melebar kepada partai pemerintah lainnya seperti PDIP, NasDem, PKB, bahkan Hanura.

Nah, hal ini akan menciptakan pembelahan partai pemerintah melawan oposisi. Demokrat akan berada di barisan oposisi. Hal ini bisa menggalang suara masyarakat yang tidak suka atau tidak puas dengan pemerintah Jokowi.

Sebab, pada saat yang bersamaan Prabowo dan Partai Gerindra yang sebelumnya berseberangan dengan Jokowi, kini sudah bergabung sehingga ada kekosongan di situ. "Nah suara itu dimanfaatkan Partai Demokrat, " tambahnya.

Baca Juga: Moeldoko Sebut SBY sebagai Senior dan Harus Dihormati

Namun di sisi lain, Partai Demokrat juga akan mengalami kerugian. " Kerugiannya adalah sebagian dari masyarakat  akan melihat bahwa ternyata AHY tidak kuat,  sehingga simpati akan turun," papar Qodari.

Kerugian kedua, pengumuman tersebut akan memancing gerakan pembangkangan atau gerilya politik yang lebih besar. Jika tidak bisa diatasi dengan baik, situasi internal Partai Demokrat akan terus memanas.

"Pengumuman ini bisa jadi memancing semangat dari mereka yang mau melakukan gerakan kongres luar biasa justru menjadi luas," katanya. Sebab, melihat kenyataan di dalam tidak kuat. Dan ini merupakan  peluang. 

"Sebetulnya pengumuman semacam itu sama dengan melempar darah ke lautan, jadi hiu-hiu mencium bau darah dan dan menimbulkan gerakan kongres luar biasa dalam jumlah besar," katanya memberi ilustrasi.
 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x