Kompas TV internasional kompas dunia

Kematian Akibat Covid-19 di Inggris Tembus 100 Ribu Jiwa, Boris Johnson: Tanggung Jawab Saya

Kompas.tv - 27 Januari 2021, 09:37 WIB
kematian-akibat-covid-19-di-inggris-tembus-100-ribu-jiwa-boris-johnson-tanggung-jawab-saya
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. (Sumber: AP Photo / Frank Augstein)
Penulis : Tussie Ayu

LONDON, KOMPAS.TV – Inggris mencatat lebih dari 100.000 kematian akibat Covid-19. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, dia bertanggung jawab penuh atas tindakan pemerintah terkait Covid-19.

"Kami benar-benar melakukan semua yang kami bisa. Saya sangat menyesal atas setiap nyawa yang hilang," katanya seperti dikutip dari BBC.

Hingga saat ini, sebanyak 100.162 kematian telah dicatat di Inggris dan membuat Inggris sebagai negara Eropa pertama yang melewati angka tersebut.

Baca Juga: Virus Varian Baru dari Inggris Kemungkinan Lebih Mematikan!

Pada konferensi pers yang digelar di Downing Street, Selasa (26/1/2021), Johnson mengatakan bahwa sangat sulit untuk menghitung kesedihan yang terkandung dalam data statistik yang suram itu.

Dia pun mengucapkan belasungkawa yang terdalam kepada warga yang telah kehilangan orang yang mereka cintai, termasuk ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan, putra dan putri, dan banyak kakek nenek yang telah meninggal karena Covid-19.

Inggris adalah negara kelima yang melewati angka 100.000 kematian, setelah AS, Brasil, India, dan Meksiko.

Lonjakan kasus Covid-19 terjadi dalam beberapa minggu terakhir di Inggris. Sebagian kasus didorong oleh varian virus baru yang menyebar dengan cepat. Virus varian baru ini pun telah membuat Inggris sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian akibat virus corona tertinggi secara global.

Baca Juga: Covid-19 Melonjak Lagi di Inggris, Festival Glastonbury Kembali Dibatalkan

Sebanyak 20.089 kasus virus corona dicatat pada hari Selasa. Jumlah pasien di rumah sakit pun masih tinggi, seperti halnya angka kematian harian di Inggris.

Johnson mengatakan tingkat infeksi virus corona tetap sangat tinggi, meski mereka telah melakukan lockdown sejak 5 Januari lalu.

Di bawah kebijakan lockdown nasional, orang-orang di Inggris harus tinggal di rumah dan hanya keluar karena alasan tertentu, seperti berbelanja makanan, berolahraga, atau bekerja jika mereka tidak dapat melakukannya dari rumah. Tindakan serupa diterapkan di sebagian besar Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x