WASHINGTON, KOMPAS.TV – Saat para perusuh menyerbu Gedung Capitol di Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada 6 Januari lalu, banyak para personil kepolisian yang harus memutuskan sendiri bagaimana menghadapi para perusuh. Tak ada pengarahan. Tak ada rencana. Tak ada komando dari pimpinan.
Seorang personil polisi terlihat berlari di dalam gedung, menghadapi para perusuh dengan kepalan tangan. Polisi lainnya memutuskan membantu personil lainnya dan menghabiskan waktu 3 jam membantu rekannya yang terluka akibat semprotan kimia dari para perusuh.
Tiga personil polisi berhasil memborgol seorang perusuh. Namun, lautan massa perusuh menyerbu mereka dan membawa kabur kawan mereka yang masih dalam keadaan terborgol.
Dirangkum dari Associated Press yang mewawancarai 4 personil polisi Gedung Capitol, struktur komando kepolisian runtuh saat para pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol. Para personil polisi ini bersedia diwawancara dalam kondisi anonim, lantaran departemen kepolisian Capitol mengancam akan menskor anggota mereka yang kedapatan berbicara dengan media.
“Kami seperti dilepas sendirian,” ujar salah satu polisi. "Benar-benar sendirian.”
Menurutnya, tidak ada peringatan apapun dari pimpinan mereka pada pagi tanggal 6 Januari tentang apa yang akan terjadi. Dalam kerusuhan tersebut, banyak para perusuh yang bahkan memiliki persenjataan yang lebih lengkap ketimbang para personil polisi. Dan saat kerusuhan terjadi, para personil polisi tidak menerima intruksi dari para pimpinan mereka, baik untuk menghentikan para perusuh maupun mengevakuasi para anggota Kongres yang berada di dalam gedung. Pada hari itu, jumlah anggota polisi yang bertugas hanya cukup untuk pengamanan gedung rutin harian.
Baca Juga: Target Kerusuhan Gedung Capitol Ternyata Jauh Lebih Serius: Menangkap dan Membunuh Para Pejabat AS!
Penulis : Vyara Lestari